174
7.2.6 Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian
Jenis pupuk KCl merupakan pupuk kimiawi dimana penyediaan seluruhnya dari impor. Liberalisasi perdagangan pupuk KCl tidak banyak
membawa perubahan yang berarti kepada sektor pertanian baik untuk tanaman perkebunan maupun tanaman pangan. Perubahan variabel endogen di bawah
1 persen dari kondisi dasar. Hal ini memang disadari sebagai implikasi bahwa pasar KCl sudah sangat terkait dengan pasar dunia sehingga ketika dilakukan
liberalisasi perdagangan pun tidak banyak terjadi shock di dalam sektor pertanian, selain itu proporsi penggunaan pupuk KCl relatif lebih sedikit dibandingkan dua
jenis pupuk lainnya yaitu urea dan TSP. Hasil analisis simulasi Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia untuk jenis komoditas tanaman perkebunan
dan tanaman pangan disajikan dalam Tabel 36. Komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, teh dan dan kakao tidak
begitu banyak dipengaruhi perubahan kondisi ini, hal ini ditunjukkan di Tabel 36 dimana perubahan endogen yang diamati hampir semuanya kurang dari 1 persen.
Demikian juga dengan tanaman pangan, persentase perubahan akibat liberalisasi perdagangan pupuk KCl sebagian besar kurang dari 1 persen. Namun
demikian dilihat dari sisi kinerja sektor pertanian memang menunjukkan adanya penurunan dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan
produksi beras dan jagung yang masing-masing sebesar 0.16 dan 0.20 persen. Demikian juga dari sisi impor pangan, nampak adanya peningkatan impor beras,
jagung dan kedelai walaupun dalam persentase yang kurang dari 1 persen seperti terlihat dalam Tabel 36.
175
Tabel 36. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap
Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 – 2010
Variabel Dasar
Liberalisasi perdagangan KCl
Indonesia Perubahan
Areal Kelapa Sawit 4199.00
4198.9440 -0.0013 Produktifitas Kelapa sawit
25.99 25.9651 -0.0881
Produksi kalapa sawit 109183.00 109026
-0.1438 Penawaran CPO
18998.00 18970 -0.1474
Ekspor CPO 8082.00 8071
-0.1361 Permintaan CPO
15972.00 15971.728 -0.0017 Harga CPO
0.39 0.385 0.0000
Areal teh 169.47 169.517
0.0279 Produktifitas teh
1.13 1.1298 0.2662
Ekspor teh 111.07 111.7784 0.6404
Permintaan Teh 181.89 182.5988 0.3911
Harga Teh 0.30 0.2992
0.2681 Areal Kakao
481.95 487.5231 1.1557 Produktifitas Kakao
1.06 1.0587 0.1703
Penawaran Kakao 513.16 521.2307 1.5723
Ekspor Kakao 334.60 337.5507 0.8825
Permintaan Kakao 420.58 423.5305 0.7021
Harga Kakao Indonesia 0.54 0.5352
-0.1120 Areal Padi Indonesia
12580.00 12566 -0.1113
Produktifitas padi 4.50 4.4935
-0.0378 Produksi padi
56680.00 56589 -0.1606
Produksi beras 36842.00 36783
-0.1601 Impor Beras
3011.00 3015 0.1328
Penawaran Beras 39852.00 39798
-0.1355 Harga Beras
4536.00 4536 0.0000
Permintaan Beras 36642.00
36648.265 0.0171
Areal Jagung 3773.00 3765
-0.2120 Produktifitas Jagung
3.00 3.0024 0.0267
Produksi Jagung 11361.00 11338
-0.2024 Impor Jagung
393.17 394.1383 0.2458 Penawaran Jagung
4167.00 4159 -0.1920
Harga Jagung 264.08 264.1639 0.0332
Permintaan Jagung 4189.00 4189
0.0000 Areal Kedelai
1549.00 1547 -0.1291
Produktifitas Kedelai 1.71 1.7106
0.1522 Impor Kedelai
785.14 786.5216 0.1754 Penawaran Kedelai
3465.00 3464 -0.0289
Permintaan Kedelai 2723.00 2726
0.1102 Harga Kedelai
10306.00 10253 -0.5143
176
7.2.7. Ringkasan Hasil Simulasi Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Indonesia terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk dan Sektor
Pertanian
Ketiga jenis pupuk yang dipertimbangkan dalam model yaitu pupuk urea, TSP dan KCl dan diketahui bahwa hasil simulasi liberalisasi perdagangan per
jenis pupuk pada kinerja perdagangan pupuk dan sektor pertanian menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda intensitas perubahannya. Dari sisi domestik, pupuk
urea memiliki pengaruh yang paling besar diantara jenis pupuk lainnya. Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia membawa dampak yang
sangat besar pada harga pupuk urea domestik yaitu naik 90 persen dari sebelumnya. Permintaan pupuk urea untuk tanaman pangan menurun turun
12.61 persen jauh lebih besar dibandingkan permintaan urea untuk tanaman perkebunan turun 1.60 persen. Ekspor urea Indonesia meningkat karena
didukung 2 dua faktor yaitu penurunan permintaan domestik turun 9.36 persen dan peningkatan produksi pupuk urea naik 7.90 persen. Kenaikan ekspor urea
Indonesia mencapai 33.5 persen. Penurunan permintaan pupuk urea juga berdampak pada permintaan pupuk komplemennya yaitu pupuk TSP yang juga
turun sebesar 3.89 persen dan permintaan pupuk KCl juga turun sebesar 0.69 persen.
Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia juga berdampak pada kinerja sektor pertanian. Produksi kelapa sawit, teh dan kakao masing-masing
mengalami penurunan sebesar 5.20 persen, 0.35 persen dan 18.64 persen. Tanaman pangan juga mengalami dampak yang sama yaitu penurunan produksi
padi, jagung dan kedelai masing-masing sebesar 1.74 persen, 4.85 persen dan 0.64
177
persen. Dari sisi perdagangan, ekspor CPO, teh dan kakao mengalami penurunan akibat liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia, masing-masing turun
sebesar 5.04 persen, 0.004 persen dan 1.16 persen. Sebaliknya dari sisi impor pangan, Indonesia mengalami peningkatan baik pada komoditas beras, jagung
dan kedelai, masing-masing sebesar 0.50 persen, 7.13 persen dan 2.69 persen. Liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia berdampak pada kenaikan
harga pupuk TSP domestik sebesar 11.94 persen. Kenaikan ini membawa dampak penurunan permintaan pupuk TSP pada tanaman pangan yaitu 23.80 persen,
sedangkan permintaan pupuk TSP untuk tanaman perkebunan turun sebesar 6.44 persen. Impor pupuk TSP turun sebesar 1.13 persen. Penurunan impor ini terjadi
karena dua faktor yaitu naiknya produksi domestik karena adanya insentif harga yang lebih baik naik sebesar 5.07 persen dan juga oleh turunnya permintaan TSP
yang secara total mencapai 20.83 persen. Kinerja sektor pertanian juga terpengaruh akibat liberalisasi perdagangan
pupuk TSP Indonesia yaitu penurunan produksi perkebunan dan tanaman pangan. Kakao mengalami penurunan sebesar 15.82 persen, kelapa sawit produksinya
turun 1.46 persen, produksi teh turun 0.81 persen, produksi padi turun 2.02 persen, produksi jagung turun 2.45 persen dan produksi kedelai turun
4.71 persen. Dari sisi perdagangan, ekspor tanaman perkebunan mengalami penurunan 1.41 persen, 0.63 persen dan 4.55 persen masing-masing untuk ekspor
CPO, teh dan kakao. Impor pangan mengalami kenaikan tertinggi adalah jagung 6.22 persen, beras 2.82 persen dan kedelai 0.34 persen.
178
Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia berdampak pada kenaikan harga KCl sebesar 1.11 persen. Kenaikan ini menyebabkan penurunan yang
relatif lebih besar pada tanaman pangan hanya turun 0.67 persen, sedangkan pada permintaan KCl untuk tanaman perkebunan yaitu 6.48 persen. Dampak liberalisasi
perdagangan pupuk KCl pada perdagangan dan permintaan jenis pupuk lain sangat kecil.
Liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia tidak banyak mempengaruhi sektor pertanian baik perkebunan maupun tanaman pangan.
Perdagangan tanaman perkebunan menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan pupuk KCl Indonesia berdampak pada penurunan ekspor CPO sebesar 0.14 persen
dan peningkatan ekspor teh dan kakao masing-masing sebesar 0.64 persen dan 0.88 persen. Perubahan kinerja perdagangan ini sangat erat kaitannya dengan
perubahan produksi atau suplai komoditas tersebut di pasar domestik. Dampak dari liberalisasi perdagangan KCl terhadap perdagangan
komoditas tanaman pangan menunjukkan bahwa impor pangan mengalami peningkatan yang relatif kecil yaitu 0.13 persen, 0.25 persen dan 0.18 persen
masing-masing untuk peningkatan impor beras, jagung dan kedelai. Sedangkan dari sisi kinerja sektor pertanian juga tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
perubahan produksi tanaman perkebunan relatif lebih besar daripada tanaman pangan, namun demikian perubahan ini masih di bawah 1.00 persen kecuali untuk
tanaman kakao yang produksinya masih mengalami peningkatan 1.03 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh adanya penurunan harga pupuk, terutama pupuk
urea.
179
7.3. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk Dunia terhadap