2 Komunikasi, yaitu mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan.
3 Manajemen  konflik,  yaitu  negoisasi  dan  pemecahan  silang
pendapat. 4
Kepemimpinan,  yaitu  membangitkan  inspirasi  dan  memandu kelompok dan orang lain.
5 Membangun  hubungan,  yaitu  menumbuhkan  hubungan  yang
bermanfaat. 6
Kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
7 Kemampuan  tim,  yaitu  menciptakan  sinergi  kelompok  dalam
memperjuangkan tujuan bersama. Pada  dasarnya  emosi  memiliki  banyak  keunggulan,  diantaranya
sebagai berikut:
13
1 Emosi  adalah  bentuk  komunikasi  yang  dapat  mempengaruhi  orang
lain.  Guratan  emosi  yang  terlihat  pada  raut  muka  seseorang  adalah bagian  dari  emosi.  Sejak  dahulu  dalam  kehidupan  masyarakat
primitif,  dan  di  dalam  dunia  buas  binatang,  guratan  ekspresi merupakan bentuk komunikasi seperti  kata-kata. Saat sekarang pada
masyarakat modern, guratan eskpresi meruapkan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata.
2 Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan. Emosi secara
teoritis dapat memotivasi perilaku. Pada situasi  yang penting, emosi dapat bereaksi dalam menghadapi situasi tersebut karena emosi akan
mempersiapkan segalanya untuk dapat melewati rintangan  yang ada dalam melewati rintangan yang ada dalam pikiran kita dan yang ada
di lingkungan kita. EQ mempunyai empat dimensi berikut:
14
1 Mengenali,  menerima,  dan  mengekspresikan  emosi  kefasihan
emosional. Yaitu:
13
Triantoro Safari dan Nofrans Eka Safutra,  Manajemen Emosi Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009, h. 16-
17
14
Makmun Mubayidh, Kecerdasan Dan Kesehatan Emosional Anak, Jakarta: Al-Kautsar, 2006, h. 7-9
a Mampu  membaca  emosi  yang  tergambarkan  pada  wajah,  suara,
gerak anggota badan, alunan musik, intisari cerita atau hikayat, dan juga mampu mengungkapkan emosi dengan baik
b Mampu  membedakan  emosi  orang  lain,  bentuk,  dan  tulisan,  baik
melalui ekspresi wajah, dan tingkah laku. 2
Menyertakan emosi dalam kerja-kerja intelektual. Yaitu: a
Mampu mengaitkan emosi dengan kegiatan berpikir, memberikan penilaian, atau memecahkan masalah.
b Mampu  memasukkan  emosi  dalam  kegiatan  intelektual  untuk
menganalisa dan memahami. 3
Memahami dan menganalisa emosi. Yaitu Mampu menafsirkan tanda tanda  yang  disampaikan  emosi.  Misalnya:  sedih  mengindikasikan
kejadian  kehilangan  atau  kerugian.  Kegembiraan,  mengindikasikan keberuntungan dan keberhasilan.
4 Mengelola  emosi.  Yaitu:  memahami  sejauh  mana  perilaku  sosial
dapat  mempengaruhi  emosi;  pengendalian  emosi  sendiri  atau  emosi orang lain; dan mengetahui perkembangan emosi sendiri.
Adapun, hal-hal yang diperhatikan dalam mengajarkan kecerdasan emosional  pada  anak,  sebagaimana  dikatakan  Lawrence  S.  Saphiro,
diantaranya yaitu:
15
1 Mengajari anak-anak bersikap peduli kepada orang lain.
2 Mengajarkan kepada anak nilai  kejujuran sejak  mereka masih  muda
dan  konsisten 3
Mendorong  anak-anak  untuk  mengungkapkan  perasaan  mereka melalui  kata-kata  sebagai  upaya  mengatasi  konfllik  dan  kesusahan
mereka, dan agar kebutuhan mereka terpenuhi. 4
Mengajari  anak  keterampilan  mendengar  aktif  untuk  membantu mereka  mengembangkan  hubungan  yang  secara  emosional  saling
memberi pada saat sekarang dan kemudian hari.
15
Basuki, “Kecerdasan  Emosional:  Esensi  Dan  Urgensinya  Dalam  Pendidikan  Islam”,
Jurnal Cendekia Vol. 5, 2007, h. 25
5 Mengembangkan  kemampuan  komunikasi  emosi  meliputi  kesadaran
atas  perilaku  nonverbal  orang  lain  gerak  tubuh,  bahasa  tubuh, ekspresi  wajah, nada suara, dan sebagainya karena emosi nonverbal
lebih berperan daripada kata-kata yang terucapkan. 6
Mengajarkan sopan santun. 7
Mengajarkan  anak  merasakan  ganjaran  dari  suatu  keberhasilan kerjasama tidak mungkin dicapai  oleh satu orang saja.
Selain  itu  pentingnya  peran  guru  dalam  mengembangkan kecerdasan emosi siswa diantaranya yaitu:
1 Membantu  siswa  mempelajari  bahasa  emosi  dan  kalimat  yang
digunakan untuk mengekspresikannya. 2
Membantu siswa untuk merasa dirinya diperhatikan oleh guru, bukan dihegemoni atau dikuasai guru.
3 Melatih  siswa  untuk  mengenali  berbagai  situasi  emosi  dan
membedakan satu emosi dengan lainnya.
16
Dengan  demikian  sudah  seharusnya  guru  berperan  dalam membantu  siswa  untuk  menentukan  kapan  dan  dimana  ia  bisa
mengungkapkan  perasaan  dan  emosinya  serta  berupaya  mengembangkan kecerdasan emosi dalam suasana pembelajaran.
3. Indikator Kecerdasan Emosional
Berdasarkan  komponen-komponen  yang  telah  dikemukakan  para ahli,  maka  indikator  kecerdasan  emosional  yang  digunakan  dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Motivasi
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat  agar setiap saat dapat  membangkitkan  semangat  dan  tenaga  untuk  mencapai  keadaan
yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
1 Dorongan  prestasi,  yaitu  dorongan  untuk  menjadi  lebih  baik  atau
memenuhi standar keberhasilan.
16
Mubayidh,op. cit., h. 128
2 Komitmen, yaitu menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau
lembaga. 3
Inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan. 4
Optimisme,  yaitu  kegigihan  dalam  memperjuangkan  sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
b. Empati Empati  adalah  kemampuan  merasakan  apa  yang  dirasakan  oleh
orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan  saling  percaya,  serta  mampu  menyelaraskan  diri  dengan
berbagai tipe  individu. Unsur-unsur empati, yaitu: 1
Memahami  orang  lain,  yaitu  mengindera  perasaan  dan  perspektif orang  lain  dan  menunjukkan  minat  aktif  terhadap  kepentingan
mereka. 2
Mengembangkan  orang  lain,  yaitu  merasakan  kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan
orang lain. 3
Orientasi  pelayanan,  yaitu  mengantisipasi,  mengenali,  dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
4 Memanfaatkan  keragaman,  yaitu  menumbuhkan  peluang  melalui
pergaulan dengan bermacam-macam orang. 5
Kesadaran politis, yaitu mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan perasaan.
B. Metode Video Critic
1. Pengertian Metode Video Critic
Menurut  Arthur,  “Video  can  give  students  realistic  models  to imitate  for  role-
play”.  Disamping  itu  menurut  Heron,  Hanley  dan Cole,
“video  mampu  memberikan  dukungan  kontekstual  dengan membantu pelajar memvisualisasikan kata beserta maknanya”.
17
17
Suarcaya  Putu  dan  A.A.  Sri  Barustyawati,  Video  untuk  Pembelajaran  ESP  di  Kelas, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha, No. 3 Th. XXXXI Juli 2008, h. 4
Video  sebagai  media  audio  visual  yang  menampilkan  gerak, semakin  lama  semakin  populer  dalam  masyarakat  kita.  Pesan  yang
disajikan  bisa  bersifat  fakta  kejadianperistiwa  penting,  berita maupun fiktif seperti misalnya ceritera, bisa bersifat edukatif maupun
instruksional
18
Video  sebagai  salah  satu  media  dalam  pengajaran  dan pembelajaran. Video dapat membantu guru meningkatkan minat siswa.
Selain itu, guru dapat menggunakan video sebagai media pembelajaran untuk  meningkatkan  kreativitas  dalam  proses  penyampaian  materi
pelajaran,  sehingga  pembelajaran  lebih  menarik  dan  berkesan  bagi siswa.  Video  dapat  membantu  siswa  memahami  materi  melalui
visualisasi. Dalam  proses  pembelajaran  menggunakan  video  guru  berupaya
mensuasanakan  siswa  tidak  merasa  bosan  atau  cenderung  monoton, sehingga  membutuhkan  kegiatan  lain  yang  menunjang  kreativitas
siswa  dengan  bantuan  metode  yang  digunakan  guru.  Adanya  proses mengkritisi video yang ditayangkan pada proses pembelajaran menjadi
kegiatan yang penting untuk dilalui siswa. Kritik  adalah  masalah  penganalisaan  dan  pengevaluasian  sesuatu
dengan  tujuan  untuk  meningkatkan  pemahaman,  memperluas apresiasia atau membantu memperbaiki.
19
Metode  Video  Critic  yaitu  cara  aktif    untuk  menjadikan  siswa merasa  terlibat  dalam  menonton  tayangan  video.
20
Pada  Video  Critic ini,  guru  menyiapkan  materi  yang  akan  disampaikan  kepada  peserta
didik melalui video yang kemudian dikritisi oleh peserta didik. Video  Critic  ini  merupakan  bagian  dari  pembelajaran  aktif,  yaitu
suatu  pembelajaran  yang  mengajak  peserta  didik  untuk  belajar  secara
18
Arief  S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008, h. 74
19
Curtis, dan B; Floyd, James J; Winsor, Jerryl L, Kritik, 2014, Http:id.wikipedia.org
20
Melvin  L.Silberman,  Active  Learning,  Bandung:  Nusamedia,2006,  Cet  III  Edisi Revisi, h. 138
aktif.  Dengan  belajar  aktif  ini  peserta  didik  diajak  untuk  turut  serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga
melibatkan  fisik.
21
Siswa  dapat  berperan  sebagai  seorang  peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka
menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran.
2. Karakteristik Video
Ada  beberapa  karakteristik  video  yang  mempunyai  banyak kemiripan  dengan  media  film,  sebagaimana  dijelaskan  oleh  Yudhi
Munadi, yaitu: a
Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu. b
Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan. c
Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat. d
Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa. e
Mengembangkan imajinasi peserta didik. f
Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik
g Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.
h Menunjukkan  rangsangan  yang  sesuai  dengan  tujuan  dan  respon
yang diharapkan siswa. i
Semua  peserta  didik  dapat  belajar  dari  video,  baik  yang  pandai maupun yang kurang pandai.
j Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
k Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali untuk
dievaluasi.
22
Ada  beberapa  kekurangan  video  dalam  proses  belajar  mengajar, yaitu:
a Perhatian  penonton  sulit  dikuasai,  partisipasi  mereka  jarang
dipraktikkan.
21
Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:Insan Madani, 2008, h. XIV
22
Yudhi  Munadi,  Media  Pembelajaran  Sebuah  Pendekatan  Baru,  Jakarta:  Gaung Persada Press, 2008,  h. 127