Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

siswa atau murid secara baik. Hal ini dapat berdampak pada kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran. Ketiga, sebagian siswa memandang mata pelajaran IPS sebagai mata pelajaran yang bersifat konseptual dan teoritis. Akibatnya siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS merasa cukup mencatat dan menghafal konsep- konsep dan teori-teori yang diceramahkan oleh guru, tugas-tugas terstruktur yang diberikan dikerjakan secara tidak serius dan bila dikerjakan pun sekedar memenuhi formalitas. Keempat, ketidak aktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ini terlihat dalam observasi yang dilakukan, ketika guru mengajukan pertanyaan terkadang siswa enggan menjawabnya. Dan bahkan siswa tidak pernah mengawali untuk mengajukan pertanyaan atau merespon penjelasan materi pelajaran. Dari hal yang tersebut diatas membuat nilai hasil evaluasi akhir belajar siswa rendah. Kelima, pembelajaran menggunakan metode klasikal atau berpusat pada guru teacher center dianggap membosankan dikarenakan dan anak didik cenderung pasif terhadap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus mampu menciptakan atau menggunakan metode pembelajaran yang variatif yang berpusat pada siswa student center salah satunya menggunakan metode pengajaran active learning dan diharapkan siswa aktif dalam proses pembelajaran seperti kebanyakan nilai dari belajar aktif berasal dari berpikir tentang aktifitas mereka melakukan dan mendiskusikan maknanya dengan yang lain-lain. Belajar aktif memiliki berbagai saran untuk membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka alami. Ini sering kali bermanfaat untuk menyampaikan pelajaran singkat setelah belajar aktif untuk menghubungkan apa yang peserta didik alami dengan konsep yang diinginkan oleh guru. 7 7 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif,Bandung; Nusamedia,2006,H. 11 Kendala-kendala dalam penyelenggaraan Pembelajaran IPS sebagaimana dikemukakan di atas, jelas membawa pengaruh pada pencapain tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kondisi semacam ini tentu tidak sejalan dengan semangat untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang kurang bermakna ini akan semakin meluas dan apabila pada proses pembelajaran tersebut guru masih menerapkan strategi dan pendekatan pembelajaran konvensional yang memandang siswa sebagai objek, komunikasi lebih banyak berlangsung searah, dan penilaian lebih menekankan aspek kognitif. Dalam rangka mewujudkan pembelajaran IPS yang diharapkan, maka dipandang perlu diterapkan metode pembelajaran advokasi. Melalui pembelajaran advokasi ini siswa diajak untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang ada dalam masyarakat dan secara proaktif memberikan alternatif pemecahannya, sehingga diharapkan siswa akan mendapat banyak manfaat baik hasil maupun pelaksanaan akademik, sosial maupun sikap pengertian. Melalui pembelajaran seperti ini, siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam ketrampilan analisis, ketrampilan riset dan ketrampilan berbicara dan mendengar, sebagaimana mereka berpartisipasi dalam kelas pengalaman advokasi sehingga dapat digunakan ketika didalam masyarakat. Dalam proses pembelajaran advokasi pemecahan masalah dilakukan melalui analiasis ilmiah terhadap isu-isu strategis yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti berlakunya proses perubahan nilai-nilai dan norma-norma sosial budaya masyarakat akibat globalisasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di MTs Yaspina Rempoa tepatnya pada siswa kelas VIII. Hal ini disebabkan karena rata-rata kelas siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS hanya 60, hal tersebut tentu merupakan nilai yang tergolong masih rendah, untuk itu penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS dengan Menggunkan Metode Advokasi di MTs Yaspina Rempoa Tangerang Selatan ”.

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang telah dijelaskan di atas maka dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu: 1 Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran masih kurang. 2 Hasil belajar IPS masih rendah 3 Potensi siswa belum dimanfaatkan secara optimal. 4 Metode pembelajaran yang kurang variatif. 5 Komunikasi praktis searah, interaksi kurang antara guru dengan siswa. 6 Sumber belajar yang dimiliki oleh siswa terkait dengan materi IPS kelas VIII masih minim 7 Siswa bersikap pasif, kurang antusias dalam diskusi kelas. 8 Proses belajar berlangsung secara konvensional.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis membatasi fokus penelitian pada: Penerapan metode pembelajaran advokasi dalam meningkatkan hasil belajar IPS Siswa kelas VIII MTs Yaspina.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Penerapan Metode Pembelajaran Advokasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Di MTs Yaspina Rempoa Tangerang Selatan? ”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar IPS dengan menggunakan metode pembelajaran advokasi pada siswa kelas VIII MTs Yaspina Ciputat Tangerang Selatan .

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi terhadap metode yang tepat untuk digunakan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

2. Maanfaat Praktis:

a. Bagi siswa, dengan memakai metode pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat memberikan hasil belajar yang baik dan siswa lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. b. Bagi pendidik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada guru bahwa metode pembelajaran Advokasi merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran, agar tercipta suasana pembelajaran yang efektif dan efisien serta berkualitas. c. Bagi sekolah, sebagai informasi baru dan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar agar proses belajar sesuai dengan yang diharapkan. d. Bagi peneliti, menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran yang efektif dan menambah pengalaman mendidik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis

1. Hakikat belajar

Belajar merupakan proses menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dari sesuatu pengetahuan yang baru. 8 Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu memberikan manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat. Bagi individu dalam kebudayaan kita, kemampuan untuk secara terus menerus memberikan sumbangan bagi pengembangan berbagai ragam gaya hidup. Dalam masyarakat, kita tidak heran mengetahui ada tradisi yang dapat megajar orang lain. Bahwa yang namanya belajar tidak mengenal usia artinya semua orang harus belajar baik disekolah maupun dari apa yang ia alami, karena dengan belajar akan membuktikan sejauh mana kita mampu mengejar apa yang dicita-citakan sejak kecil. a. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan 9 . Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap permanen dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak, tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang, oleh karena itu, perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman. 8 Trianto, Mendesain Metode Pembelajaran Inovative-Progresif, Jakarta:Kencana Prenada Media, 2011, Cet.4 H. 15 9 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010, Cet. 17, H. 87. 10 Menurut Sudjana berpendapat, belajar adalah “suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar ”. 10 Menurut Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ”. 11 Belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan saah satu bentuk perilaku amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dengan belajar inilah manusia bertahan hidup survive. 12 Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan seluruh tingkah laku secara sadar yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang sehingga memperoleh hasil dan kegiatan tertentu. Proses belajar mengajar, peserta didik bukan hanya sebagai objek, tetapi harus aktif berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Semakin peserta didik berinteraksi semakin baik hasil perubahan yang didapatnya. Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan 10 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Yogyakarta:PT. Multi Pressindo,2010, Cet Ke 3 H. 2 11 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008, H. 13 12 Zikri Neni Iska, Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Jakarta: PT Kizi Brothers, 2008, Cet Ke-2 tingkah lakunya, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaanya dan lain aspek yang ada pada individu. 13 Menurut Skiner, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psycology: the teaching-learning process, berpendapat bahwa belajar adalah “suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif ”. 14 Definisi belajar menurut psikologi adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki atau meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui usaha dan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati dan meniru serta mencoba. Gagne berpendapat bahwa belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikan rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Peristiwa belajar tidak dapat dipisahkan dari setiap manusia, karena manusia selalu berusaha memperbaiki aktivitas-aktivitas yang mendorong dirinya untuk selalu belajar. Dalam melakukan aktivitas belajar, tidak jarang manusia berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul dalam belajar. Hal inilah yang dapat membedakan derajat manusia dikaruniai akal budi, sedangkan makhluk yang lain tidak. Belajar menurut Gagne, dalam buku the condition learning menyatakan bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia 13 Nana Sudjana,Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,Bandung: PT. Algesindo Offest, Cet.5,H. 28 14 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010, Cet. 17, H. 88 mengalami situasi tadi ”. 15 Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa pada dasarnya belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku dan biasanya dilakukan secara sadar oleh seseorang, perubahan tingkah laku ini disebabkan karena manusia berinteraksi dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Apabila karena interaksi ini seseorang mengalami perubahan tingkah laku, maka dapat dikatakan ia telah belajar.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip Belajar untuk melengkapi berbagai pengertian dan makna belajar, perlu dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar. Proses belajar itu sangat kompleks sekali, tetapi dapat juga dianalisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal ini perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman dengan teknik belajar yang baik . Prinsip-prinsip itu ialah: 1. Belajar harus bertujuan dan terarah. 2. Belajar memerlukan bimbingan. 3. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian. 4. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. 5. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan limgkungannya. 6. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. 7. Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan kedalam bidang praktik sehari-hari. 16 15 M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2004 Cet Ke-20 16 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2007, Cet Ke-3

Dokumen yang terkait

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS

0 5 205

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Hubungan antara persepsi siswa tentang kemampuan mengajar mahasiswa PPKT dengan minat belajar siswa: studi kasus di MTs Nur Asy-Syafi’iyah (YASPINA), Rempoa Ciputat, Tangerang Selatan.

1 50 115

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Penggunaan metode tanya jawab dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Kelas IV di MI Unwanul Huda Jakarta Selatan

8 110 81

Peningkatan Hasil Belajar Ips Siswa Dengan Menggunakan Metode Sosiodrama Di Smp Nusantara Plus Kelas Viii-4 Ciputat Tangerang Selatan

0 5 197

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran fiqih melalui metode advokasi : Penelitian tindakan kelas pada kelas VIII MTS. Al-Huda Bekasi Timur

15 103 155

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA Peningkatan Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Monopoly SDN 01 Giriwarno Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE BELAJAR KELOMPOK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA Peningkatan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode Belajar Kelompok Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas IV SDN Celep V Kedawung Sragen Tahun Ajara

0 2 15