1. Menentukan Rentang R R = 75
– 40 = 35 2. Menentukan Banyak Kelas Interval
K= 1+3,3 Log n K=1+3,3 Log 24
K= 1+3,3 1, 38 = 5,55 dibulatkan menjadi 6 3. Menentukan Panjang Kelas Interval
P = 5,83 dibulatkan menjadi 6
K = 6 , P = 6 4. Mean
∑ x = =
= = 56,66
5. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval
tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu: Tabel 4.5
Hasil perolehan nilai Pre Test siklus II No
Nilai Frekuensi
Persentase 1
40-45 6
624 x 100= 25 2
46-51 3
324 x 100 = 12,5 3
52-57 3
324 x 100 = 12,5 4
58-65 7
724 x 100 = 29,16 5
66-71 4
424 x 100 = 16,66 6
72-77 1
124 x 100 = 4,16 Jumlah
24 100
∑ x = 56,66 Rata-rata
56,66 24 = 2,36
Gambar 4.3. Frekuensi Nilai Pre Test Siklus II
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 40-45 sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 25, kemudian
nilai 46-51 sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 12,5, nilai 52-57 sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 12,5, nilai 58-65 sebanyak 7
siswa dengan persentase sebesar 29,16,nilai 66-71 sebanyak 4 siswa dengan persentase sebesar 16,66,nilai 72-77 sebanyak 1 siswa dengan
persentase 4,16 Dan jika dilihat dari nilai rata-rata sebesar 56,66. Meningkat di banding Pre Test siklus I dengan rata-rata 50,1.
Dan berikut tabel distribusi frekuensi Post Test Siklus II :
TABEL DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL POST TEST SIKLUS II
70, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 75, 75, 75 80, 80, 80, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 85
1 2
3 4
5 6
7 8
40-45 46-51
52-57 58-65
66-71 72-77
Frekuensi
Frekuensi
85, 85, 85, 85 1. Menentukan Rentang R
R = 85 – 70 = 15
2. Menentukan Banyak Kelas Interval K= 1+3,3 Log n
K= 1+3,3 Log 24 K= 1+3,3 1,38
K= 5,55 dibulatkan menjadi 6 3. Menentukan Panjang Kelas Interval
P = P =
P = 2,5 dibulatkan menjadi 3 4. Mean
∑ x = =
= = 78,95
5. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif dihitung melihat nilai yang terletak pada kelas interval
tersebut., dan diambil dari frekuensi terkecil yaitu:
Tabel 4.6
Hasil perolehan nilai Post Test siklus II No
Nilai Frekuensi
Persentase 1
70-72 3
324 x 100= 12,5 2
73-75 7
724 x 100 = 29,16 3
76-78 024 x 100 = 0
4 79-81
6 624 x 100 = 25
5 82-84
024 x 100 = 0 6
85-87 8
824 x 100 = 33,33 Jumlah
24 100
∑ x = 78,95 Rata-rata
78,95 24 = 3,28
Gambar 4.4 Frekuensi Nilai Post Test Siklus II
Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 70-72 sebanyak 3 siswa dengan persentase sebesar 12,5, kemudian
nilai 73-75 sebanyak 7 siswa dengan persentase sebesar 29,16, nilai 79-81 sebanyak 6 siswa dengan persentase sebesar 25, nilai 85-87 sebanyak 8
siswa dengan persentase sebesar 33,33, Dan jika dilihat dari nilai rata-rata sebesar 78,95. Meningkat di banding Post Test siklus I dengan rata-rata
64,2.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
70-72 73-75
79-81 85-87
frekuensi
frekuensi
d Tahap Refleksi
Berdasarkan pengamatan selama penelitian siklus II diperoleh keterangan bahwa pembelajaran IPS di kelas VIII-1 sudah mulai efektif. Siswa mulai
terbiasa menggunakan metode pembelajaran advokasi. Dalam proses pembelajaran, siswa nampak lebih aktif dalam proses pembelajaran
sehingga menciptakan keadaan pembelajaran yang lebih efektif dibandingkan siklus I.
Nilai rata-rata untuk Pre test pada siklus II adalah 56,66 lebih meningkat dibandingkan Pre Test Siklus I yang hanya sebesar 50,1. Setelah dilakukan
Post test pada akhir siklus data yang diperoleh adalah nilai rata-rata hasil Post Test siklus II adalah 78,95 lebih meningkat dibandingkan Siklus I
sebesar 64,2 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 70 tidak ada lagi siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebesar 70. Seluruh siswa
sudah melebihi KKM atau dapat dikatakan keberhasilan mencapai 100. Jika dihitung menggunakan rumusan N-Gain kemampuan siswa mengalami
peningkatan sebesar 0,49 atau masuk ke dalam kategori sedang. Hasil dari siklus II sudah mencapai 100 berarti tindakan sudah dapat dihentikan dan
tidak perlu melanjutkan pada siklus selanjutnya.
e Keputusan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi siklus II diperoleh dari hasil belajar dan aktivitas belajar siswa juga respons siswa yang positif tentang metode
pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran advokasi, hal ini menunjukkan bahwa pemahaman dan kemampuan psikomotorik siswa
dalam memahami materi pergerakan nasional dan sumpah pemuda sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Ini terbukti dengan nilai N-Gain pada
Pre Test Siklus I sebesar 50,1 meningkat pada Post Test menjadi 64,2 dan nilai N-Gain pada Pre Test Siklus II sebesar 56,66 meningkat pada Post Test
menjadi 78,95. Dengan nilai terendah pada Siklus I 25 di bawah KKM dan tertinggi 70, sedangkan pada siklus II, nilai terendah 70 di atas KKM dan
tertinggi 85. Atau dapat dikatakan pada siklus II nilai yang dicapai siswa sudah melebihi KKM sebesar 70. Oleh karena itu tidak perlu dilanjutkan
lagi ke tindakan pembelajaran siklus III.
4. Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II Tabel 4.7
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa
Siklus I dan II N-gain
Kategori post test
Post test 1 Andika Parayudha
50 85
0,7 Tinggi
2 Angga Pratama Putra 55
75 0,44
Sedang 3 Devi Mutiara Mulyanita
60 70
0,25 Sedang
4 Dhafa Zukfahri 75
80 0,2
Rendah 5 Eva Sri wahyuni
60 75
0,37 Sedang
6 Fadli firmansyah 60
70 0,25
Sedang 7 Fahrur Rozi
60 75
0,37 Sedang
8 Fikri Adamsyah 60
80 0,5
Tinggi 9 Ibnu Saifullah
60 85
0,6 Tinggi
10 Intan Purnama sari 60
75 0,37
Sedang 11 Irza Sita Rachim
65 85
0,57 Tinggi
12 Muhamad Sultan M 65
75 0,28
Sedang 13 Muhamad Yosep
70 70
Rendah
14 Nurhayati 70
80 0,33
Sedang 15 Prayoga Nurokhman
80 80
Rendah 16 Rafli Afrizal
65 85
0,57 Tinggi
17 Silvia Dewi 65
80 0,42
Sedang 18 Siti Mutmainah
65 85
0,57 Tinggi
19 Sultan Rayhan 70
85 0,5
Tinggi 20 Rya Mizard Nur
70 75
0,16 Rendah
21 Vika Lin Susanti 80
80 Rendah
22 Wahyu Nur arizki 55
85 0,66
Tinggi 23 Zahira Zahra
55 85
0,66 Tinggi
24 Zaki Zima 65
75 0,28
Sedang Jumlah
1540 1895
9.1420 Rata-Rata
123.2 78.9583
0.7313
Grafik 4.5 Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II
Dari diagram di atas, terlihat bahwa nilai post test siswa pada siklus I dan II yang memperoleh nilai dengan kategori rendah sebanyak 21, kategori
sedang 41, dan kategori tinggi 38. Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan post test pada siklus I dan II. B.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, situasi kelas VIII-1 MTs Yaspina Rempoa Tangerang Selatan tergolong dalam kelas yang ramai, dengan
kriteria siswa yang berbeda-beda, ada yang pendiam dan ada yang aktif. Secara keseluruhan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dengan
menerapkan metode pembelajaran advokasi dalam kegiatan pembelajaran, telah berpusat pada siswa atau dapat dikatakan siswa lebih aktif
dibandingkan guru. Dengan diterapkan metode pembelajaran advokasi ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ini dapat telihat pada nilai Pre Test
dan Post Test pada siklus I dengan jumlah Pre Test sebesar 1205 dengan rata-rata 50,1 meningkat pada jumlah Post Test sebesar 1540 dengan rata-
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Rendah Sedang
Tinggi Series 1
rata 64,2. Dan memperoleh nilai N-Gain sebesar 0,51 dengan kategori sedang. Sedangkan pada Pre Test dan Post Test pada siklus II dengan
jumlah Pre Test sebesar 1360 dengan rata-rata 56,66 meningkat pada jumlah Post Test sebesar 1895 dengan rata-rata 78,95. Dan memperoleh nilai N-
Gain sebesar 0,49 dengan kategori sedang. Dari Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan dibandingkan sebelum diterapkannya metode
pembelajaran advokasi, karena pada metode pembelajaran ini, siswa dapat bertanya kepada guru jika tidak memahami, kemudian masing-masing siswa
dapat belajar melatih kecakapan dalam berbicara, atau dalam kata lain saling membutuhkan, memberikan motivasi, serta menciptakan situasi belajar yang
terbuka. Adapun aktivitas pembelajaran yang ditunjukkan oleh kegiatan siswa di
kelas pada siklus I, dan II dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari setiap pertemuan dari siklus I ke siklus II, dan setiap kelompok sudah dapat
memahami metode pembelajaran advokasi ini. Pada akhir pelajaran pada siklus I, dan siklus II guru menarik kesimpulan secara bersama-sama dengan
siswa untuk menghindari terjadinya miskonsepsi.
C. KETERBATASAN PENELITI
Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam penelitian seperti:
1 Keterbatasan peneliti dan mitra peneliti guru mata pelajaran IPS dalam melakukan
observasi kegiatan
pembelajaran secara
terperinci, mengakibatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran kurang
terkontrol dengan baik. 2 Kurangnya waktu karena kegiatan pembelajaran membutuhkan tahapan-
tahapan yang biasanya membutuhkan waktu yang lama. 3 Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah yang mendukung
keterlaksanaan penerapan metode pembelajaran advokasi. 4 Keterbatasan sumber belajar yang mendukung penerapan metode
pembelajaran advokasi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran
advokasi pada materi memahami proses Kebangkitan Nasional, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah
dilakukannya pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran advokasi.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian yang telah diberikan kepada siswa kelas VIII-1 MTs Yaspina Rempoa
Tangerang Selatan. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata nilai
pre test siswa 50,1 meningkat menjadi 64,2 pada nilai post test tetapi belum 100 siswa mencapai nilai KKM. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus
II lebih baik dari siklus I yaitu nilai rata-rata pre test siswa 56,66 menjadi 78,95 pada nilai post test. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sudah
100. Peningkatan hasil belajar yang terjadi dari Siklus I dan Siklus II
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : Pertama, faktor siswa yang sudah mulai terbiasa menerapkan metode pembelajaran advokasi hal ini
disebabkan karena penerapan metode pembelajaran advokasi dilakukan secara berulang dengan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II sehingga siswa
mulai terbiasa menerapkan metode pembelajaran advokasi. Kedua, penerapan metode pembelajaran advokasi pada siklus II lebih bervariasi dan
lebih mengaktifkan siswa. Pada siklus I penerapan metode pembelajaran advokasi hanya sebagian siswa saja dalam satu kelompok yang aktif
berbicara, Sedangkan yang lainnya masih malu untuk menjadi juru bicara dan
menyampaikan pendapatnya
tentang materi
yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran advokasi, dan pada siklus II siswa sudah mulai terbiasa bergantian menjadi pembicara menggunakan metode
pembelajaran advokasi, selain itu terdapat perbaikan-perbaikan cara kerja kelompok siswa dengan menggunakan metode pembelajaran advokasi pada
siklus II. Ketiga siswa sudah tidak asing lagi dengan soal yang diberikan karena soal pre test dan post test menggunakan soal yang sama, sehingga
siswa mampu memprediksi jawaban soal yang benar untuk menjawab soal post test pada tiap siklus. Ketiga faktor inilah yang membuat hasil belajar
siswa meningkat pada siklus II. Penggunaan metode pembelajaran advokasi menjadi unsur paling utama
dalam keberhasilan belajar IPS siswa kelas VIII-1 pada konsep memahami proses Kebangkitan Nasional. Karena dengan menggunakan metode
pembelajaran advokasi siswa dituntut untuk aktif dalam kegiatan belajar kelompok sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran adokasi.
Masing-masing siswa dalam setiap kelompok menjadi juru bicara secara bergantian, setelah guru memberikan argumen pembuka kemudian
dilanjutkan dengan debat atau diskusi pada konsep memahami proses Kebangkitan Nasional setiap kelompok telah menunjuk salah seorang
sebagai juru bicara yang diposisikan berhadapan dengan yang pro dan kontra. Pada saat debat berlangsung masing-nasing kelompok menyiapkan
argumen tandingan dengan menunjuk juru bicara yang berbeda. Manfaat penggunaan metode pembelajaran advokasi ini adalah mengaktifkan siswa,
baik pada ranah psikomotorik sikap, gerak, keaktifan yang ditunjukkan siswa, ranah kognitif nilai atau hasil belajar yang diperoleh, dan ranah
afektif keaktifan di kelas atau dalam proses pembelajaran karena pada dasarnya pembelajaran berpusat pada siswa.