Media Sosial Internet Sebagai Media Kampanye

60 Yang penting untuk diketahui bahwa teknologi internet kini juga digunakan dalam rangka pengumpulan dana fundraising, lobbying, volunteering, community buinding, dan organizing. 75 Pengaruh Penggunaan Media online Twitter, facebook, blogger, youtube dan aneka jejaring sosial dalam Kampanye Pemilihan umum teknologi yang menjadi media dalam komunikasi terus berkembang dari hari ke hari. Perkembangan teknologi dalam komunikasi ini sendiri juga membawa pengaruh dalam kehidupan manusia baik dalam hal ekonomi, sosial , budaya dan juga politik. Bidang politik cukup banyak terpengaruh oleh teknologi komunikasi sendiri. Komunikasi sangat penting dan diperlukan dalam politik dan merupakan salah satu bagian dari kegiatan politik sendiri. Kampanye politik sendiri juga sering mempergunakan media komunikasi di dalamnya. Media online jejaring sosial sebagai salah satu produk teknologi komunikasi cukup banyak dipergunakan dalam kampanye pemilu Konsep McLuhan yang menyatakan bahwa teknologi adalah media menjadi konsep dasar yang menjadi landasan dalam analisis kasus ini. Dari konsep McLuhan ini turun ke dalam beberapa teori seyang memiliki kaitan dan juga dapat menjadi pisau analisis dalam berbagai kasus yang ada dalam bidang politik. 75 Liliweri Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011 Cet. ke-1 h.215 BAB III GAMBARAN UMUM PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. PROFIL PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 1. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera

Lengsernya Orde Baru dan bergulirnya era reformasi membuka iklim kebebasan yang makin luas. Mulai dari kebebasan pers, berekspresi, mengemukakan pendapat di depan umum, mendirikan partai baru dan masih banyak lagi. Hal ini membuka keran bagi para aktivis-aktivis dakwah tarbiyah sampai aktivis HAM. Gerakan dakwah tarbiyah yang pada saat Orde Baru dilarang dalam melakukan aktivitasnya di masjid-masjid kampus, namun setelah reformasi dikumandangkan dakwah tarbiyah mulai muncul kepermukaan. Para aktivis dakwah tarbiyah menghendaki dibentuknya partai politik yang berorientasi pada ajaran Islam guna mencapai tujuan dakwah Islam dengan cara-cara demokrasi yang bisa diterima banyak orang. Dan pada bulan Agustus 1998, 50 lebih kader tarbyah menghendaki dibentuknya partai politik dengan nama Partai Keadilan PK. Partai keadilan secara resmi didirikan pada 20 Juli 1998, Islam menjadi asas dari partai baru pada masa itu. Tercatat lebih dari 50 pendiri partai ini, diantaranya adalah Hidayat Nur Wahid, Luthfi Hasan Ishaq, Salim Segaf Al- Jufri dan Nur Mahmudi Ismail. 62 Dan Nur Mahmudi Ismail terpilih sebagai Presiden Partai Keadilan yang pertama, Hidayat Nur wahid menjadi ketua majelis, pertimbangan partai dan Salim Segaf Al-Jufri sebagai ketua dewan syura partai ini. 1 Ahad, 9 Agustus 1998, dibentuklah partai politk dengan nama Partai Keadilan dan dideklarasikan di depan lebih dari 50.000 pendukungnya yang memadati lapangan luar masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Partai yang berkembang Ka’bah dengan dua bulan sabt yang mengapit garis lurus di tengah itu, kehadirannya dikumandangkan dalam suasana semnagat namun penuh khidmat. 2 Partai Keadilan didirikan bukan atas inisiatif seseorang atau beberapa orang aktivisnya, namun merupakan perwujudan dari kesepakatan yang diambil dari musyawarah yang aspiratif dan demokratif. Sebuah survey yang melingkupi cakupan luas dari para aktivis dakwah, terutama yang tersebar dari masjid-masjid kampus di Indonesia dilakukan beberapa bulan sebelumnya untuk melihat respon umum dari kondisi politik yang berkembang di Indonesia. 3 Pada pemilu legislatif 1999 Partai Keadilan memperoleh 7 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan sekitar 160 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota. PK menduduki peringkat ke 7 diantara 48 partai peserta pemilu. Bahkan di Jakarta, sebuah kota 1 Bambang Setiawan dkk, partai-partai Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009 Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2004 2 Sahar L. Hassan, Memilih Partai Islam: Visi, Misi dan Persepsi Jakarta: Gem Insani, 1998 h.29. 3 Sahar L. Hasan, Memilih Partai Islam, h.32