Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover pada karyawan PT: Alenatex Bandung
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN
PT. ALENATEX BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi)
Oleh:
ANINGETI PRIHANDINI ETNANINGTIYAS
NIM : 107070002376
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/ 2011 M
(2)
(3)
(4)
(5)
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS. 55:25)
“Engkau adalah pemimpin hidupmu sendiri.
Pikirkanlah, katakanlah, dan lakukanlah yang baik-baik dalam pergaulan dan pekerjaan yang baik-baik. Utamakanlah yang membahagiakan dirimu,
keluargamu, dan sesamamu.” , Mario Teguh.
“Character cannot be developed in ease and quiet. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, ambition inspired, and success achieved. “
Helen Keller
“It is our choices...that show what we truly are, far more than our abilities.”
JK. Rowling
“Keikhlasan dan ketulusan akan memudahkan
langkahmu dalam mengerjakan sesuatu ” Me
PERSEMBAHAN :
Skripsi ini ku persembahkan untuk
Mama Tercinta & Papa, yang telah memberikan
semangat moril dan materil hingga skripsi ini
selesai.
(6)
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
(B) September 2011
(C) Aningeti Prihandini Etnaningtiyas (D) xvi + 144 halaman + lampiran
(E) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Turnover pada Karyawan PT. Alenatex Bandung.
(F) SDM merupakan aset terpenting dalam sebuah organisasi yang
mempengaruhi efisiensi dan efektivitas perusahaan. Sehingga perusahaan diharapkan mampu mengatur SDM sebaik mungkin agar tidak terjadi turnover. Berdasarkan data yang didapatkan mengenai efek negatif yang muncul akibat
turnover, tercatat bahwa sektor industri di Amerika Serikat mengalami kerugian sebesar $60.000 karena ada sekitar 16.8% karyawan yang melakukan turnover
setiap tahunnya. Sedangkan di Indonesia ada sekitar 10-12% karyawan yang melakukan turnover setiap tahunnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi intensi
turnover. Data mengenai turnover diperoleh melalui angket yang disebarkan kepada 150 responden karyawan sebuah pabrik tekstil di Bandung. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa group cohesiveness secara negatif mempengaruhi intensi turnover meskipun tidak signifikan. Personality job fit
secara positif mempengaruhi intensi turnover meskipun tidak signifikan. Kepuasan kerja secara negatif mempengaruhi intensi turnover meskipun tidak signifikan. Usia, jenis kelamin, status marital, pendidikan, dan masa kerja secara negatif mempengaruhi intensi turnover dan signifikan. Namun jika dilihat
perdimensi, maka ditemukan bahwa dimensi conscientiousness, pay, dan
promotion berpengaruh signifikan terhadap intensi turnover.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi varians dari intensi turnover yang dijelaskan oleh group cohesiveness, personality job-fit, kepuasan kerja, usia, jenis kelamin, status marital, pendidikan, dan masa kerja adalah sebesar 45 %.
Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah pada penelitian selanjutnya, diharapkan mampu mengembangkan secara baik dan teliti setiap item yang digunakan, terlebih jika item tersebut merupakan adaptasi dari penelitian yang berasal dari luar negeri. Selain itu, setiap perusahaan diharapkan mampu mengantisipasi sejak dini tentang bagaimana cara menurunkan angka
turnover sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian yang besar hanya karena kekurangan SDM.
(7)
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’ alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Intensi Turnover pada Karyawan PT. Alenatex Bandung”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dalam memberikan bimbingan, masukan, dan arahan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si, Pembantu Dekan I, beserta seluruh jajaran dekanat lainnya, yang tiada hentinya berusaha menciptakan lulusan-lulusan Fakultas Psikologi yang semakin baik dan berkualitas.
3. Ibu Yunita Faela Nisa, M. Psi., Psi., sebagai Dosen Pembimbing I, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan, waktu dan tenaga yang telah diberikan kepada saya selama proses pengerjaan skripsi.
4. Ibu Liany Luzvinda, M. Si, sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan, waktu dan tenaga yang telah diberikan kepada saya selama proses pengerjaan skripsi dan pembuatan slide untuk presentasi sidang.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah banyak memberikan pengetahuan baru seputar Psikologi kepada saya dan seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu saya dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi.
(8)
viii
6. Kedua orang tua saya, Triyanto Budi Mulyo dan Supraptiningsih, terima kasih atas cinta, kasih sayang, perhatian, pengertian, motivasi, dukungan baik moril maupun materil, dan bergantian menemani saya begadang menyelesaikan skripsi, serta doa yang tiada hentinya dalam setiap sujud dan ibadahnya agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Kakak saya tercinta, Andes Tiyarani Agnelia, terima kasih atas motivasi, saran, obrolan dan tawa yang terkadang tidak penting hanya untuk menghibur dan menemani saya begadang menyelesaikan skripsi.
8. Pakde Marno dan keluarga, terima kasih atas bantuan koneksi perusahaannya (PT. Alenatex Bandung) untuk dijadikan tempat penelitian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat saya semenjak kuliah, Genk Amot dan Abon (Ana, Dien, Ema, Yuni, Hayyu, dan Muthi), terima kasih untuk segala petualangan si bolang, tawa, dan sedih, yang kita lewati bersama. Teman-teman angkatan 2007, khususnya kelas A yang sangat heboh dan penuh cerita. Terima kasih untuk Kak Adiyo, Risna, dan Efi yang telah memberikan banyak arahan dalam mengerjakan pengolahan statistik pada skripsi ini.
10. Seluruh responden yang telah membantu mengisi angket penelitian yang saya berikan dan seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala dukungan, bantuan, dan kemudahannya yang telah diberikan untuk membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah lah penulis berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.
Jakarta, 20 September 2011
(9)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Pembimbing ……...……….. ii
Lembar Pengesahan Panitia Ujian ………...……...……… iii
Lembar Pernyataan Orisinalitas ....…...……… iv
Motto dan Persembahan .….………...………….………….. Abstrak .….……….………...….. Kata Pengantar .….……….…………... Daftar Isi .….……….…………... Daftar Tabel .….……….…………... Daftar Gambar .……….………….. Daftar Lampiran .….……….…………..
v vi vii ix xiii xiv xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …...…………...………..
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah ...…...……. 1.2.2 Perumusan Masalah …...…...……. 1.3 Tujuan Penelitian …...……...……….. 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis …..………...……….. 1.4.2 Manfaat Praktis …..…….…...……….. 1.5 Sistematika Penulisan …..………...……….. 1.6 Teknik Penulisan …..………...………..
1 9 10 12 14 14 15 16
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Intensi Turnover
2.1.1 Definisi Intensi Turnover ...…...…….. 2.1.2 Teori Intensi Turnover ...………...……..
17 19
(10)
x
2.1.3 Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Intensi Turnover ...……... 2.1.4 Proses Intensi Turnover ...………...…….. 2.1.5 Penelitian Intensi Turnover ...…...…….. 2.1.6 Pengukuran Intensi Turnover ...…...……..….. 2.1.7 Intensi Turnover pada
Karyawan PT. Alenatex Bandung
2.1.7.1 Definisi Karyawan ...………..…....….. 2.1.7.2 Tugas Karyawan ...………...…….. 2.2 Group Cohesiveness
2.2.1 Definisi Group Cohesiveness ...…...…….. 2.2.2 Dimensi Group Cohesiveness ...……....….. 2.3 Personality Job-Fit
2.3.1 Definisi Personality Job-Fit ...…...….….. 2.3.2 Dimensi Personality Job-Fit ...……...….. 2.4 Kepuasan Kerja
2.4.1 Definisi Kepuasan Kerja ...…...…...….. 2.4.2 Teori Kepuasan Kerja ...…...…...….. 2.4.3 Dimensi Kepuasan Kerja ...……...….. 2.5 Kerangka Berpikir …....……...……….. 2.6 Hipotesis …..………...………..
21 37 38 41 42 42 43 45 46 47 49 50 52 53 58
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian …...…...…….. 3.1.1 Pendekatan Penelitian …...……….. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi dan Sampel …..………...….. 3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel …...……….. 3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Definisi Konseptual …...……….. 3.3.2 Definisi Operasional …...…...……..
61 61 62 62 62 63
(11)
xi
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ….. 3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Alat Ukur Penelitian …...…...…….. 3.5.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .... 3.5.2.1 Uji Validitas Skala Intensi Turnover ... 3.5.2.2 Uji Validitas Skala Group Cohesiveness .. 3.5.2.3 Uji Validitas Skala Personality Job-Fit ... 3.5.2.4 Uji Validitas Skala Kepuasan Kerja... 3.6 Prosedur Penelitian
3.6.1 Tahap Persiapan …...…...…….. 3.6.2 Tahap Pelaksanaan …...…...…….. 3.6.3 Tahap Pengolahan Data …...……….. 3.7 Teknik Analisis Data
3.7.1 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 3.7.2 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Mayor. 3.7.3 Metode Analisa Data Pengujian Hipotesis Minor.
65 67 70 71 73 74 80 89 89 90 90 92 94
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Deskriptif ... 4.1.1 Deskripsi Usia Responden …...…….. 4.1.2 Deskripsi Jenis Kelamin Responden …...…….. 4.1.3 Deskripsi Status MaritalResponden …...….. 4.1.4 Deskripsi Pendidikan Responden ...…….. 4.1.5 Deskripsi Masa Kerja Responden ...…….. 4.2 Uji Hipotesis
4.2.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ...…….. 4.2.2 Pengujian Proporsi Varians untuk
masing-masing IV …...…….. 96 96 97 98 99 99 100 111
(12)
xii
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …...…...…….. 5.2 Diskusi …...…...…...….. 5.3 Saran …...…...……..
116 117 126
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 2.1
Data Rata-rata Turnover Karyawan Tetap PT. Alenatex Bandung Tahun 2006-2011 ...……….. Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Intensi
Turnover ………...…….. 6
39 Tabel 3.1
Tabel 3.2
Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif pada Skala Intensi Turnover, Group Cohesiveness, Personality Job-Fit,
dan Kepuasan Kerja ……...………. Tabel Skala Alternatif untuk Item Jenis Kelamin, Status marital, dan Pendidikan ……...……….
66 66 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Tabel 3.21
Blue Print Skala Intensi Turnover ……...…...………… Blue Print Skala Group Cohesiveness ... Blue Print Skala Personality Job-Fit ……...…………. Blue Print Skala Kepuasan Kerja ... Muatan Faktor Item Intensi Turnover …..…....………….
Muatan Faktor Item Group Cohesiveness …….…………
Muatan Faktor Item Agreeableness …….…...………
Muatan Faktor Item Conscientiousness …….…...………
Muatan Faktor Item Extraversion ……...………… Muatan Faktor Item Intellect …...….………… Muatan Faktor Item Neuroticism ……...………… Muatan Faktor Item Pay …….………...… Muatan Faktor Item Promotion …….……...…… Muatan Faktor Item Supervision …….……...…… Muatan Faktor Item Fringe Benefit …...….…………
Muatan Faktor Item Contingent Reward …….……….…
Muatan Faktor Item Operating Procedures ……..………
Muatan Faktor Item Coworker …….…...……… Muatan Faktor Item Nature of Work …...….…………
67 67 68 68 71 73 74 75 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87
(14)
xiv
Tabel 3.22 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
Muatan Faktor Item Communication …….…...………
Deskripsi Usia Responden ... Deskripsi Jenis Kelamin Responden ... Deskripsi Status Marital Responden ... Deskripsi Pendidikan Responden ... Deskripsi Masa Kerja Responden ... Tabel Anova IV ... Tabel R square IV ... Tabel Koefisien Regresi IV ... Proporsi Varians untuk Masing-masing IV ...
88 96 97 98 99 100 101 101 102 111
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Explaining and Predicting Turnover ……..……….. 37
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian ...……….. 132 Lampiran 2 : Struktur Organisasi PT. Alenatex Bandung ... Lampiran 3 : Analisis Faktor Konfirmatorik Intensi Turnover ... Analisis Faktor Konfirmatorik Group Cohesiveness .. Analisis Faktor Konfirmatorik Agreeableness ... Analisis Faktor Konfirmatorik Conscientiousness ... Analisis Faktor Konfirmatorik Extraversion ... Analisis Faktor Konfirmatorik Intellect ... Analisis Faktor Konfirmatorik Neuroticism ... Analisis Faktor Konfirmatorik Pay ... Analisis Faktor Konfirmatorik Promotion ... Analisis Faktor Konfirmatorik Supervision ... Analisis Faktor Konfirmatorik Fringe Benefit ... Analisis Faktor Konfirmatorik Contingent Reward .... Analisis Faktor Konfirmatorik Operating Procedures ... Analisis Faktor Konfirmatorik Coworker ... Analisis Faktor Konfirmatorik Nature of Work ... Analisis Faktor Konfirmatorik Communication ...
136 137 137 137 137 137 137 138 138 138 138 138 138 139 139 139 139 Lampiran 4 : Output SPSS ...……….. Lampiran 5 : Syntax Analisis Faktor Konfirmatorik ...
140 144
(17)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah organisasi, yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. SDM secara tidak langsung dapat mempengaruhi efisiensi dan efektivitas perusahaan. Hal tersebut yang membuat perusahaan sadar betul akan nilai investasi karyawan sebagai suatu SDM. Dimana saat ini, mengumpulkan tenaga kerja yang berkinerja baik semakin sulit didapatkan, terlebih lagi dalam mempertahankan yang sudah ada. Oleh sebab itu, perusahaan harus memprioritaskan untuk menemukan, mempekerjakan, memotivasi, melatih, dan mengembangkan karyawan yang dikehendaki perusahaan, serta mempertahankan karyawan yang berkualitas.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perusahaan dituntut adanya suatu peranan penting dalam manajemen SDM. Perusahaan perlu mengatur SDM sebaik mungkin guna mencapai tujuannya secara efektif. Dengan senantiasa melakukan investasi untuk penerimaan, penyeleksian, dan mempertahankan SDM yang potensial agar tidak berdampak pada perpindahan karyawan (turnover).
Berdasarkan data yang didapatkan mengenai efek negatif dan kerugian yang muncul akibat turnover, tercatat bahwa sektor industri di Amerika Serikat pada
dasarnya mengalami kerugian sebanyak 1.5 jam waktu dari gaji yang mereka keluarkan untuk karyawan. Jika diperhitungkan seharusnya perusahaan hanya
(18)
2
perlu mengeluarkan $40,000 untuk menggaji karyawannya, namun faktanya perusahaan justru harus mengeluarkan $60,000 untuk merekrut karyawan baru. Dan setiap tahunnya ada sekitar 16.8% karyawan yang melakukan turnover
(Aamodt, 2007).
Sedangkan untuk kasus di Indonesia, fenomena intensi turnover disadari
benar oleh akademisi maupun praktisi. Setiap tahunnya ada sekitar 10-12 % karyawan yang melakukan turnover. Banyaknya perusahaan-perusahaan baru
yang didirikan, turut memberikan angin segar kepada para karyawan untuk mencoba sebuah peruntungan baru. Berkembangnya jumlah usaha-usaha waralaba dan bisnis online, turut mendorong tingginya intensitas turnover di sebuah
perusahaan (Andriristiawan, 2010). Selain itu, tak dapat dipungkiri adanya sistem kontrak membuat karyawan mengantisipasi sedini mungkin sebelum perusahaan tersebut melakukan PHK kepada dirinya (Jehani, 2008).
Turnover secara tidak langsung telah membuat berkurangnya tingkat
produktivitas dalam sebuah perusahaan. Selain itu, perusahaan juga mengalami kerugian lain karena perlu mengeluarkan biaya tambahan dalam rangka melakukan perekrutan karyawan baru. Bahkan, beberapa manajer personalia mengalami frustasi ketika mengetahui bahwa proses rekruitmen yang telah berhasil menjaring staf yang berkualitas pada akhirnya sia‐sia karena staf yang baru direkrut tersebut memilih bekerja di perusahaan lain (Lathifah, 2008).
Ada kalanya pergantian karyawan karena turnover memberikan dampak
yang positif bagi perusahaan. Terutama untuk karyawan yang memiliki kinerja yang rendah. Namun sebagian besar justru berdampak negatif terhadap
(19)
3
perusahaan, baik dari segi biaya maupun dari segi hilangnya waktu dan kesempatan untuk memanfaatkan peluang yang ada di dalam suatu perusahaan (Robbins, 2003).
Setiap perusahaan pasti telah melakukan berbagai cara untuk mengurangi keinginan karyawan keluar dari perusahaannya. Karena dari sebuah perilaku
turnover pada akhirnya akan berdampak pada keputusan karyawan untuk
meninggalkan perusahaannya (employee movement). Di sisi lain, masalah yang
sering dihadapi perusahaan adalah sulitnya mempertahankan sumber daya manusia yang potensial dan berkualitas. Belakangan ini, untuk mengefisiensikan waktu dan menghemat pengeluaran dalam proses perekrutan, namun ingin mendapatkan karyawan yang sesuai dengan harapan, perusahaan mulai memakai jasa outsourching (Sari, 2010). Hal tersebut dilakukan guna meminimalisir
kerugian perusahaan yang ditimbulkan akibat turnover.
Tingginya tingkat perputaran karyawan pada perusahaan akan
mengakibatkan timbulnya biaya atau kerugian bagi perusahaan. Menurut Rousseau dalam (Triastuti, 2007), biaya tersebut meliputi (1) biaya langsung yang terkait dengan kegiatan rekruitmen (antara lain biaya iklan, biaya agen) dan biaya pencarian, (2) biaya tidak langsung misalnya biaya yang berhubungan dengan pelatihan karyawan baru, dan (3) kerugian produktivitas oleh proses pembelajaran karyawan baru.
Turnover dapat didefinisikan sebagai suatu penarikan diri secara sukarela
(voluntary) atau tidak sukarela (involuntary) dari suatu organisasi. Voluntary
(20)
4
saat ini serta tersedianya alternatif pekerjaan lain. Voluntary turnover itu sendiri
dibedakan menjadi dua berdasarkan sifanya, yaitu dapat dihindari (avoidable
voluntary turnover) dan tidak dapat dihindari (unavoidable voluntary turnover).
Avoidable voluntary turnover timbul karena alasan upah yang lebih baik,
pimpinan, atau alternatif tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan unavoidable
voluntary turnover terjadi karena pindah ke kota lain mengikuti pasangannya,
perubahan karier individu, ataupun karena kehamilan. Sebaliknya, involuntary
turnover digambarkan sebagai suatu keputusan PHK kepada karyawan yang
sifatnya uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya (Robbins, 2001).
Intensi turnover haruslah disikapi sebagai suatu fenomena dan perilaku
manusia yang penting dalam kehidupan suatu perusahaan, baik dari sudut pandang individu maupun sosial. Mengingat bahwa tingkat keinginan berpindah karyawan tersebut akan berdampak cukup signifikan bagi perusahaan dan individu yang bersangkutan.
Adanya turnover di dalam sebuah perusahaan, terlihat dari empat
pandangan terhadap dampak yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. Baik dari segi keselamatan, produktivitas, maupun keuntungan bagi perusahaan. Pertama, adanya hubungan yang negatif antara tingginya turnover dengan
rendahnya kinerja dalam suatu organisasi. Kedua, beberapa turnover baik juga
untuk organisasi, karena terlalu tinggi atau rendahnya turnover dalam sebuah
organisasi akan berdampak tidak baik bagi perusahaan. Yang dibutuhkan dalam sebuah perusahaan adalah tingkat turnover yang sedang. Ketiga, dampak negatif
(21)
5
suatu organisasi itu, tinggi. Keempat, kinerja organisasi berhubungan kuat dengan upaya yang dilakukan bagian HRD dalam sebuah organisasi. Turnover akan tinggi
jika perusahaan kurang memperhatikan keberadaan karyawannya dan hanya memperhatikan keuntungan perusahaan semata. Namun berlaku sebaliknya,
turnover akan rendah jika perusahaan memberi perhatian yang lebih kepada para
karyawannya. Bahkan mengalokasikan sebagian dana perusahaan untuk meningkatkan kinerja karyawan, seperti memberikan pelatihan-pelatihan yang rutin kepada setiap karyawan (Aamodt, 2007).
Menurut Robbins (2001), turnover dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis.
Sebuah bukti mengindikasikan bahwa kepuasan kerja dan intensi untuk keluar dari perusahaan memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku turnover. Hal ini
terjadi karena adanya ketidakcocokan antara kepribadian yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Selain itu, ketidakcocokan dapat terjadi ketika karyawan merasa bahwa rekan-rekan kerjanya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Ketidakcocokan tersebut secara tidak langsung berpengaruh terhadap psikologis karyawan. Lebih lanjut lagi, turnover dapat disebabkan
karena group cohesiveness, struktur organisasi, karakteristik pekerjaan, stres
kerja, kepuasan kerja, sistem reward dan evaluasi kinerja, dan desain organisasi
terhadap perencanaan pensiun.
Sebagian besar perusahaan pernah diwarnai dengan fenomena turnover.
Perpindahan karyawan merupakan suatu fenomena yang turut mewarnai industri pabrik. Turnover karyawan juga terjadi pada salah satu pabrik industri tekstil
(22)
6
Moch. Toha No. 147 Km 61 Bandung dan didirikan pada tahun 1982 ini merupakan salah satu pabrik tekstil yang memiliki ratusan karyawan. Berdasarkan data yang didapatkan dari kepala HRD PT. Alenatex Bandung, 40 % adalah karyawan tidak tetap. Sedangkan 60 % adalah karyawan yang direkrut dan diseleksi langsung oleh manajemen PT. Alenatex Bandung, yang kemudian disebut sebagai karyawan tetap. Karyawan tetap di PT. Alenatex Bandung inilah yang akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian.
Berikut adalah nilai persentase (%) turnover karyawan PT.Alenatex
Bandung tahun 2006-2011, yang akan diformulasikan berdasarkan tabel berikut :
Tabel 1.1
Data Rata-rata Turnover Karyawan Tetap PT. Alenatex Bandung Tahun 2006-2011
2006 2007 2008 2009
Jml Out (%) Jml Out (%) Jml Out (%) Jml Out (%)
600 137 22.83 % 300 83 27.67 % 243 97 39.92 % 320 109 34.06 %
2010 ( Januari – Juli ) 2011 Rata-rata
Keluar (%)
Jml Out (%) Jml Out (%)
300 156 52 % 547 111 20.29 % 30 %
Sumber : Departemen HRD PT. Alenatex Bandung
Berdasarkan yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa sejak Januari 2006 sampai dengan Juli 2011, angka turnover karyawan PT. Alenatex Bandung
tergolong tinggi. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan turnover yang pesat
dari tahun 2009 sampai dengan 17.94 %. Dan terhitung dari Januari 2006 sampai dengan Juli 2011, karyawan PT. Alenatex Bandung yang keluar mencapai angka 693 orang (30 %) dari jumlah keseluruhan karyawan tetap.
(23)
7
Walaupun belum mencapai setengahnya, namun tingginya angka turnover
yang terjadi di salah satu pabrik tekstil terbesar di Bandung ini cukup mengundang perhatian perusahaan. Padahal dengan nama yang besar dan citra perusahaan yang tergolong baik, PT. Alenatex Bandung diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan angka turnover yang rendah
dengan menciptakan program-program yang menarik sehingga dapat mendukung kebutuhan karyawannya (Rizky, 2010).
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12 Agustus 2011 kepada kepala HRD PT. Alenatex Bandung, yaitu Bapak Sumarno menyatakan bahwa turnover membuat perusahaan mengalami kerugian
yang cukup besar. Tingginya tingkat turnover karyawan pada PT. Alenatex
Bandung dapat dilihat dari seberapa besar keinginan berpindah yang dimiliki karyawan suatu organisasi atau perusahaan. Perusahaan yang memiliki angka
turnover yang tinggi mengindikasi bahwa karyawan merasa tidak betah atau tidak
puas bekerja di perusahaan. Ketidakpuasan karyawan terhadap pekerjaannya akan menyebabkan karyawan tersebut menunjukkan perilaku kercewa yang pada akhirnya berdampak pada perilaku kerja mereka seperti datang terlambat, tidak masuk kerja, menghindari sebagian tanggung jawab kerja mereka, bahkan keluar dari perusahaan. Namun jika karyawan merasa puas dengan pekerjaan dan perusahaannya, maka karyawan akan tetap bekerja di perusahaan tersebut yang pada akhirnya memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan.
Berdasarkan penelitian Witasari (2009), didapatkan hasil bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi turnover. Hasil tersebut
(24)
8
bertentangan dengan penelitian yang didapatkan oleh Suhanto (2009), yang meneliti tentang pengaruh stres kerja dan iklim organisasi terhadap intensi
turnover dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Hasilnya, bahwa
kepuasan kerja justru mampu menurunkan niat karyawan untuk pindah dari perusahaan.
Selain faktor psikologis, ternyata ada faktor lain yang secara tidak langsung dapat menyebabkan seorang karyawan melakukan turnover. Faktor-faktor tersebut
termasuk ke dalam faktor kategorik, yaitu usia, jenis kelamin, status marital, tingkat pendidikan dan lama kerja (Robbins, 1986).
Berdasarkan penelitian Desa (2008), mengenai pengaruh faktor kategorik terhadap intensi turnover, didapatkan hasil bahwa subyek yang memiliki usia 30 tahun, dengan masa kerja 3 tahun cenderung melakukan intensi turnover.
Sedangkan sebuah penelitian lain yang meneliti tentang tingkat pendidikan dan jenis kelamin, didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pendidikan D3 lebih banyak pindah dari perusahaan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan S1. Dilihat dari jenis kelaminnya, didapatkan bahwa responden laki-laki lebih cenderung melakukan intensi turnover dibandingkan dengan
responden perempuan yang cenderung lebih sabar dalam menghadapi pekerjaannya (Andini, 2006). Dalam hal pengaruh status marital terhadap intensi
turnover, telah dilakukan penelitian oleh Novliadi (2007), didapatkan hasil bahwa
karyawan yang berstatus menikah cenderung bertahan di tempat kerjanya karena memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap keluarganya. Sedangkan karyawan yang belum menikah cenderung memiliki keinginan yang tinggi untuk
(25)
berpindah-9
pindah tempat kerja, karena mereka ingin dan lebih senang untuk mencoba hal-hal baru dan tantangan baru.
Beranjak pada dasar pemikiran dan fenomena di atas, maka peneliti akan mengkaji secara mendalam pada penelitian ini mengenai “Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover pada karyawan PT. Alenatex Bandung”.
1.2 PEMBATASAN MASALAH DAN PERUMUSAN MASALAH 1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan dalam penelitian ini, maka batasan permasalahan yang akan diuraikan, antara lain :
1. Intensi turnover yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keinginan
karyawan atau individu untuk keluar dari suatu organisasi, baik secara sukarela maupun tidak dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dibandingkan pekerjaan sebelumnya.
2. Variabel bebas dalam penelitian ini, dibatasi pada 4 faktor yang mempengaruhi intensi turnover, berdasarkan teori Robbins (2001), yaitu :
a. Personality-job fit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya
kesesuaian antara kepribadian yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan yang dilakukannya.
b. Kepuasan kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu keadaan emosional individu terhadap peran dan karakteristiknya dalam bekerja.
(26)
10
c. Group cohesiveness yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
tingkatan dimana anggota kelompok saling berinteraksi dan termotivasi untuk tetap berada di kelompoknya dalam melakukan berbagai kegiatan. d. Faktor non psikologis yang akan digunakan sebagai variabel tambahan
dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, status marital, pendidikan, dan masa kerja.
3. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawan tetap PT. Alenatex Bandung. Karyawan yang dimaksud adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga secara tetap berdasarkan surat keputusan dengan mendapat gaji (upah).
1.2.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah group cohesiveness secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
2. Apakah personality-job fit secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
Masing-masing dimensi personality job-fit juga dirumuskan masalahnya
sebagai berikut :
2a. Apakah agreeableness secara signifikan mempengaruhi intensi
turnover pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
2b. Apakah conscientiousness secara signifikan mempengaruhi intensi
(27)
11
2c. Apakah extraversion secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
2d. Apakah intellect secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung?
2e. Apakah neuroticism secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3. Apakah kepuasan kerja secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
Masing-masing dimensi kepuasan kerjajuga dirumuskan masalahnya sebagai
berikut :
3a. Apakah pay secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung?
3b. Apakah promotion secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3c. Apakah supervision secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3d. Apakah fringe benefit secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3e. Apakah contingent rewards secara signifikan mempengaruhi intensi
turnover pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3f. Apakah operating procedures secara signifikan mempengaruhi intensi
(28)
12
3g. Apakah coworker secara signifikan mempengaruhi intensi turnover
pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3h. Apakah nature of work secara signifikan mempengaruhi intensi
turnover pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
3i. Apakah communication secara signifikan mempengaruhi intensi
turnover pada karyawan PT. Alenatex Bandung?
4. Apakah usia secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada karyawan
PT. Alenatex Bandung?
5. Apakah jenis kelamin secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung?
6. Apakah status marital secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung?
7. Apakah pendidikan secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung ?
8. Apakah masa kerja secara signifikan mempengaruhi intensi turnover pada
karyawan PT. Alenatex Bandung?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian secara khusus adalah untuk menemukan faktor-faktor mana saja yang secara signifikan mempengaruhi tinggi rendahnya intensi turnover
dikalangan karyawan. Adapun tujuan dari penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut :
(29)
13
1. Untuk mengetahui pengaruh group cohesiveness terhadap intensi turnover.
2. Untuk mengetahui pengaruh personality-job fit terhadap intensi turnover.
Adapun masing-masing dimensi personality-job fit bertujuan sebagai berikut :
2a. Untuk mengetahui pengaruh agreeableness terhadap intensi turnover.
2b. Untuk mengetahui pengaruh conscientiousness terhadap intensi
turnover.
2c. Untuk mengetahui pengaruh extraversion terhadap intensi turnover.
2d. Untuk mengetahui pengaruh intellect terhadap intensi turnover.
2e. Untuk mengetahui pengaruh neuroticism terhadap intensi turnover.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap intensi turnover.
Adapun masing-masing dimensi kepuasan kerjabertujuan sebagai berikut : 3a. Untuk mengetahui pengaruh pay terhadap intensi turnover.
3b. Untuk mengetahui pengaruh promotion terhadap intensi turnover.
3c. Untuk mengetahui pengaruh supervision terhadap intensi turnover.
3d. Untuk mengetahui pengaruh fringe benefit terhadap intensi turnover.
3e. Untuk mengetahui pengaruh contingent rewards terhadap intensi
turnover.
3f. Untuk mengetahui pengaruh operating procedures terhadap intensi
turnover.
3g. Untuk mengetahui pengaruh coworker terhadap intensi turnover.
3h. Untuk mengetahui pengaruh nature of work terhadap intensi turnover.
(30)
14
4. Untuk mengetahui pengaruh usia terhadap intensi turnover.
5. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap intensi turnover.
6. Untuk mengetahui pengaruh status marital terhadap intensi turnover.
7. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap intensi turnover.
8. Untuk mengetahui pengaruh masa kerja terhadap intensi turnover.
9. Melakukan penelitian lebih lanjut terhadap penelitian sebelumnya dalam hal intensi turnover.
1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan informasi yang berguna dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya pada faktor-faktor yang menyebabkan intensi turnover sehingga dapat
menjadi bahan perhatian perusahaan-perusahaan dan instansi yang bersangkutan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain :
Perusahaan dapat sedini mungkin memperkecil angka keluarnya karyawan dari perusahaan.
Perusahaan mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki di dalam perusahaan sehingga karyawan merasa nyaman dan betah dalam bekerja.
Perusahaan melakukan pelatihan-pelatihan khusus, sebagai bekal untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
(31)
15 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan :
Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan dan teknik penulisan.
BAB II Kajian Pustaka :
Bab ini akan membahas mengenai konsep yang menjadi dasar teoritis dari penelitian ini. Pada bab ini akan diuraikan tentang variabel penelitian yaitu definisi intensi turnover, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover,
proses intensi turnover, penelitian terdahulu tentang intensi turnover, pengukuran
intensi turnover, intensi turnover pada karyawan, group cohesivenes,
personality-job fit, dan kepuasan kerja. Selain itu, bab ini juga berisi kerangka berpikir dan
hipotesis.
BAB III Metode Penelitian :
Bab ini berisi variabel penelitian yang meliputi variabel terikat, variabel bebas; populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel; instrumen penelitian; rancangan penelitian; prosedur penelitian; dan metode analisa data.
BAB IV Hasil dan Analisis Penelitian :
Berisikan tentang hasil penelitian yang dilakukan, yang diantaranya meliputi gambaran umum subjek dan hasil utama penelitian.
(32)
16 BAB V Kesimpulan, Diskusi dan Saran :
Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis penelitian, diskusi, dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
1.6 TEKNIK PENULISAN
Pada laporan proposal ini, peneliti menggunakan metode penulisan APA (American Psychology Association) Style. Metode penulisan ini bisa digunakan
(33)
17
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 INTENSI TURNOVER 2.1.1 Definisi Intensi Turnover
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) dalam (Novialdi, 2007), intention is a
person’s location on a subjective probability dimension involving a relation
between himself and some action. Dengan kata lain, intensi adalah letak dimensi
subyektif seseorang yang melibatkan hubungan antara dirinya dengan perbuatan tertentu. Sedangkan definisi intensi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah niat atau keinginan yang timbul pada individu untuk melakukan sesuatu.
Istilah turnover berasal dari kamus Inggris Indonesia (Echols, 2000), yang
berarti pergantian. Sedangkan menurut Robbins (2001), turnover didefinisikan
sebagai penarikan diri secara sukarela (voluntary) atau tidak sukarela
(unvoluntary) yang merupakan keputusan karyawan untuk meninggalkan
organisasi yang disebabkan oleh dua faktor yaitu kurang menariknya pekerjaan saat ini dan tersedianya alternatif pekerjaan lain.
Dengan demikian, intensi turnover adalah kecenderungan atau niat
karyawan untuk berhenti bekerja dari pekerjaannya (Zeffane, 1994). Menurut Pasewark & Strawser (1996), intensi turnover mengacu kepada niat seseorang
untuk mencari alternatif pekerjaan lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata. Sedangkan menurut Certo (2000), intensi turnover diartikan sebagai
(34)
18
keinginan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan lain.
Berdasarkan beberapa definisi intensi turnover di atas, definisi antar satu
tokoh dengan tokoh lainnya dari tahun ke tahun hampir memiliki kesamaan. Yaitu adanya keinginan karyawan untuk meninggalkan perusahaannya. Adanya perbedaan lebih dikarenakan tokoh-tokoh selanjutnya telah melakukan penelitian lebih lanjut lagi tentang intensi turnover. Yang pada akhirnya hanya
menambahkan definisi yang telah ada tanpa menghilangkan definisi dari tokoh sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh Pasewark & Strawser (1996), dimana keinginan tersebut belum diwujudkan dalam bentuk perilaku nyata, baru sebatas keinginannya saja untuk meninggalkan perusahaan tersebut. Sampai pada akhirnya Robbins (2001) memperbarui definisi tersebut dengan menambahkan bahwa keinginan tersebut didorong oleh dua faktor yaitu kurang menariknya pekerjaan yang ada saat ini dan tersedianya alternatif pekerjaan lain.
Namun dari beberapa definisi tersebut terdapat suatu benang merah dimana keinginan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya lebih disebabkan karena karyawan ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dibandingkan pekerjaan sekarang yang telah ia dapatkan. Keinginan tersebut belum diwujudkan dalam bentuk perilaku karena ia akan mengalami proses berpikir terlebih dahulu, sebelum pada akhirnya membuat suatu keputusan menjadi sebuah perilaku
turnover.
Dalam penelitian ini, definisi intensi turnover yang dipakai adalah
(35)
19
sukarela maupun tidak dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi dibandingkan pekerjaan sebelumnya.
2.1.2 Teori Intensi Turnover
Grand Teori Intensi Turnover Menurut Robbins
Menurut Robbins, turnover merupakan suatu penarikan diri secara sukarela
(voluntary) atau tidak sukarela (involuntary) dari suatu organisasi. Voluntary
turnover disebabkan oleh dua faktor yaitu seberapa menarik pekerjaan yang ada
saat ini serta tersedianya alternatif pekerjaan lain. Voluntary turnover itu sendiri
dibedakan menjadi dua berdasarkan sifanya, yaitu dapat dihindari (avoidable
voluntary turnover) dan tidak dapat dihindari (unavoidable voluntary turnover).
Avoidable voluntary turnover timbul karena alasan upah yang lebih baik,
pimpinan, atau alternatif tempat kerja yang lebih baik. Sedangkan unavoidable
voluntary turnover terjadi karena pindah ke kota lain mengikuti pasangannya,
perubahan karier individu, ataupun karena kehamilan. Sebaliknya, involuntary
turnover digambarkan sebagai suatu keputusan PHK kepada karyawan yang
sifatnya uncontrollable bagi karyawan yang mengalaminya.
Menurut Robbins (2001), ada tiga level karakteristik yang menyebabkan seorang karyawan melakukan perilaku turnover, yaitu karakteristik level
organisasi, kelompok, dan individu. Dari ketiga level organisasi tersebut, pada dasarnya diperkuat dengan adanya ketersediaan alternatif pekerjaan lain sehingga mendorong karyawan untuk memutuskan keluar dari perusahaan. Selain teori
(36)
20
menurut Robbins (2001), terdapat teori lain yang turut membahas tentang intensi
turnover, teori tersebut antara lain :
Teori Pembentukan Tingkah Laku
Fishbein dan Ajzen (1975) mengajukan teori tentang pembentukan tingkah laku untuk menjelaskan tentang intensi. Teori ini berdasarkan pada hubungan timbal balik antara keyakinan (belief), sikap (attitude), dan intensi (intention)
individu. Keyakinan dikategorikan sebagai aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap obyek. Sikap dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu obyek serta evaluasi yang dilakukannya. Intensi dikategorikan sebagai aspek konatif yang menunjukkan intensi individu dalam bertingkah laku dan bertindak ketika berhadapan langsung dengan obyek. Teori tentang intensi Fishbein dan Ajzen tidak terlepas dari peran situasi, baik lokasi, waktu tertentu atau waktu tak terbatas (di masa yang akan datang) dan perilaku (sikap).
Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi memberikan penjelasan tentang proses bagaimana kita menentukan penyebab/ motif perilaku seseorang (Gibson et al., 2000). Teori ini
diarahkan untuk mengembangkan penjelasan dengan cara-cara kita menilai orang secara berlainan, tergantung makna apa yang akan kita hubungkan (atribusikan) ke suatu perilaku tertentu. Teori atribusi itu sendiri, mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain/ diri sendiri, yang ditentukan apakah dari faktor internal/ eksternal, maka akan terlihat pengaruhnya terhadap perilaku individu (Robbins, 2001). Penyebab perilaku dikenal sebagai
(37)
21
dispositional attributions dan situational attributions atau penyebab internal dan
eksternal (Robbins, 2001). Dispositional attribution atau penyebab internal
mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan dan motivasi. Situational
attributions atau penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang
mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial dan pandangan masyarakat.
Berdasarkan ketiga teori yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan lebih mengacu kepada teori intensi turnover menurut Robbins (2001).
Karena intensi turnover menurut teori tersebut sudah mewakili teori-teori yang
dikemukakan oleh tokoh lain. Namun di samping itu juga, peneliti akan memakai teori proses pembentukan tingkah laku menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sebagai tambahan untuk dipakai sebagai indikator alat ukur, karena teori tersebut tidak terlepas dari peran situasi, baik lokasi, waktu tertentu atau waktu tak terbatas (di masa yang akan datang), dan perilaku (sikap).
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Turnover
Menurut Zeffane (1994), terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya turnover, diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar
tenaga kerja; dan faktor institusi (internal), yakni kondisi ruang kerja, upah, keterampilan kerja, dan supervisi, karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat, umur dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaannya. Menurut Mowday dalam (Triaryati, 2002),
(38)
22
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensi turnover, antara lain job attitude,
personality, boidemographic, economic factors, personal factors, job
characteristics, rewards system, supervisiory, dan group relations.
Sedangkan menurut Robbins (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi
turnover dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:
1. Organizational-level characteristics, terdiri dari lima bagian yaitu struktur
organisasi, job design, stres kerja, reward & pension plans, dan performance
evaluation system.
2. Group-level characteristics, terdiri dari dua bagian yaitu kelompok
demografik dan group cohesiveness.
3. Individual-level characteristics terdiri dari lima bagian, yaitu usia, masa
kerja, status marital, kepuasan kerja, dan personality-job fit.
Adapun uraian-uraian yang lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover yang diadaptasi dari teorinya Robbins (2001),
adalah sebagai berikut :
1. Personality-job fit
Personality-job fit yang dimaksud adalah adanya kesesuaian antara
kepribadian yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Kinerja organisasi sangat tergantung dari kinerja individu, dimana adanya hubungan yang relevan antara sikap, persepsi, nilai-nilai, dan kepribadian (Gibson, 2004). Dalam sebuah perusahaan, atasan tidak dapat begitu saja mengabaikan perlunya memperoleh dan bertindak atas dasar pengetahuan.
(39)
23
Selain itu juga, atas dasar karakteristik yang dimiliki, dengan berusaha menempatkan diri baik sebagai bawahan maupun diri mereka sendiri.
Personality job-fit dapat diukur menggunakan pengidentifikasian lima tipe
kepribadian (big five personality), dan untuk mengusulkan bahwa adanya
kesesuaian antara tipe kepribadian dengan lingkungan pekerjaan sehingga dapat menentukan kepuasan dalam bekerja dan turnover. Adapun dimensi di
dalam big five menurut Costa & McCrae (Mastuti, 2005), meliputi :
1. Neuroticism (Kemantapan Emosional)
2. Extraversion (Ekstraversi)
3. Openness to Experience
4. Agreeableness (Mampu Bersepakat)
5. Conscientiousness (Mendengarkan Kata Hati)
Berdasarkan kelima tipe kepribadian yang telah diuraikan di atas, maka
personality-job fit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya
kesesuaian antara kepribadian yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Untuk mengukur personality-job fit akan diukur dengan
menggunakan alat ukur big five personality. Alat ukur big five personality
yang digunakan berasal dari alat ukur IPIP-FFM Neo (Goldberg ,1999) yang terdiri dari 20 item.
(40)
24 2. Kepuasan Kerja
Menurut Siegel dan Lane, kepuasan kerja adalah penilaian pekerjaan seseorang sebagai usaha pencapaian atas nilai yang ada pada pekerjaannya, mengakibatkan nilai-nilai yang didapat dari pekerjaannya sama dan berbanding searah dengan pemenuhan kebutuhan dasar seseorang (Munandar, 2006). Adapun dimensi-dimensi kepuasan kerja yang akan peneliti ambil sebagai dasar penelitian diadaptasi berdasarkan dimensi yang dijelaskan Spector (1997), antara lain :
1. Pay, kepuasan imbalan jasa berupa uang yang diterima karyawan sesuai
dengan beban yang telah ditanggungnya.
2. Promotion, kepuasan akan kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan
berkembang dalam pekerjaan atau jabatan.
3. Supervision, kepuasan akan atasan langsung karyawan. Termasuk
didalamnya adalah pengarahan, masukan, dan pengawasan dari atasan. 4. Fringe benefit, kepuasan akan jaminan sosial yang diberikan perusahaan.
5. Contingent reward, kepuasan akan penghargaan karena pencapaiannya
yang baik.
6. Operation conditioning, kepuasan akan peraturan dan prosedur yang ada di
perusahaan.
7. Coworker, kepuasan akan teman kerja, seberapa jauh kesesuaian yang
(41)
25
8. Nature of work, kepuasan akan jenis pekerjaan yang dilakukan, yaitu
karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang akan dilaksanakan oleh seorang karyawan sesuai dan menyenangkan.
9. Communication, kepuasan akan komunikasi di dalam sebuah perusahaan.
Pada penelitian ini, untuk mengukur kepuasan kerja peneliti akan mengadaptasi alat ukur baku JSS (Job Satisfaction Survey) dari Spector
(1994) yang terdiri dari 36 item. JSS Spector itu sendiri di dalamnya terdiri dari sembilan dimensi yang telah diuraikan di atas. Dari kesembilan dimensi yang telah disebutkan di atas, peneliti ingin mengetahui dimensi mana yang lebih mempengaruhi intensi turnover.
3. Group Cohesiveness
Menurut Chaplin (2008), group cohesiveness diungkapkan sebagai suatu
kualitas kebergantungan satu sama lain, atau kualitas saling tarik menarik. Istilah kohesi dapat ditekankan pada kelompok sosial, gejala perseptual (pengenalan), atau pada item-item kegiatan belajar. Sedangkan menurut Robbins (2001), group cohesiveness yang dimaksud adalah suatu tingkatan
dimana anggota kelompok saling berinteraksi dan termotivasi untuk berada di dalam kelompoknya. Sebuah studi secara konsisten memperlihatkan hubungan antara kohesifitas dengan produktivitas karyawan. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa jika kohesifitasnya rendah namun kinerjanya tinggi, produktivitas yang dihasilkan justru cenderung rendah
(42)
26
karena kurangnya dukungan dari lingkungan kerjanya (Robbins, 2001). Setiap kelompok kerja memiliki sasaran yang harus dicapai. Sasaran tersebut dapat dicapai karena adanya kerja sama dan saling menerima antar anggota yang satu dengan yang lainnya. Tinggi rendahnya kesepakatan dan penerimaan antar anggota terhadap sasaran kelompok, dapat menunjukkan adanya derajad kelekatan, yang disebut dengan group cohesiveness. Adapun
faktor-faktor yang ikut menentukan group cohesiveness, menurut Robbins
dalam (Munandar, 2006) antara lain :
1. Lamanya waktu berada bersama dalam kelompok.
2. Parahnya masa awal; makin sulit seseorang diterima dalam kelompoknya, maka makin lekatlah kelompoknya.
3. Besarnya kelompok; makin banyak anggota di dalam kelompok, maka makin kurang kelekatan antar anggotanya.
4. Ancaman dari luar; banyak penelitian yang menemukan bahwa adanya
group cohesiveness membuat mereka berjuang untuk menghadapi musuh
dan tantangan secara bersamaan.
5. Keberhasilan dimasa lalu; jika di dalam satu kelompok kerja memiliki sejarah yang gemilang, maka terbentuklah esprit de crops (semangat
kesatuan) yang menarik anggota-anggota baru sehingga kelekatan di dalam kelompok tetap tinggi.
(43)
27 4. Persepsi tentang Struktur Organisasi
Persepsi merupakan konsep yang menjelaskan tentang proses dimana individu menyeleksi, mengatur dan menerjemahkan stimulus menjadi sesuatu yang berarti dan sesuai dengan keadaan (Schiffman dan Kanuk, 2000). Schiffman dan Kanuk (2000) menyatakan bahwa prinsip dasar dari persepsi adalah ketika stimulus yang datang (input) tidak dapat dengan sendirinya
menghasilkan atau menjelaskan gambaran yang sesuai dengan keadaan lingkungan, persepsi individu secara tidak sadar (unconsciously) adalah
menterjemahkan apa yang didapat dari stimulus-stimulus itu untuk gambaran pribadi dari individu tersebut. Sedangkan struktur organisasi didefinisikan sebagai suatu pola formal yang menggelompokkan orang dengan pekerjaan secara bersamaan dalam suatu organisasi/ perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari dua aspek, yaitu desain pekerjaan dan desain organisasi (Gibson, 2004). Struktur organisasi yang dimaksud adalah gambaran struktur organisasi yang ada di sebuah perusahaan. Dari struktur tersebut akan dicari tahu apakah struktur yang yang ada dalam sebuah perusahaan turut mempengaruhi intensitas karyawan untuk meninggalkan perusahaan atau tidak. Berdasarkan definisi persepsi dan struktur organisasi yang telah diuraikan di atas, maka definisi persepsi tentang struktur organisai adalah suatu proses dimana individu menyeleksi, mengatur dan menerjemahkan stimulus menjadi sesuatu yang berarti dan sesuai dengan keadaan terhadap suatu pola formal yang menggelompokkan orang dengan pekerjaan secara bersamaan dalam suatu organisasi/ perusahaan.
(44)
28 5. Job Design
Job design dihubungkan sebagai suatu proses dimana manajer
menspesifikasikan isi, metode, dan hubungan pekerjaan untuk memenuhi kepentingan organisasi dan individu. Selain itu, job design juga harus dapat
menjelaskan isi dan tugas serta posisi pimpinan unit serta hubungan posisi masing-masing anggota timnya (Gibson, 2004). Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa job design yang
dimaksud adalah gambaran pekerjaan seseorang di dalam perusahaan.
6. Stres Kerja
Stres kerja merupakan suatu kondisi atau situasi yang tidak mengenakkan (tegang) yang mempengaruhi kondisi fisiologis, kognitif, dan perilaku seseorang sebagai akibat pengaruh lingkungan kerja (Gibson, 2000). Sedangkan menurut Anoraga (1993), stres kerja adalah suatu persepsi dari tenaga kerja akan adanya ancaman atau tantangan yang menggerakkan, menyiagakan atau membuat dirinya aktif terhadap pekerjaannya. Tenaga kerja dapat merasakan lingkungan kerjanya sebagai suatu ancaman atau suatu tantangan. Lingkungan kerja yang baik dapat menjadikan seorang karyawan dapat bekerja dengan bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya serta karyawan dapat menikmati tanpa ada suatu ancaman yang dapat membahayakan dirinya dalam bekerja. Dalam bekerja tantangan yang dialami karyawan sangatlah besar, oleh karena itu setiap karyawan harus dapat menempatkan posisi dirinya dalam lingkungan yang ada. Menurut
(45)
29
Anoraga (1993), faktor-faktor yang menyebabkan stres kerja terdiri dari tekanan hidup intrinsik dalam bekerja, peranan dalam organisasi, perkembangan karier dalam organisasi, hubungan dalam organisasi dan pekerjaan, dan suasana di tempat kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suhanto (2009), bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres kerja terhadap intensi turnover, didapatkan hasil bahwa stres kerja memiliki
pengaruh yang negatif terhadap intensi turnover. Beradasarkan penjelasan
tentang stres kerja yang telah diuraikan, stres kerja merupakan suatu keadaan atau kondisi yang muncul akibat ketidaksesuaian antara individu dengan lingkungan pekerjaan yang dirasakan tidak menyenangkan sehingga menyebabkan seseorang merasa tertekan dan terancam yang disebabkan dari faktor internal maupun eksternal.
7. Reward & Pension Plans
Salah satu dari pengaruh kinerja individu yang sangat kuat adalah sistem balas jasa organisasi. Suatu perusahaan dapat menggunakan sistem balas jasa (reward) dengan tujuan meningkatkan kinerja karyawan dan untuk menarik
karyawan yang trampil agar dapat bertahan di perusahaan (Gibson, 2004).
Pension plans yang dimaksud adalah rencana perusahaan dalam memberikan
jaminan hari tua bagi karyawan. Idealnya, perusahaan yang memberikan
reward kepada setiap karyawan yang memiliki prestasi, akan membantu
perusahaan dalam mengurangi tingginya angka turnover. Namun justru yang
(46)
30
karyawan-karyawan yang memiliki prestasi dan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan, sehingga pada akhirnya tidak sedikit karyawan yang memutuskan untuk keluar dari perusahaan tersebut (Gibson, 2000). Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, terkait dengan reward & pension plus. Dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa salah satu faktor yang membuat seorang karyawan tetap bertahan di perusahaannya berasal dari seberapa besar perusahaan memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Hal ini terlihat sejak karyawan masih bekerja untuk perusahaan ataupun setelah karyawan mendedikasikan dirinya hanya untuk perusahaan sampai maksimal batasan umur yang telah ditetapkan perusahaan. Seberapa besar perhatian perusahaan dalam
memberikan reward kepada karyawan yang berprestasi dan seberapa
pedulinya perusahaan untuk memberikan jaminan di hari tua (pensiun) kepada karyawan, akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya turnover
intention di sebuah perusahaan.
8. Performance Evaluation System
Performance evaluation system yang dimaksud adalah bagaimana cara
perusahaan dalam menilai kinerja karyawan di dalam perusahaan. Tujuan utama dari performance evaluation system adalah untuk memberikan
pengukuran secara adil terhadap kontribusi karyawan di dalam perusahaan, sehingga didapatkan suatu penilaian pada tingkat kualitas dan kuantitas kerja yang dihasilkan. Sistem penilaian kinerja dapat memotivasi karyawan untuk bekerja sebaik mungkin bagi diri mereka sendiri, sehingga perusahaan
(47)
31
mendapatkan keuntungan tersendiri dari sistem penilaian tersebut. Adapun lima langkah sistem penilaian kinerja yang efektif, yaitu (Capko, 2003) :
1. Mengembangkan bentuk evaluasi yang ada.
Evaluasi kinerja haruslah dilakukan secara adil, konsisten, dan obyektif untuk melindungi kepentingan karyawan dan perusahaan dari tanggung jawab hukum. Salah satu cara untuk memastikan adanya konsistensi di dalam penilaian adalah dengan menggunakan formulir evaluasi standar untuk masing-masing evaluasi yang akan dilakukan. Bentuk evaluasi haruslah dibatasi sesuai dengan bidang pekerjaan masing-masing karyawan. Di setiap area, penilai haruslah memberikan alternatif pilihan sebagai gambaran, misalnya jauh di bawah persyaratan, di bawah persyaratan, memenuhi persyaratan, ataupun melebihi persyaratan. Selain itu, penilai haruslah memberi kolom tambahan untuk dapat dituliskan alasan mengapa masing-masing karyawan memilih hal tersebut. Penilai haruslah memiliki kemampuan untuk memotivasi dan memberikan arahan, memiliki keterampilan dalam berkomunikasi, serta mampu membangun tim dan memecahkan masalah.
2. Mengidentifikasikan pengukuran kinerja.
Uraian yang jelas tentang pekerjaan dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam evaluasi kinerja, namun hal tersebut juga dapat berfungsi sebaliknya. Penilaian kinerja dapat menjadi standar lebih lanjut tentang deskripsi pekerjaan.
(48)
32
3. Membuat pedoman untuk umpan balik/ feedback.
Pedoman umpan balik dapat dilakukan dengan berfokus pada adanya keseimbangan antara kelemahan dan kelebihan yang dimiliki karyawan. Jika kelemahan telah diketahui sejak dini, maka dapat dilakukan perbaikannya sejak awal. Setelah hasil evaluasi dilakukan, penilai dapat mendorong karyawan untuk memberikan umpan balik terhadap hasil evaluasi tersebut. Adanya umpan balik yang diberikan karyawan dipadukan dengan umpan balik dari peneliti akan menjadi suatu pedoman dalam pemberian sebuah feedback.
4. Membuat acuan prosedur.
Prosedur penilaian haruslah dapat menguraikan tindakan yang akan diambil jika kinerja karyawan mulai memburuk, dengan cara memberikan peringatan terlebih dahulu, baik lisan maupun tulisan. Jika kedua peringatan tersebut masih tidak diindahkan oleh karyawan, maka perusahaan berhak untuk melakukan pemutusan hubungan kerja.
5. Mengatur jadwal evaluasi.
Setelah dilakukan pengaturan terhadap jadwal evaluasi, tercapailah suatu analisis akhir dari kinerja karyawan. Sistem penilaian kinerja merupakan komponen dari struktur pekerjaan. Bila sistem tersebut dilakukan secara efektif, hal tersebut akan menjadi jaminan adanya keadilan dan akuntabilitas, pertumbuhan, serta mendorong rasa bangga terhadap kontribusi karyawan di dalam perusahaan.
(49)
33
Performance evaluation system dilakukan untuk mengetahui karyawan mana
yang berkualitas dan yang tidak. Dan tidak dapat dipungkiri dari hasil penilaian tersebut perusahaan berhak melakukan turnover kepada karyawan
yang tidak memiliki kompentensi yang dibutuhkan perusahaan.
9. Usia
Usia merupakan suatu tahapan perkembangan individu, yang senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan (sangat potensial). Karyawan yang berusia muda memiliki tingkat turnover yang lebih tinggi daripada
karyawan yang lebih tua. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya hubungan yang negatif dan signifikan antara usia dengan intensi
turnover (Robbins, 2001). Sedangkan karyawan yang berusia tua, memiliki
turnover lebih rendah karena mereka memiliki tanggung jawab terhadap
keluarga, mobilitas yang menurun, tidak mau repot untuk berpindah-pindah pekerjaan dan mengharuskannya memulai pekerjaan dari awal lagi di tempat kerja yang baru. Dan yang lebih penting lagi senioritas belum tentu diperoleh di tempat kerja yang baru walaupun gaji dan fasilitasnya lebih besar. Sedangkan karyawan yang berusia muda masih memiliki keinginan untuk mencoba-coba sesuatu yang baru, mereka juga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk diterima di perusahaan yang lain karena karyawan dengan usia muda memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan karyawan yang berusia tua.
(50)
34 10. Jenis Kelamin
Jenis kelamin (bahasa Inggris : sex) adalah kelas atau kelompok yang
terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana atau akibat digunakannya proses reproduksi seksual untuk mempertahankan keberlangsungan spesiesnya. Pada manusia, jenis kelamin berkaitan dengan laki-laki ataupun perempuan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Andini (2006), didapatkan hasil bahwa karyawan laki-laki lebih cenderung melakukan intensi
turnover dibandingkan dengan karyawan perempuan yang cenderung lebih
sabar dalam menghadapi pekerjaannya. Sedangkan menurut Robbins (2001), wanita mempunyai tingkat turnover yang lebih tinggi daripada pria. Karena
wanita yang dimaksud Robbins adalah wanita yang sudah menikah dimana ia memiliki dua peran dan tanggung jawab yang besar, baik sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karir. Menurut Vinokur et. al dalam (Triastuti, 2007), seorang wanita profesional yang telah menikah dan memiliki status karir yang sama dengan suaminya, tetap menghadapi pola kehidupan yang tidak seimbang, antara tugasnya menjaga anak dengan pekerjaan rumah tangga sehari- hari.
11. Status Marital
Menurut Robbins (2001), tidak cukup studi yang menggambarkan tentang dampak dari status marital terhadap produktivitas karyawan dalam suatu perusahaan. Namun, sebuah penelitian mengindikasikan bahwa karyawan yang sudah menikah memiliki tingkat absen yang rendah dibandingkan
(51)
35
dengan karyawan yang belum menikah. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa karyawan yang sudah menikah cenderung memiliki
turnover yang rendah dan merasa lebih puas dengan pekerjaan yang
dimilikinya. Penelitian serupa dilakukan oleh Novliadi (2007), dimana didapatkan hasil bahwa karyawan yang berstatus menikah cenderung bertahan di tempat kerjanya karena memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap keluarganya. Sedangkan karyawan yang belum menikah cenderung memiliki keinginan yang tinggi untuk berpindah-pindah tempat kerja, karena mereka ingin dan lebih senang untuk mencoba hal-hal baru dan tantangan baru.
12. Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik. Sedangkan menurut ilmu psikologi, pendidikan adalah mencangkup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat, dengan hasil mencangkup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Andini (2006), didapatkan hasil bahwa responden yang memiliki pendidikan D3 lebih banyak pindah dari perusahaan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan S1. Responden berpendidikan rendah cenderung melakukan
(52)
36
turnover, karena mereka berharap mendapatkan pekerjaan yang lebih baik
lagi dibandingkan pekerjaan sebelumnya dan perlakuan yang setara dengan responden yang berpendidikan tinggi.
13. Tenure (Masa Kerja)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Robbins (2001), ditemukan bahwa adanya hubungan negatif antara masa kerja dengan intensi turnover.
Masih berlakunya sistem senioritas dalam perusahaan membuat karyawan yang memiliki masa kerja lebih lama cenderung tetap bertahan di perusahaannya. Karena mereka cenderung berpikiran bahwa belum tentu di perusahaan baru senioritas masih ia dapatkan, walaupun perusahaan baru tersebut menyediakan fasilitas dan gaji yang lebih menggiurkan. Sebuah penelitian lain turut mendukung penelitian yang dilakukan Robbins (2001), dimana dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa karyawan yang memiliki masa kerja 3 tahun cenderung melakukan turnover, karena masa kerja yang sedikit memiliki kecenderungan untuk mencari sebuah tantangan baru dalam pekerjaannya (Desa, 2008).
Dari faktor-faktor yang telah disebutkan beberapa tokoh di atas, dalam penelitian ini, faktor menurut Robbins-lah yang akan peneliti gunakan sebagai acuan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover. Faktor tersebut
digunakan dengan alasan sudah cukup mewakili dari keseluruhan faktor-faktor
(53)
37
menyederhanakannya ke dalam pembagian tiga level karakteristik sehingga lebih memudahkan untuk dijadikan acuan. Dan dari ketigabelas faktor yang telah diuraikan di atas, penelitian ini akan lebih mengacu kepada delapan faktor saja, yaitu group cohesiveness, personality-job fit, kepuasan kerja, usia, jenis kelamin,
status marital, pendidikan, dan masa kerja. Adapun penjelasan yang lebih lanjut tentang kedelapan faktor tersebut akan peneliti jelaskan pada subbab berikutnya.
2.1.4 Proses Intensi Turnover
Adapun gambaran proses intensi turnover yang telah disimpulkan oleh
Robbins (2001) adalah seperti berikut ini:
Gambar 1. Explaining and Predicting Turnover (Sumber : Robbins, 1986) Organizational-level
characteristics Struktur organisasi
Job design
Stres kerja
Reward & pension plans
Performance
evaluation system
Group-level characteristics
Kelompok demografik
Group cohesiveness
Individual-level characteristics
Usia
Masa kerja
Marital status
Kepuasan kerja
Personality-job fit
Intention to search for alternative
Intention to
turnover Turnover
Economic and market conditions Available informatio n about alternative jobs
(54)
38
Berdasarkan gambaran bagan di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi turnover dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu
organizational-level characteristics, group-level characteristics, individual-level
characteristics. Dari masing-masing level tersebut pada akhirnya akan
mempengaruhi intensi seseorang untuk mulai mencari-cari alternatif pekerjaan. Intensi tersebut belum diwujudkan dalam bentuk perilaku.
Ada hal-hal lain yang turut mendorong intensi seseorang dalam mencari alternatif pekerjaan. Faktor lain yang turut mendorong intensi seseorang dalam mencari alternatif pekerjaan, berasal dari keadaan ekonomi dan tuntutan perkembangan pasar. Selain itu, banyaknya informasi yang diterima mengenai pekerjaan-pekerjaan yang menawarkan penghasilan dan fasilitas lebih baik, dapat mendorong seseorang untuk berkeinginan keluar dari perusahaan. Namun, jika tuntutan-tuntutan tersebut terus menekan karyawan, sedangkan karyawan tidak memiliki motivasi yang cukup kuat untuk melawannya, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa pada akhirnya karyawan tersebut akan keluar dari perusahaan yang lama dan beralih ke perusahaan baru.
2.1.5 Penelitian Intensi Turnover
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka penyusunan alat ukur ini. Kegunaannya untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Adapun ringkasan hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :
(1)
139
Lampiran 13.
Operating Procedures
Lampiran 14.
Coworker
Lampiran 15.
Nature of Work
Lampiran 16.
Communication
(2)
140
Lampiran Output SPSS
Tabel 4.6
Tabel Anova IV
ANOVA
bModel
Sum of
Squares
df
Mean
Square
F
Sig.
1
Regression
6018,388
22
273,563
4,732
,000
aResidual
7341,619
127
57,808
Total
13360,007
149
a. Predictors: (Constant), MARITALSTATUS, KEPUASANKERJA, PENDIDIKAN, AGREEABLENESS, INTELLECT, NEUROTIK, EXTRAVERSION, JK, USIA, TUNJANGAN, COWORKER, CONSCIENTIOUSNESS, PROMOSI, OPERASIONAL, PENGHARGAAN, COHESIVENESS, NOW, PAY, KOMUNIKASI, MASAKERJA, SUPERVISION, PERSONALITY b. Dependent Variable: TURNOVER
Tabel 4.7
Tabel R
square
IV
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1
,671
a,450
,355
7,60316
a. Predictors: (Constant), MARITALSTATUS, KEPUASANKERJA, PENDIDIKAN, AGREEABLENESS, INTELLECT, NEUROTIK, EXTRAVERSION, JK, USIA, TUNJANGAN, COWORKER, CONSCIENTIOUSNESS, PROMOSI, OPERASIONAL, PENGHARGAAN, COHESIVENESS, NOW, PAY, KOMUNIKASI, MASAKERJA, SUPERVISION, PERSONALITY
(3)
141
Tabel 4.8
Tabel Koefisien Regresi IV
Coefficients
aModel
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
73,967
16,253
4,551
,000
COHESIVENESS
-,113
,103
-,111
-1,093
,276
PERSONALITY
,042
,343
-,040
-,123
,902
AGREEABLENESS
,076
,181
,066
,418
,677
CONSCIENTIOUSN
ESS
,155
,215
,164
,725
,040
EXTRAVERSION
,121
,114
,091
1,056
,293
INTELLECT
-,019
,071
-,020
-,271
,786
NEUROTIK
-,107
,075
-,113
-1,428
,156
KEPUASANKERJA
-,651
,410
-,653
-1,586
,115
PAY
-,181
,139
-,154
-1,309
,003
PROMOSI
,129
,108
,132
1,201
,032
SUPERVISION
,024
,158
,021
,155
,877
TUNJANGAN
-,014
,101
,013
,143
,887
PENGHARGAAN
-,160
,132
-,136
-1,214
,227
OPERASIONAL
,072
,100
,076
,719
,473
COWORKER
,233
,125
,197
1,872
,063
NOW
-,001
,122
-,001
-,008
,994
KOMUNIKASI
-,021
,148
-,018
-,142
,887
USIA
-,110
,125
-,092
-,876
,383
MASAKERJA
-,013
,173
-,009
-,075
,941
PENDIDIKAN
-,170
,526
,023
,323
,747
JK
-2,784
1,532
,144
1,817
,071
MARITALSTATUS
-,713
2,222
-,029
-,321
,749
(4)
142
Tabel 4.9
Proporsi Varians untuk Masing-masing
Independent Variabel
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,287a ,082 ,076 9,10276 ,082 13,235 1 148 ,000 2 ,311b ,097 ,084 9,06117 ,015 2,362 1 147 ,126 3 ,329c ,108 ,090 9,03216 ,012 1,946 1 146 ,165 4 ,330d ,109 ,084 9,06106 ,000 ,070 1 145 ,791 5 ,330e ,109 ,078 9,09213 ,000 ,011 1 144 ,917 6 ,357f ,128 ,091 9,02814 ,019 3,048 1 143 ,083 7 ,414g ,172 ,131 8,82847 ,044 7,542 1 142 ,007 8 ,616h ,379 ,344 7,67118 ,207 47,077 1 141 ,000 a. Predictors: (Constant), COHESIVENESS
b. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY
c. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS
d. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS e. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, EXTRAVERSION
f. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, EXTRAVERSION, INTELLECT
g. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, EXTRAVERSION, INTELLECT, NEUROTIK
h. Predictors: (Constant), COHESIVENESS, PERSONALITY, AGREEABLENESS, CONSCIENTIOUSNESS, EXTRAVERSION, INTELLECT, NEUROTIK, KEPUASANKERJA
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,495a ,245 ,240 8,25335 ,245 48,131 1 148 ,000 2 ,514b ,265 ,255 8,17547 ,019 3,833 1 147 ,052 3 ,560c ,314 ,300 7,92231 ,050 10,545 1 146 ,001 4 ,569d ,324 ,305 7,89367 ,010 2,062 1 145 ,153 5 ,579e ,336 ,313 7,85055 ,012 2,597 1 144 ,109 6 ,581f ,337 ,310 7,86744 ,002 ,383 1 143 ,537 7 ,584g ,341 ,309 7,87184 ,004 ,840 1 142 ,361 8 ,593h ,352 ,315 7,83796 ,010 2,230 1 141 ,138 9 ,603i ,364 ,323 7,79150 ,012 2,686 1 140 ,103
(5)
143
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,495a ,245 ,240 8,25335 ,245 48,131 1 148 ,000 2 ,514b ,265 ,255 8,17547 ,019 3,833 1 147 ,052 3 ,560c ,314 ,300 7,92231 ,050 10,545 1 146 ,001 4 ,569d ,324 ,305 7,89367 ,010 2,062 1 145 ,153 5 ,579e ,336 ,313 7,85055 ,012 2,597 1 144 ,109 6 ,581f ,337 ,310 7,86744 ,002 ,383 1 143 ,537 7 ,584g ,341 ,309 7,87184 ,004 ,840 1 142 ,361 8 ,593h ,352 ,315 7,83796 ,010 2,230 1 141 ,138 9 ,603i ,364 ,323 7,79150 ,012 2,686 1 140 ,103 a. Predictors: (Constant), PAY
b. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI
c. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION
d. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN
e. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN, PENGHARGAAN
f. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN, PENGHARGAAN, OPERASIONAL g. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN, PENGHARGAAN, OPERASIONAL, COWORKER
h. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN, PENGHARGAAN, OPERASIONAL, COWORKER, NOW
i. Predictors: (Constant), PAY, PROMOSI, SUPERVISION, TUNJANGAN, PENGHARGAAN, OPERASIONAL, COWORKER, NOW, KOMUNIKASI
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 ,139a ,019 ,013 9,40942 ,019 2,897 1 148 ,091 2 ,155b ,024 ,011 9,41868 ,005 ,709 1 147 ,401 3 ,156c ,024 ,004 9,44950 ,000 ,043 1 146 ,837 4 ,158d ,025 -,002 9,47867 ,001 ,103 1 145 ,749 5 ,182e ,033 ,000 9,47107 ,008 1,233 1 144 ,269 a. Predictors: (Constant), USIA
b. Predictors: (Constant), USIA, JK
c. Predictors: (Constant), USIA, JK, MARITALSTATUS
d. Predictors: (Constant), USIA, JK, MARITALSTATUS, PENDIDIKAN
(6)