204
Tabel 48. Dampak Alternatif Kebijakan Kombinasi Produksi dan Perdagangan Pupuk terhadap Kinerja Perdagangan Pupuk
Domestik Tahun 2004 - 2010
Variabel Liberaliasi
Semua Pupuk SIMKB-11 SIMKB-12 SIMKB-13
Produksi Urea
9629.00 6.5947 9.2014 9.1391
Permintaan Urea
4193.00 3.1243 3.1243 0.8347
Harga Urea
868.78 -11.0613 -2.0770 -2.3021
Ekspor Urea
3946.00 6.7663 10.1622 11.3533 Produksi
TSP 530.44
17.5510 13.0760 17.5558 Permintaan TSP
747.18 -2.8782
35.4431 -3.1631
Harga TSP 1219.00
-0.6563 -10.4184
-0.6563 Impor
TSP Indonesia
719.57 -1.9308 -1.2976 -1.8964
Penawaran KCl
551.11 0.2281 0.2084 0.2377
Permintaan KCL
416.28 -0.6372 0.3116 3.6913
Harga KCl 1477.00
0.0000 0.0000
-10.0203 Impor
KCl Indonesia
551.11 0.2281 0.2084 0.2377
20 persen dan TSP 20 persen SIMKB-12 adalah yang terbaik untuk dilakukan dalam rangka mengantisipasi libralisasi perdagangan pupuk.
Hal ini karena kebijakan ini memberikan dampak peningkatan produksi urea dan TSP sehingga mengurangi impor TSP dan mampu meningkatkan ekspor
urea. Sedangkan dampak dari kebijakan ini mampu meningkatkan kinerja sektor pertanian baik pertanian tanaman pangan maupun perkebunan, serta mampu
mengurangi impor beras, jagung, dan kedele.
7.4.4. Ringkasan Hasil Simulasi Kebijakan Produksi dan Perdagangan Pupuk
Simulasi kebijakan pada industri pupuk yang telah dilakukan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu simulasi kebijakan produksi pupuk, simulasi
perdagangan pupuk dan simulasi kombinasi antara produksi dan perdagangan
205
Tabel 49. Dampak Alternatif Kebijakan Kombinasi Produksi dan Perdagangan Pupuk terhadap Kinerja Sektor Pertanian Tahun 2004 -
2010
Variabel Liberaliasi
Semua Pupuk SIMKB-11 SIMKB-12
SIMKB-13 Produktifitas Kelapa sawit
22.65 3.2039 3.3310 3.4436
Produksi kalapa sawit 93802.00 3.4605 3.6033
3.7249 Penawaran CPO
16322.00 3.4555 3.6025 3.7189
Ekspor CPO 6975.00 3.3548 3.4839
3.6129 Permintaan CPO
15947.00 0.0327
0.0341 0.0353
Harga CPO 0.39 -0.0777 -0.1036
-0.1036 Produktifitas Teh
1.12 0.1162 0.4739 2.6735
Ekspor Teh 110.40 0.1338 0.6087
3.4767 Permintaan Teh
181.22 0.0815 0.3709 2.1181
Harga Teh 0.30 0.0335 0.1676
0.9387 Produktifitas Kakao
1.04 2.0633 2.1305 2.2073
Ekspor Kakao 344.09 3.4121 3.5047
3.6261 Permintaan Kakao
430.07 2.7299 2.8040 2.9012
Harga Kakao Indonesia 0.54 -0.9488 -0.9860
-1.0047 Areal Padi Indonesia
12035.00 0.3739 1.4624 0.1828
Produktifitas padi 4.43 -0.0384 0.8397
-0.0474 Produksi padi
53412.00 0.3295 2.3141 0.1198
Produksi beras 34718.00 0.3284 2.3129
0.1181 Impor Beras
3168.00 0.1263 -2.8409 0.1578
Penawaran Beras 37886.00 0.3115 1.8846
0.1214 Harga Beras
4574.00 -0.0875 -0.4154 -0.0656
Permintaan Beras 35553.11
0.2622 1.5801
0.2275 Areal Jagung
3420.00 1.2281 2.3977 0.2632
Produktifitas Jagung 2.94 0.4727 0.6836
0.3911 Produksi Jagung
10051.00 1.7511 3.1440 0.6865
Impor Jagung 482.50 -2.7837 -5.4320
-1.2580 Penawaran Jagung
3902.00 0.7432 1.4352 0.0769
Harga Jagung 271.63 -0.4142 -0.8053
-0.1821 Permintaan Jagung
4187.89 0.0000 0.0088
0.0000 Areal Kedelai
1045.00 10.7177 11.1962 11.5789
Produktifitas Kedelai 1.64 1.2493 1.2859
1.3285 Impor Kedelai
828.22 -0.7777 -0.8260 -0.8547
Penawaran Kedelai 2547.00 7.7739 8.0487
8.3628 Permintaan Kedelai
2673.00 0.5986 0.6360 0.6360
Harga Kedelai 10661.00 -1.6415 -1.6790
-1.7353
206
pupuk. Masing-masing simulasi telah memberikan informasi berkenaan dengan perubahan-perubahan yang terjadi baik pada industri pupuk maupun pada sektor
pertanian, baik tanaman pangan maupun perkebunan. Kebijakan produksi yang disimulasikan yaitu dengan meningkatkan
kapasitas produksi ternyata hanya berimplikasi pada meningkatnya kegiatan perdagangan namun tidak berimplikasi terlalu signifikan pada kinerja sektor
pertanian. Sebagai contoh peningkatan kapasitas produksi urea ternyata hanya akan menignkatkan kemampuan ekspor urea Indonesia, sedangkan peningkatan
kapasitas produksi TSP ternyata hanya berdampak pada kemampuan mensubstitusi TSP dari impor sehingga tidak berdampak pada sektor pertanian,
baik tanaman pangan maupun perkebunan secara signifikan. Kebijakan dalam aspek perdagangan pupuk disimulasikan dengan
mencoba memberlakukan pembatasan perdagangan ekspor pupuk urea dan tetap memberlakukan subsidi pupuk. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa kebijakan
subsidi pupuk urea dan kombinasinya berdampak positif terhadap perbaikan kinerja sektor pertanian seperti penurunan impor beras, jagung dan kedele, serta
meningkatkan produktivitas hasil perkebunan, tetapi berdampak memperburuk kinerja industri pupuk nasional, karena menurunkan produksi pupuk urea dan
pupuk TSP, serta menurunkan ekspor pupuk urea. Kebijakan kombinasi subsidi harga pupuk TSP dan peningkatan kapasitas
produksi pupuk urea dan pupuk TSP merupakan pilihan kombinasi kebijakan pupuk terbaik untuk mengantisipasi dampak liberalisasi perdagangan pupuk.
Kombinasi kebijakan tersebut berdampak meningkatkan produksi pupuk urea dan pupuk TSP, sehingga mengurangi impor pupuk TSP dan meningkatkan ekspor
207
urea. Kombinasi kebijakan tersebut meningkatkan kinerja sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan, serta mengurangi impor beras, jagung dan
kedele.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Dari ketiga jenis pupuk yang dipertimbangkan dalam model yaitu pupuk urea, TSP dan KCl diketahui bahwa hasil simulasi liberalisasi perdagangan per jenis
pupuk menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda intensitas perubahannya pada kinerja perdagangan pupuk dan sektor pertanian. Dari sisi domestik,
pupuk urea memiliki pengaruh yang paling besar diantara jenis pupuk lainnya. 2. Liberalisasi perdagangan pupuk urea Indonesia, menyebabkan peningkatan
harga domestik, produksi, dan ekspor. Kondisi seperti ini menguntungkan bagi industri pupuk urea domestik. Industri pupuk urea terdorong untuk
melakukan ekspor, sebagai dampak kelebihan penawaran domestik excess supply dan harga yang lebih baik di pasar internasional.
3. Liberalisasi perdagangan pupuk Indonesia berdampak negatif terhadap kinerja sektor pertanian. Dampak negatif tersebut lebih besar pada sub sektor
tanaman pangan dibandingkan sub sektor perkebunan. Ini menggambarkan bahwa petani di Indonesia khususnya tanaman pangan masih sangat peka
terhadap komponen harga input dan belum beranjak dari first generation problem yaitu masalah produksi.
4. Simulasi liberalisasi perdagangan pupuk dunia memberikan dampak yang hampir sama dengan simulasi liberalisasi perdagangan pupuk di Indonesia.
Liberalisasi perdagangan pupuk dunia memiliki pengaruh yang lebih besar terhadapi kinerja perdagangan pupuk dan sektor pertanian. Liberalisasi