Subsidi Dalam Negeri Tinjauan Umum Liberalisasi Perdagangan

` 24 mempunyai keuangan sangat kuat dan negara berkembang terbatas dalam menyediakan subsidi ekspor.

2.3.3. Subsidi Dalam Negeri

Pemberian subsidi dalam negeri mendorong produksi berlebihan, mengurangi impor, karena harga produk dalam negeri lebih murah. Subsidi ekspor dan praktek anti dumping menjerumuskan. Persetujuan bidang pertanian membedakan antara program-program pendukung yang merangsang produksi secara langsung dan yang dianggap berpengaruh secara langsung. WTO mengizinkan subsidi dalam negeri ke dalam: 1. Kotak Hijau. Subsidi jenis kotak hijau dikecualikan pada kesepakatan penurunan dan mempunyai dampak minimal terhadap perdagangan internasional, seperti: jasa yang diberikan pemerintah berupa penelitian, penanggulangan hama dan penyakit, pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan, pembayaran langsung kepada produsen, bantuan penyesuaian struktural, pembayaran langsung untuk kepentingan perlindungan lingkungan hidup dan program bantuan untuk wilayah-wilayah tertentu, pembayaran program pembatasan produksi dan sejumlah bantuan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian dan pedesaan di negara berkembang, serta bentuk subsidi lain yang tidak terlalu besar dilihat dari nilai produksi. 2. Kotak Biru. Subsidi kotak biru mengizinkan pemerintah melakukan pembayaran langsung kepada petani untuk membatasi jumlah produksi, seperti bantuan yang bertujuan untuk mendorong sektor pertanian dan ` 25 pembangunan pedesaan di nagara-negara berkembang dan bantuan-bantuan lain dalam skala kecil. 3. Amber Box. Subsidi amber box adalah subsidi yang dibatasi, karena menimbulkan dampak distorsi pasar, sehingga mengganggu perdagangan internasional. Kategori di luar kotak hijau digolongkan ke dalam bentuk subsidi amber box. Subsidi kategori amber box dikenakan pengurangan tingkat subsidi, termasuk perbedaan antara harga dalam negeri dan harga internasional, serta pembayaran langsung kepada produsen. Negara maju wajib menurunkan tingkat subsidi sebesar 20 persen dan harus dilaksanakan selama kurun waktu 6 tahun. Jika subsidi dalam kategori amber box hanya mencapai 5 persen nilai produksi, maka tidak terkena ketentuan penurunan subsidi. Persentase penurunan subsidi sebesar 10 persen total produksi pertanian umum untuk negara berkembang dan untuk negara maju sebesar 5 persen. Negara berkembang memperoleh keringanan kewajiban menurunkan subsidi dalam negeri sebesar 66.67 persen kewajiban negara-negara maju 13.33 persen dan batas minimal subsidi yang tidak memerlukan penurunan subsidi sebesar 10 persen produksi pertanian. Kesepakatan subsidi dalam negeri seharusnya diberikan kepada negara berkembang, karena negara berkembang bertujuan membantu petani kecil yang berpendapatan rendah, mengentaskan kemiskinan, danmembangun pedesaan. Indonesia setuju menghapus subsidi sesuai ketentuan WTO bidang pertanian, tetapi berkeberatan dengan pengalihan bentuk subsidi dari price support menjadi targeted income support transfer dana secara langsung kepada petani beras, karena pemerintah menerapkan kebijakan harga dasar gabah berdasarkan INPRES ` 26 no. 32 tahun 1998 sampai INPRES no. 9 tahun 2002 untuk harga dasar pembelian gabah.

2.3.4. Perlakuan Khusus dan Berbeda