41
intensi turnover. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Surya Desa 2008 dengan judul penelitian pengaruh sosiodemografi dan karakteristik
pekerjaan terhadap keinginan pindah kerja pada bidan di Kabupaten Serdang, didapatkan hasil bahwa subyek yang memiliki usia
30 tahun, dengan masa kerja 3 tahun cenderung melakukan intensi turnover. Sedangkan hasil dari penelitian
Rita Andini 2006 yang berjudul analisis pengaruh kepuasan gaji, kepuasan kerja, komitmen organisasional terhadap turnover intention pada RS Roemani
Muhammadiyah Semarang, didapatkan hasil yang sama mengenai usia dan masa kerja, sedangkan dari segi jenis kelamin dan pendidikan didapatkan hasil bahwa
responden yang memiliki pendidikan D3 lebih banyak pindah dari perusahaan dibandingkan dengan responden yang berpendidikan S1. Dan dilihat dari jenis
kelaminnya, didapatkan bahwa responden laki-laki lebih cenderung melakukan intensi turnover dibandingkan dengan responden perempuan yang cenderung
lebih sabar dalam menghadapi pekerjaannya.
2.1.6 Pengukuran Intensi Turnover
Pengukuran tentang intensi turnover memiliki beragam variasi, baik secara analisis statistik ataupun menggunakan pengumpulan data. Berdasarkan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti, dan dari definisi tentang intensi turnover di atas, maka penelitian ini termasuk ke dalam variabel laten. Intensi turnover
termasuk ke dalam variabel laten, karena variabel ini tidak dapat diamati langung oleh peneliti sehingga diperlukan alat ukur yang valid untuk mengetahuinya.
Selain variabel laten, intensi turnover juga merupakan variabel yang bersifat
42
kontinum, karena adanya keinginan yang semakin bertambah dari karyawan perusahaan untuk melakukan intensi turnover. Skala baku untuk mengukur intensi
turnover hingga saat ini belum dapat ditemukan. Oleh karena itu, untuk mengukur intensi turnover, peneliti menggunakan alat ukur yang telah diadaptasi oleh Won-
Jae Lee 2008. Alat ukur tersebut terdiri dari 6 item yang kemudian peneliti terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
2.1.7 Intensi Turnover pada Karyawan 2.1.7.1 Definisi Karyawan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga kantor, perusahaan, dsb dengan mendapat gaji
upah. Sedangkan menurut Abidin 2011, karyawan adalah setiap orang yang melakukan karya pekerjaan di kantor, baik dalam sektor pemerintah ataupun non
pemerintah. Berdasarkan definisi tentang karyawan yang telah diuraikan di atas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa karyawan adalah orang yang bekerja pada suatu lembaga secara tetap berdasarkan surat keputusan dengan mendapatkan gaji
upah.
2.1.7.2 Tugas Karyawan
Menurut Rizky 2010, ada tiga tugas yang menjadi kewajiban karyawan di pabrik tekstil, yaitu :
43
1. Taat pada kebijakan perusahaan. 2. Menyimpan semua informasi yang berkaitan dengan perusahaan.
3. Patuh dan setia terhadap perusahaan.
Berikut ini akan dijelaskan teori tentang 3 variabel bebas dalam penelitian ini :
2.2 GROUP COHESIVENESS
2.2.1 Definisi Group Cohesiveness
Cohesiveness adalah suatu properti dasar dalam membuat suatu grup, agar dapat bertindak selayaknya suatu grup. Salah satu hal yang mendasar dari suatu
grup adalah cohesiveness. Di dalam cohesiveness terdapat solidaritas, group spirit, esprit de corps, dan moral yang saling berhubungan. Seperti ikatan yang kuat,
dimana pribadi memiliki rasa kesatuan yang dikarakteristikkan dengan adanya keseragaman tingkah laku dan sikap saling mendukung antar anggota.
Cohesiveness merupakan suatu istilah deskriptif yang digunakan sebagai alat untuk menggambarkan keseluruhan dalam suatu grup, tetapi cohesiveness dapat
juga digunakan sebagai istilah psikologi yang menggambarkan proses psikologis yang terjadi pada diri individu sebagai dasar kesatuan pada grup.
Menurut Robbins 2001, group cohesiveness yang dimaksud adalah suatu tingkatan dimana anggota kelompok saling berinteraksi dan termotivasi untuk
berada di dalam kelompoknya. Sebuah studi secara konsisten memperlihatkan hubungan antara kohesifitas dengan produktivitas karyawan. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan hasil bahwa jika kohesifitasnya rendah namun kinerjanya
44
tinggi, produktivitas yang dihasilkan justru cenderung rendah karena kurangnya dukungan dari lingkungan kerjanya Robbins, 2001.
Menurut Chaplin 2008, group cohesiveness diungkapkan sebagai suatu kualitas kebergantungan satu sama lain. Sedangkan menurut Carron Prismadia,
2008, group cohesiveness is a dynamic process that is reflected in tendency for a group to stick together and remain united in pursuit of its goals and objectives.
Yang dapat diartikan sebagai sebuah proses dinamis yang tercermin dalam kecenderungan bagi sebuah kelompok untuk tetap bersatu dalam mengejar suatu
tujuan dan sasaran bersama. Suatu kelompok dalam sebuah perusahaan terbentuk karena adanya
tindakan manajerial ataupun upaya dari individu yang bersangkutan. Manajer menciptakan adanya kelompok kerja untuk melaksanakan pekerjaan dan tugas
yang diberikan. Kelompok yang didasarkan atas keputusan manajerial, disebut sebagai kelompok formal. Sedangkan kelompok yang terbentuk dari inisiatif
karyawan, yang didasarkan karena adanya kesamaan minat dan untuk persahabatan disebut sebagai kelompok informal Gibson, 2004.
Setiap kelompok kerja memiliki sasaran yang harus dicapai. Sasaran tersebut dapat dicapai karena adanya kerja sama dan saling menerima antar
anggota yang satu dengan yang lainnya. Tinggi rendahnya kesepakatan dan penerimaan antar anggota terhadap sasaran kelompok, dapat menunjukkan adanya
derajad kelekatan, yang disebut dengan group cohesiveness. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan di atas, pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa group cohesiveness adalah suatu tingkatan dimana anggota