Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa mengusai pelajaran
tersebut
40
. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu
sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata- rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi
hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya.
Nilai-nilai ini kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok, dan kelompok yang dapat mencapai criteria tertentu bisa mendapatkan
sertifikat atau hadiah-hadiah yang lainnya. 2 Metode Jigsaw
Metode ini dikembangkan dan diujicoba oleh Eliot Arison dan teman- temannya di Universitas Texas.Arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif
metode Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji zigzag, yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. 3 Investigasi Kelompok Group Investigation
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan
pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6
orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan
kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau
40
Warsono Dan Harianto, Pembelajaran Aktif, Bandung: PT Rosda Karya, 2012 Hal 197
memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Menurut Slavin 1995a, strategi belajar
kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar john Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan
memperlihatkan kesuksesannya
terutama untuk
program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.
Dari sekian banyak metode pembelajaran kooperatif, disini peneliti akan menggunakan metode pembelajaran Advokasi dengan tujuan
menciptakan diskusi kelas yang mampu merangsang peserta didik untuk melakukan diskusi kelas untuk mengembangkan pemiikiran dan refleksi,
khususnya jika para peserta didik diharapakan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu
perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik dalam kelas- bukan hanya orang-orang yang terlibat, perbedaan debat biasa dengan
Advokasi terletak pada implikasinya. Debat biasanya dimaksudkan untuk adu pendapat antar individu atau kelompok yang berbeda pendapat, tidak
dimaksudkan untuk memperoleh kesepakatan seperti diskusi pada umumnya dan hanya melibatkan juru bicara
yang mewakili kelompoknya.
41
Sedangkan Advokasi seorang guru berusaha menyajikan suatu debat yang mampu meransang peserta didik untuk mengambil posisi
yang bertentangan dengan pendapatnya. Pertukaran pendapat dapat diatur antara peserta didik, seluruh strategi tersebut dirancang agar setiap peserta
didik terlibat. Ini adalah sebuah strategi untuk suatu perdebatan yang secara aktif melibatkan setiap peserta didik dalam kelas-bukan hanya
orang-orang yang terlibat.
5. Metode Pembelajaran Advokasi
Belajar advokasi menuntut siswa menjadi advokat dari pendapat yang bertalian dengan topik yang tersedia. Para siswa menggunakan ketrampilan
41
Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008, Cet Ke-2
riset, keterampilan analisis dan keterampilan berbicara dan mendengar, sebagaimana mereka berpartisipasi dalam kelas pengalaman advokasi,
mereka dihadapkan pada isu isu kontroversial dan harus mengembangkan suatu kasus untuk mendukung pendapat mereka dalam perangkat petunjuk
dan tujuan tujuan khusus. Perdebatan adalah latiham memahami pendapat orang lain yang berbeda dan barulah orang lain diharap bisa memahami.
Proses debat dalam sesi ini adalah latihan meyakinkan pihak lawan dan memahami argumentasi lawan. Perdebatan pada dasarnya bukan mencari
kemenangan dengan mengalahkan pihak lain, tetapi berargumentasi secara logis sehingga dapat diterima pihak lawan.
42
.
Beberapa Peranan metode advokasi dapat digunakan apabila :
1. Ketika siswa terlibat langsung dalam penelitian dan penyajian debat, ke akunnya lebih banyak ikut serta dalam proses dibandingkan dengan situasi
ceramah tradisional. 2. Proses debat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa karena
hakikat debat itu sendiri. 3. Para siswa terfokus pada suatu isu yang berkenaan dengan diri mereka dan
kadang-kadang yang berkenaan dengan masyarakat luas dan isu-isu personal.
4. Pada umumnya siswa akan lebih banyak belajar mengenai topik mereka dan topik-topik lainnya bila mereka dilibatkan langsung dalam
pengalaman debat. 5. Proses debat memperkuat penyimpanan retention terhadap komponen-
komponen dasar suatu isu dan prinsip-prinsip argumentasi efektif. 6. Belajar advokasi dapat digunakan baik belajar disekolah dasar maupun
belajar disekolah lanjutan. Berdasarkan tingktan siswa, metode ini dapat diperluas atau di sederhanakan pelaksanaanya.
7. Pendekatan instruksional belajar advokasi mengembangkan ketrampilan- ketrampilan dalam logika, pemecah masalah, berpikir kritis,sperti konsep
42
Utomo Danan Jaya, Media Pembelajaran Aktif, Bandung: Nuansa, 2010 Hal 85
diri, rasa kemandian diri, turut memperkaya sumber-sumber komunikasi antar pribadi secara afektif, meningkatkan rasa percaya diri untuk
mengemukan pendapat, serta melakukan analisis secara kritis terhadap bahasan dan gagasan yang muncul dalam debat.
43
Berikutnya Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakasankan metode advokasi :
1. Memilih suatu
topik debat
berdasarkan pertimbangkan
aspek kebermaknaan, tingkatan siswa, relevansi dengan kurikulum, dan minat
para siswa. 2. Memilih dua regu debat, masing-masing dua siswa tiap regu untuk tiap
topik. 3. Menjelaskan fungsi tiap regu dalam kelas.
4. Menyediakan petunjuk dan asistensi kepada siswa untuk membantu mereka menyiapkan debat.
5. Dalam pelaksanaan debat, para audience melakukan fungsi observasi khusus selama berlangsungnya debat.
44
6. Tempatkan dua hingga empat kursi tergantung jumlah dari sub kelompok yang di buat oleh tiap pihak , bagi para juru bicara dari pihak pro dalam
posisi berhadapan dengan jumlah kursi yang sama bagi juru bicara dari pihak yang kontra.
45
7. Setelah semua peserta didik mendengarkan argument pembuka, hentikan debat dan suruh mereka kembali ke sub kelompok awal mereka.
Perintahkan sub-sub kelompok untuk menyusun strategi dalam rangka mengkonter argument dari pihak lawan. Sekali lagi, perintahkan sub
kelompok memilih juru bicara, akan lebih baik bila menggunakan orang baru.
8. Perintahkan juru bicara yang duduk berhadap-hadapan untuk memberikan argumentasi tandingan. Dan ketika debat berlanjut pastikan untuk
menyelang-nyeling antara kedua belah pihak, anjurkan peserta lain untuk
43
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, H. 228-229
44
Ibid, H. 230
45
Hamruni, Strategi Pembelajaran, Yogyakarta: Insani Madani, 2012 Hal 119
memberikan catatan yang memuat argument tandingan atau bantahan kepada pendebat mereka. Juga, anjurkan mereka untuk memberi tepuk
tangan atas argumen yang disampaikan oleh perwakilan tim debat mereka. 9. Pada saat debat berakhir, usahakan agar tidak menyebut pemenangnya,
dan perintahkan peserta didik untuk kembali berkumpul dalam satu lingkaran. Pastikan untuk mengumpulkan peserta didik dengan duduk
bersebelahan dengan peserta didik dari pihak yang berlawanan. Lakukan diskusi dalam satu kelas penuh tentang apa yang didapatkan oleh peserta
didik dari persoalan yang telah diperdebatkan. Juga perintahkan peserta didik untuk mengenali apa yang menurut mereka merupakan argumen
terbaik yang dikemukakan kedua belah pihak.
46
Dalam proses debat terdapat dua regu, yakni regu yang mendukung suatu kebijakan affirmative dan regu lawannya ialah regu oposisi negative.
Masing-masing regu menyampaikan pandanganpendapatnya disertai argumentasi, bukti, dan berbagai landasan, serta menunjukan bahwa
pandangan pihak lawannya memiliki kelemahan, sedangkan pandangan regunya sendiri adalah yang terbaik. Tiap regunya berupaya meyakinkan
kepada para pengamat, bahwa pandanganpendapat regunya yang paling baik dan harus diterima. jadi, tiap regu bertanggung jawab dari setiap anggota
regunya. Proses debat antara dua regu dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Peranan regu pendukung
Esensi pendukung adalah menyatakan “ya” terhadap proposisi. Pendukung menghendaki perubahan status quo dan merekomendasikan suatu kebijakan
untuk diadopsikan. Tanggung jawab pertama dari pendukung ialah mengklarifikasi makna proposisi dengan cara mendifinisikan istilah-istilah
yang samar-samarbelum jelas, sedangkan istilah-istilah yang sudah dipahami tak perlu didefinisikan. Pendefinisian dapat dilakukan dengan berbagai cara,
46
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung: Nusamedia, 2006, H. 141
misalnya dengan cara otoriter penetapan, contoh: penjelasan, estimologi, atau kombinasi dari berbagai cara tersebut.
2. Peranan regu penentang Regu penentang negative team menentang proposisi atas dasar sistem
yang ada sekarang adalah adekuat dan efektif. Secara esensial mereka berkata “tidak” terhadap resolusi yang di ajukan oleh kelompok lawannya.
Tidak ada kebutuhan untuk mengadopsi proposal yang diusulkan oleh regu pendukung. Mereka mempertahankan sistem sekarang status quo, menolak
rencana yang diusulkan karena tidak dapat dilaksanakan dan tidak di inginkan.
B. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Tabel 2.1 Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Tahapan Jenis Kegiatan
Langkah Tindakan yang dilakukan
Tahap I 1. identifikasi permasalahan
- mengenai bahan ajar yang tersedianya
- kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya
- alat dan cara evaluasi yang dilakukan
2. Penyusunan komponen- komponen pembelajaran
Mengkaji komponen pembelajaran yang telah
disusun kemudian di review sehingga komponen-komponen
pembelajaran dapat
Tahap II
Tahap III disempurnakan
Mengkaji dan mereview komponen pembelajaran
- observasi kelas untuk mengetahui efektifitas dan
efisiensi komponen-komponen pembelajaran yang
dikembangkan - analisis dan refleksi data hasil
pengamatan proses pembelajaran
- mengumpulkan informasi dengan melakukan wawancara
kepada guru PELAKSANAAN
TINDAKAN
SIKLUS I
PERENCANAAN - Merencanakan pembelajaran
yang akan diterapkannya - menentukan pokok bahasan
- Membuat skenario pembelajaran
- menyusun lembar latihan soal siswa
- Mengembangkan rencana oembelajaran
- Mengembangkan format observasi pembelajaran
Tindakan Menetapkan tindakan sesuai
dengan skenario yang telah dibuat
Pengamatan - Mengobservasi efektifitas,
efesiensi, dan relevansi strategi pembelajaran yang