Akses Pasar Subsidi Ekspor

` 22

2.3.1. Akses Pasar

Perundingan bidang pertanian bertujuan untuk membuka pasar ekspor dan impor. Negara-negara berkembang meminta perlakuan khusus dan berbeda sesuai Persetujuan Markesh untuk menciptakan akses pasar market access yang adil dan seimbang. Negara-negara maju diminta meningkatkan akses pasar melalui skema preferensi, pemotongan semua bentuk subsidi, pemotongan semua bentuk tarif, peningkatan volume perdagangan menggunakan Tariff Rate Quota. Penerapan hambatan non-tarif diminta transparan, sehingga tidak ada diskriminasi. Indonesia mengalami hambatan upaya pembukaan akses pasar sebagai berikut: 1 tarif tertinggi Tariff Peak kurang proporsional, 2 tarif eskalasi, yakni tarif meningkat seiring peningkatan tahap pemrosesan suatu barang, dan 3 administrasi tarif kuota yang berbelit-belit. Tabel 1. Sasaran Pemotongan Subsidi dan Proteksi Negara Maju Negara Berkembang 6 Tahun 10 Tahun Ketentuan 1995 - 2002 1995 – 2004 Tarif a. Potongan rata-rata untuk produk- produk pertanian b. Potongan minimum per produk 36 persen 15 persen 24 persen 10 persen Dukungan Domestik ƒ Jumlah potongan AMS untuk bidang pertanian pada periode tahun 1986 – 1988 12 persen 13 persen Ekspor a. Nilai subsidi b. Jumlah produk yang disubsidi pada periode tahun 1986 – 1990 36 persen 21 persen 24 persen 14 persen Sumber: www.wto.org, 2004 Ketentuan baru akses pasar bidang pertanian adalah tentang perubahan kuota dan bentuk hambatan lain ke dalam tarif produk-produk pertanian. ` 23 Perubahan tarif memberikan kepastian jumlah impor sebelum pemberlakuan dapat dilanjutkan dan tidak dilarang, jika suatu jumlah yang baru dikenakan tarif. Kuota Tarif memberlakukan tarif rendah untuk jumlah barang tertentu dalam batas kuota dan tarif tinggi untuk jumlah yang melebihi kuota.

2.3.2. Subsidi Ekspor

Perjanjian bidang pertanian melarang negara anggota WTO menetapkan subsidi ekspor, kecuali subsidi tercantum dalam daftar kesepakatan. Jika tercantum dalam daftar kesepakatan, maka terdapat keharusan untuk mengurangi dana subsidi dan jumlah ekspor yang menerima subsidi. Negara-negara maju setuju mengurangi subsidi sampai 36 persen dalam jangka waktu enam tahun sejak tahun 1995 dan negara-negara berkembang setuju mengurangi subsidi sampai 24 persen selama lebih dari 10 tahun. Negara-negara maju sepakat mengurangi jumlah ekspor yang disubsidi sebesar 24 persen selama 6 tahun dan negara berkembang sepakat mengurangi jumlah ekspor yang disubsidi sebesar 14 persen selama 10 tahun. Negara miskin tidak harus membuat pengurangan apa pun. Negara-negara berkembang dalam kondisi tertentu diijinkan menggunakan subsidi untuk mengurangi biaya-biaya pemasaran dan transportasi produk yang akan diekspor selama 6 tahun masa pelaksanaan kesepakatan pengurangan tarif. Negara berkembang berharap semua bentuk subsidi ekspor yang dirasakan sangat tidak adil dan semakin memperlemah posisi negara berkembang dalam perdagangan dunia dapat dihapuskan. Pengurangan dan penghapusan subsidi ekspor merupakan salah satu cara menciptakan keseimbangan pasar dan kesamaan antara negara maju dan negara berkembang, terutama dalam persaingan ekspor, karena negara-negara maju ` 24 mempunyai keuangan sangat kuat dan negara berkembang terbatas dalam menyediakan subsidi ekspor.

2.3.3. Subsidi Dalam Negeri