45
Menurut Rulli Nasrullah mengutip pernyataan Holmes 2005, 15- 17 memberikan ulasan yang cukup panjang bagaimana sebenarnya dalam
tataran tertentu distingsi antara broadcast dan new media serta interaksi sosial dengan terfokus pada face-to-face menjadi sesuatu yang tidak
memisahkan dua model tersebut. Karena pada dasarnya, ada pemahaman yang terlanjur terhadap pengertian face-to-face yang secara historis
dimaknai sebagai dan dengan menggunakan istilah integrasi sosial social integration dibandingkan dengan istilah interaksi interaction; istilah
interaksi adalah istilah yang cenderung digunakan sebagai salah sau cirri dari social media age.
49
3. Peranan Politik Media Sosial
Melalui media sosial, kegiatan komunikasi politik dapat terlaksana dengan menyertakan jutaan orang di seluruh dunia, tanpa adanya
hubungan bersifat pribadi. Jika media sosial digunakan untuk komunikasi politik,maka penerima komunikasi politik yang dapat tercipta oleh media
sosial tersebut sangat khas, yaitu jutaan individu yang terhubung oleh jaringan yang disebut segai dunia maya cyberspace.
50
Upaya politikus, pejabat dan aktivis untuk menggunakan media massa dalam membangun komunikasi politik dengan khalayak massa
secara terus menerus, harus memiliki sejumlah kemampuan.
51
49
Rulli Nasrullah, ”Kebudayaan AntarBudaya di Era Budaya Siber”Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012 h.63
50
Arifin Anwar, “Komunikasi Politik Filsafat-Paradigma-Teori-Tujuan-Strategi dan Komunikasi Politik Indonesia” , Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011 cet ke-1, h.171
51
Ibid, h.171
46
a. Mampu meciptakan berita actual, baik dalam bentuk fakta atau pun opini.
b. Mampu dan cakap dalam menanggapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat karena itu harus rajin mengikuti berita dari media
massa. c. Mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan wartawan dan
redaktur sebagai komunikator politik yang professional. Selain itu hubungan politikus dengan media massa memang
bersifat mutual-simbiosis saling memerlukan, media memerlukan berita politik dan politikus dapat menjadi obyek berit factual news atau
narasumber berita talking news. Politikus baik sebagai manusia human interest maupun sebag pekerja politik dengan seluruh aktivitasnya
komentar dan prilakunya, memang mrupakan obyek berita yang menarik.
52
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa media sosial atau media interaktif itu berbeda dengan media massa, meskipun sasaran yang
disentuh jumlahnya besar, namun tidak bersifat “massal”. Media massa mendorong terjadinya massifikasi, sebagai cirri masyarakat industry.
Sebaliknya media interaktif itu lebih banyak bersifat individual, sehingga terjadi individuasi dan demassifikasi, sebagai cirri masyarakat informasi.
Tampaknya media sosial atau media interaktif itu telah ditakdirkan menjadi wahana penegakan politik terbuka dan demokratis dengan
52
Tabroni Roni, “Komunikasi Politik Pada Era Multimedia” Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2012 h. 153