Definisi Intensi Turnover INTENSI TURNOVER

20 menurut Robbins 2001, terdapat teori lain yang turut membahas tentang intensi turnover, teori tersebut antara lain :  Teori Pembentukan Tingkah Laku Fishbein dan Ajzen 1975 mengajukan teori tentang pembentukan tingkah laku untuk menjelaskan tentang intensi. Teori ini berdasarkan pada hubungan timbal balik antara keyakinan belief, sikap attitude, dan intensi intention individu. Keyakinan dikategorikan sebagai aspek kognitif yang melibatkan pengetahuan, pendapat, dan pandangan individu terhadap obyek. Sikap dikategorikan sebagai aspek afektif yang mengarah pada perasaan individu terhadap suatu obyek serta evaluasi yang dilakukannya. Intensi dikategorikan sebagai aspek konatif yang menunjukkan intensi individu dalam bertingkah laku dan bertindak ketika berhadapan langsung dengan obyek. Teori tentang intensi Fishbein dan Ajzen tidak terlepas dari peran situasi, baik lokasi, waktu tertentu atau waktu tak terbatas di masa yang akan datang dan perilaku sikap.  Teori Atribusi Attribution Theory Teori atribusi memberikan penjelasan tentang proses bagaimana kita menentukan penyebab motif perilaku seseorang Gibson et al., 2000. Teori ini diarahkan untuk mengembangkan penjelasan dengan cara-cara kita menilai orang secara berlainan, tergantung makna apa yang akan kita hubungkan atribusikan ke suatu perilaku tertentu. Teori atribusi itu sendiri, mengacu pada bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain diri sendiri, yang ditentukan apakah dari faktor internal eksternal, maka akan terlihat pengaruhnya terhadap perilaku individu Robbins, 2001. Penyebab perilaku dikenal sebagai 21 dispositional attributions dan situational attributions atau penyebab internal dan eksternal Robbins, 2001. Dispositional attribution atau penyebab internal mengacu pada aspek perilaku individual, sesuatu yang ada dalam diri seseorang seperti sifat pribadi, persepsi diri, kemampuan dan motivasi. Situational attributions atau penyebab eksternal mengacu pada lingkungan yang mempengaruhi perilaku, seperti kondisi sosial, nilai sosial dan pandangan masyarakat. Berdasarkan ketiga teori yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan lebih mengacu kepada teori intensi turnover menurut Robbins 2001. Karena intensi turnover menurut teori tersebut sudah mewakili teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh lain. Namun di samping itu juga, peneliti akan memakai teori proses pembentukan tingkah laku menurut Fishbein dan Ajzen 1975 sebagai tambahan untuk dipakai sebagai indikator alat ukur, karena teori tersebut tidak terlepas dari peran situasi, baik lokasi, waktu tertentu atau waktu tak terbatas di masa yang akan datang, dan perilaku sikap.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensi Turnover

Menurut Zeffane 1994, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya turnover, diantaranya adalah faktor eksternal, yakni pasar tenaga kerja; dan faktor institusi internal, yakni kondisi ruang kerja, upah, keterampilan kerja, dan supervisi, karakteristik personal dari karyawan seperti intelegensi, sikap, masa lalu, jenis kelamin, minat, umur dan lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaannya. Menurut Mowday dalam Triaryati, 2002, 22 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi intensi turnover, antara lain job attitude, personality, boidemographic, economic factors, personal factors, job characteristics, rewards system, supervisiory, dan group relations. Sedangkan menurut Robbins 2001, faktor-faktor yang mempengaruhi turnover dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu: 1. Organizational-level characteristics, terdiri dari lima bagian yaitu struktur organisasi, job design, stres kerja, reward pension plans, dan performance evaluation system. 2. Group-level characteristics, terdiri dari dua bagian yaitu kelompok demografik dan group cohesiveness. 3. Individual-level characteristics terdiri dari lima bagian, yaitu usia, masa kerja, status marital, kepuasan kerja, dan personality-job fit. Adapun uraian-uraian yang lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi turnover yang diadaptasi dari teorinya Robbins 2001, adalah sebagai berikut :

1. Personality-job fit

Personality-job fit yang dimaksud adalah adanya kesesuaian antara kepribadian yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan yang dilakukannya. Kinerja organisasi sangat tergantung dari kinerja individu, dimana adanya hubungan yang relevan antara sikap, persepsi, nilai-nilai, dan kepribadian Gibson, 2004. Dalam sebuah perusahaan, atasan tidak dapat begitu saja mengabaikan perlunya memperoleh dan bertindak atas dasar pengetahuan.