Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia

172

7.2.5. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia

terhadap Kinerja Sektor Pertanian Pupuk jenis ini berperan dalam pertumbuhan generatif tanaman. Dampak yang ditimbulkan dari adanya Liberalisasi perdagangan pupuk TSP menunjukkan perubahan yang negatif pada sektor pertanian Indonesia. Produksi untuk masing- masing komoditas menurun baik untuk tanaman pangan maupun perkebunan. Ekspor komoditas perkebunan mengalami penurunan 1.40 persen, 0.63 persen dan 4.15 persen masing-masing untuk ekspor komoditas sawit, teh dan kakao. Sektor pertanian tanaman pangan mengalami peningkatan impor sebesar 2.82 persen, 6.21 persen dan 0.34 persen masing-masing untuk komoditas beras, jagung dan kedelai. Seperti halnya terjadi pada saat liberaliasasi urea Indonesia, maka liberalisasi perdagangan pupuk TSP juga menyebabkan komoditas-komoditas yang komersialisasinya lebih baik menerima dampak perubahan yang lebih besar dibanding komoditas lain yang lebih rendah tingkat komersialisasinya. Dari sisi kinerja tanaman pangan, liberalisasi perdagangan pupuk TSP mendorong naiknya impor beras, jagung dan kedelai. Impor beras naik sebesar 2.82 persen, impor jagung 6.21 persen, dan impor kedelai naik 0.35 persen. Kondisi ini didorong karena turunnya produktifitas masing-masing komoditas sehingga angka produksi menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Penurunan produktifitas untuk padi sebesar 0.79 persen, produktifitas jagung menurun sebesar 0.55 persen dan produktifitas kedelai menurun sebesar 0.85. Informasi perubahan endogen akibat liberalisasi perdagangan pupuk TSP disajikan dalam Tabel 35 yang merupakan hasil simulasi liberalisasi perdagangan pupuk TSP Indonesia untuk komoditas tanaman perkebunan dan tanaman pangan. 173 Tabel 35. Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk TSP Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian Indonesia pada tahun 2004 – 2010 Variabel Dasar Liberalisasi perdagangan TSP Indonesia Perubahan Areal Kelapa Sawit 4199.000 4200.000 0.024 Produktifitas Kelapa sawit 25.990 25.616 -1.431 Produksi kalapa sawit 109183.000 107591.000 -1.458 Penawaran CPO 18998.000 18721.000 -1.458 Ekspor CPO 8082.000 7968.000 -1.411 Permintaan CPO 15972.000 15955.044 -0.016 Harga CPO 0.390 0.385 0.078 Areal teh 169.470 169.452 -0.011 Produktifitas teh 1.130 1.121 -0.479 Ekspor teh 111.070 110.364 -0.633 Permintaan Teh 181.890 181.185 -0.387 Harga Teh 0.300 0.298 -0.168 Areal Kakao 481.950 411.200 -14.681 Produktifitas Kakao 1.060 1.034 -2.138 Penawaran Kakao 513.160 431.980 -15.820 Ekspor Kakao 334.600 319.388 -4.546 Permintaan Kakao 420.580 405.368 -3.617 Harga Kakao Indonesia 0.540 0.542 1.120 Areal Padi Indonesia 12580.000 12423.000 -1.248 Produktifitas padi 4.500 4.460 -0.792 Produksi padi 56680.000 55530.000 -2.029 Produksi beras 36842.000 36094.000 -2.030 Impor Beras 3011.000 3096.000 2.823 Penawaran Beras 39852.000 39191.000 -1.659 Harga Beras 4536.000 4555.000 0.419 Permintaan Beras 36642.000 36075.881 -1.545 Areal Jagung 3773.000 3702.000 -1.882 Produktifitas Jagung 3.000 2.985 -0.553 Produksi Jagung 11361.000 11083.000 -2.447 Impor Jagung 393.170 417.617 6.217 Penawaran Jagung 4167.000 4120.000 -1.128 Harga Jagung 264.080 266.097 0.765 Permintaan Jagung 4189.000 4188.622 -0.009 Areal Kedelai 1549.000 1490.000 -3.809 Produktifitas Kedelai 1.710 1.694 -0.849 Impor Kedelai 785.140 787.887 0.349 Penawaran Kedelai 3465.000 3341.000 -3.579 Permintaan Kedelai 2723.000 2709.000 -0.514 Harga Kedelai 10306.000 10482.000 1.708 174

7.2.6 Dampak Liberalisasi Perdagangan Pupuk KCl Indonesia terhadap Kinerja Sektor Pertanian