Ekspresi Simbolik Komunikasi Politik di Indonesia

39 symbol komunikasi politik yang banyak digunakan pemerintahan Orde Baru. 37 1. Direct Speech, yang dalam realitasnya merupakan bentuk komunikasi politik paling banyak digunakan di masyarakat, seperti gossip, rumor, diskusi, argumentasi, interogasi dan intrik. Meskipun demikian, bentuk-bentuk komunikasi ini hampir lepas dari perhatian para pakar dan peneliti tentang komunikasi politik di Indonesia. 2. Symbolic Speech, yaitu symbol-simbol yang di ekspresikan kemudian dimaknai secara khusus sesuai dengan kepentingan sejarahnya. Pemilihan warna bendera “merah-putih” misalnya, merupakan symbol yang mengandung pesan-pesan tertentu sesuai dengan makna sejarahnya. 3. Cartoons, yaitu bentuk komunikasi politik yang paling terbuka untuk diinterpretasikan. Kartun biasanya dibuat dengan latar belakang peristiwa tersendiri. Ia merupakan respon terhadap kenyataan- kenyataan yang sedang hangat terjadi. 4. Monuments, yaitu symbol komunikasi politik yang dibuat untuk menginformasikan sesuatu peristiwa yang pernah di lalui bangsa Indonesia.munimen banyak dibangun selama pemerintahan Orde Baru yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. 37 Muhtadi Asep, “Komunikasi Politik Indonesia Dinamika Islam Politik Indonesia Pasca Orde Baru”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, h.59 40

2. Interaksi Simbolik Dalam Budaya Siber

Dalam buku Komunikasi Antar Budaya di Era Buda Siber, Rulli Nasrullah mengutip pernyataan yang dilontarkan Castells 2009:129 pada dasarnya Term mass self-communication dapat terwakili dari bagaimana teks itu diproduksi dan dikonsumsi sekaligus oleh entitas yang bersangkutan. Seperti tombol “Like” dalam media sosial Facebook, di satu sisi ikon yang di klik tersebut secara denotasi menandakan makna “suka” terhadap status atau image yang dipublikasikan, namun di sisi lain makna “Like” itu bisa beragam dan hanya diketahui oleh pengklik tombol tersebut. 38 “Like” yang pada awalnya merupakan penanda bahwa entitas tertarik pada bahasan atau topic tertentu di Facebook, ternyata mengalami pergeseran makna. Fenomena tombol “Like” pada dasarnya merupakan salah satu bentuk dari budaya komunikasi yang terjadi di era digital saat ini. Makna sebuah ikon tidak bisa lagi diasumsikan akan dimaknai sama oleh entitas lain. Teknologi telah memberikan kebebasan bagi entitas untuk memproduksi sebuah teks dan sekaligus memaknai teks tadi dalam konteks sesuai dengan keinginan entitas tersebut. 39

F. Konseptualisasi Media Sosial

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari manusia tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan untuk bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya 38 Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012 h.104 39 Ibid, h. 106 41 timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung efektif. Dengan kemajuan di bidang teknologi informasi serta komunikasi sekarang ini, dunia tidak lagi mengenal batas, jarak, ruang dan waktu, sebagai contoh kini orang dapat dengan mudah memperoleh baerbagai macam informasi yang terjadi di belahan dunia tanpa harus datang ke tempat tersebut. Bahkan orang dapat berkomunikasi dengan siapa saja di berbagai tempat di dunia ini, hanya dengan memanfaatkan seperangkat komputer yang tersambung ke internet. 40 Sebagai contohnya, di era komunikasi global seperti sekarang ini banyak sekali bermunculan situs-situs social networking yang cukup menarik perhatian. Social networking adalah sebuah bentuk layanan internet yang ditujukan sebagai komunitas online bagi orang yang memiliki kesamaan aktivitas, ketertarikan pada bidang tertentu, atau kesamaan latar balakang tertentu. Layanan social network biasanya berbasis web, yang menyediakan kumpulan cara yang beragam bagi pengguna untuk dapat berinteraksi seperti chat, messaging, email, video, chat suara, share file, blog, diskusi grup, dan lain-lain. 41 40 Fahmi, “Mencerna Situs Jejaring sosial” Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011 h.10 41 Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012 h. 150