kini, tetapi diperlukan kemampuan pengetahuan untuk mengenal dan memahami “diri sendiri” dan sesamanya.
4
Dengan menumbuhkan daya perhatian siswa, perasaan empati maupun motivasi dalam belajar SKI, diharapkan siswa mampu
meningkatkan kecerdasan emosinya dalam memahami nilai-nilai penting yang terdapat dalam pelajaran SKI, sehingga tidak lagi menganggap
pelajaran SKI membosankan serta adanya proses menanamkan pemahaman oleh guru kepada siswa dari materi SKI yang dipelajari.
Rasulullah SAW bersabda:
سف سف ا إو هلك سجلا حلص حلص ا إ ً غضم سجلا يف ّاو يلع قفتم .بلقلا يهو اأ هلك سجلا
ه
“Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Jika segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika segumpal
darah itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu
adalah hati.” Muttafaq Alaih
5
Dalam proses pembelajaran guru harus berupaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan menumbuhkan semangat dan empati
siswa serta berusaha menampilkan SKI sebagai mata pelajaran yang menarik untuk dipelajari sehingga perhatian siswa terhadap pembelajaran
semakin meningkat. Guru SKI idealnya tidak hanya menyampaikan informasi kepada siswa-siswanya, tetapi juga mampu memberikan
stimulus yang tepat bagi siswa untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan sehingga dapat membangun kecerdasan emosi yang
dibutuhkan.
Unang mengemukakan bahwa guru harus menentukan dan
menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif, guru bisa memilih metode yang tepat sesuai
dengan materi yang diajarkan, media pengajaran dan sebagainya.
6
4
Basuki, Kecerdasan Emosional: Esensi dan Urgensinya Dalam Pendidikan Islam, Jurnal Cendekia Vol 5, Ponorogo, 2007, h.19-20
5
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak, Jakarta:Pustaka Al- Kautsar,2010, h.vii
6
Unang Subandi, Media Pendidikan Jurnal Pendidikan Keagamaan Pengelolaan Pondok Pesantren, Strategi Belajar Mengajar dan Prestasi Belajar, UIN Sunan Gunung Djati: FITK,
2009, h. 94
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka sudah seharusnya guru berusaha optimal dalam menciptakan pembelajaran
yang berkualitas. Guru harus mampu memilih metode yang tepat dan efektif, sebab tidak semua pelajaran bisa menggunakan metode yang sama,
selain itu guru dituntut pula untuk menguasai berbagai metode, atau mengkombinasikannya. Artinya, guru membutuhkan variasi-variasi dalam
penggunaan tehnik penyajian, supaya kegiatan belajar mengajar tidak membosankan. atau dengan kata lain mencapai indikator yang telah
direncanakan. Pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu Guru untuk
meningkatkan kecerdasan emosi siswa seperti membangun daya perhatian, empati maupun motivasi siswa dalam belajar SKI. Dalam hal ini guru
dapat menampilkan media yang menarik perhatian siswa, diantaranya yaitu video. Video dapat membantu para guru mengetahui pendekatan
baru yang bisa digunakan untuk menarik daya perhatian dan empati siswa, karena pembelajaran model ini lebih memungkinkan siswa untuk fokus
terhadap apa yang ia simak. Guru bisa menggunakan video untuk melibatkan emosi peserta didiknya dalam proses pembelajaran sehingga
proses penyampaian isi-isi pengajaran menjadi lebih berkesan. Selain itu, Guru perlu mengetahui bahwa untuk membangkitkan
emosi siswa pada pelajaran SKI tidak cukup hanya menggunakan video lalu murid menyimak apa yang mereka tonton tanpa ada tindak lanjut dari
kegiatan tersebut. Melainkan guru juga dapat mendukung kegiatan pembelajaran melalui metode Video Critic. Karena dalam Video Critic ini,
siswa tidak hanya menonton tetapi diarahkan untuk mengkritisi tayangan video yang ditontonnya. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa
memahami pentingnya materi yang dipelajari sehingga muncul rasa keingintahuan dan ketertarikan siswa terhadap SKI.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional
siswa pada mata pelajaran SKI. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
bermaksud mengkajinya
dalam skripsi
dengan judul
“Peningkatan Kecerdasan Emosional Siswa Melalui Metode Video Critic Pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang
masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajarkan
SKI masih kurang menekankan pada pemahaman siswa akan pentingnya SKI.
2. Ketidaktepatan guru dalam pemilihan metode dan media pembelajaran
SKI berakibat pada kurang berkembangnya kecerdasan emosional
siswa.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rancangan pembelajaran SKI yang akan diterapkan dengan metode
Video Critic.
2. Mata pelajaran SKI kelas VII semester II materi Sejarah Bani
Umayyah 3.
Kecerdasan emosional siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat belajar agar
setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil
inisiatif dan bertindak secara efektif. b.
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan
menimbulkan hubungan
saling percaya,
serta mampu
menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. 4. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Islam At-Taqwa
Pamulang.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai
berikut: 1.
Bagaimana penerapan metode Video Critic dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa.
2. Bagaimana efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran
SKI.
E. Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan Hasil Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan metode Video Critic dalam
meningkatkan kecerdasan emosional siswa b.
Untuk mengetahui efektivitas metode Video Critic terhadap pembelajaran SKI.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
a. Dapat menambah pengetahuan bagi peneliti dalam memahami cara
meningkatkan kecerdasan emosional siswa dengan diterapkannya
metode Video Critic.
b. Dapat memberikan kontribusi kepada guru mata pelajaran SKI
dalam menentukan metode yang tepat untuk meningkatkan
kecerdasan emosional siswa pada mata pelajaran SKI.
c. Menambah ilmu pengetahuan, menjadi bahan referensi dan
pertimbangan pengembangan penelitian yang sejenis bagi peneliti
lainnya.
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Kecerdasan Emosional
1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli, yaitu Peter Salovey dan John Mayer
untuk menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang dianggap penting untuk keberhasilan. Jenis-jenis kualitas emosi yang dimaksudkan antara
lain yaitu: 1 Empati kepedulian, 2 Mengungkapkan dan memahami perasaan, 3 Mengendalikan amarah, 4 Kemampuan Kemandirian,
5 Kemampuan menyesuaikan diri, 6 Diskusi, 7 Kemampuan memecahkan
masalah antar
pribadi, 8
Ketekunan, 9
Kesetiakawanan, 11 Keramahan 11 Sikap hormat.
1
Beberapa pendapat yang mengemukakan tentang kecerdasan emosional diantaranya sebagai berikut:
Menurut Salovey dan Mayer kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan”.
2
Sedangkan menurut Steven J. Stein dan Howard E. Book kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan,
kompetensi, dan
kecakapan nonkognitif
yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
3
Adapun menurut Robert dalam Hamzah B. Uno mengatakan bahwa kecerdasan emosional memotivasi seseorang untuk mencari
manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan nilai-nilai yang paling dalam,
1
Hamzah B.Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Gramedia Utama, 2006, h. 68-69
2
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, h. 513
3
B.Uno, op. cit., h. 69
mengubah apa yang dipikirkan menjadi apa yang dijalani. Kecerdasan emosional menuntut seseorang belajar mengakui dan menghargai
perasaan pada dirinya dan orang lain untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi, emosi dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi, kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan
kepekaan emosi sebagai sumber informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.
4
Reuven Bar-On sebagaimana dikutip oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, dalam Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
5
Kecerdasan emosional bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual, namun keduanya
saling bersinergi satu sama lain. Ari Ginanjar mengatakan bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran suara hati. Suara hati itulah yang harus dijadikan pusat prinsip
dalam memberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijaksanaan.
6
Selain itu, kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
7
Menurut Daniel Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligen
menjaga keselarasan
emosi dan
mengungkapkannya melalui
4
Ibid., h. 69.
5
Ibid.
6
Ari Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual ESQ, Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001, h. 9
7
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, Bandung: CV Pustaka Setia, 2006, h.115