5 Film dapat menyajikan baik teori maupun praktik dari yang bersifat umum ke
khusus atau sebaliknya. 6
Film dapat mendatangkan seorang ahli dan mendengarkan suaranya di kelas. 7
Film dapat menggunakan teknik-teknik seperti warna, gerak, animasi dan sebagainya untuk menampilkan butir-butir tertentu.
8 Film dapat memikat perhatian siswa.
9 Film lebih realistis, dapat diulang-ulang maupun dihentikan sesuai dengan
kebutuhan. Hal-hal abstrak akan menjadi jelas. 10
Film dapat mengatasi keterbatasan daya indera. 11
Film dapat merangsang atau memotivasi kegiatan siswa.
51
Selain itu, Anderson juga mengemukakan pendapatnya mengenai beberapa kelebihan dari film, diantaranya:
1 Dapat menyajikan tiruan visual yang bergerak.
2 Dapat membuat efek visual khusus yang mungkin dapat memperkuat proses
pembelajaran. 3
Keanekaragaman jenis dan ukuran film yang ada memungkinkan film digunakan dalam kelompok besar dan kelompok kecil atau untuk dilihat
sendiri. 4
Film dapat digunakan dengan proyeksi dari depan atau dari belakang. 5
Isi dan urutan materi pelajaran sudah terpadu, dan dapat digunakan secara interaktif dengan buku-buku tugas, buku-buku petunjuk pelajaran dan
sebagainya. 6
Proyektor film pada umumnya lebih mudah didapat dibandingkan dengan video.
7 Kualitas gambar yang ditransfer dari film ke video lebih baik dari pada dari
video ke film. 8
Ukuran film yang sudah terstandarisasi memungkinkannya digunakan dimana-mana.
52
51
Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 68-69.
52
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran, Edisi Pertama, Jakarta: Rajawali Pers, 1987, cet. 1, h. 117-118.
c. Kekurangan Media Film
Selain kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, media video pun tidak lepas dari kelemahannya yaitu:
1 Biaya produksi tinggi, dan mereka yang ahli dalam bidang itu masih langka.
2 Memproses film membutuhkan waktu sehingga tidak dapat diperoleh umpan
balik langsung. 3
Seringkali lembaga-lembaga tidak memiliki sarana produksi film bersuara yang sederhana dan murah.
4 Film yang sudah dipakai tidak dapat dihapus dan digunakan kembali.
5 Harus ditangani dan dirawat dengan hati-hati supaya tidak putus, juga harus
dibersihkan secara teratur. 6
Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film
tersebut.
53
5. Hasil Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok atau penting. Karena pada hakikatnya
belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat interaksi dengan lingkungan.
54
Hal tersebut berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai siswa. Dengan kata lain, keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dilihat dari kualitas pembelajaran yang berlangsung.
55
Untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai atau tidak, maka dilakukan upaya
atau tindakan berupa penilaian. Dengan kata lain, penilaian berfungsi untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat
menjadi tolak ukur tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.
53
Ibid., h. 118.
54
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994, cet. 7, h. 27.
55
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013, h. 1.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Horward Kingsley membagi tiga
macam hasil belajar mengajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris.
56
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Karena hasil belajar merupakan
bagian akhir dari proses pembelajaran dimana akan menjadi tolak ukur bagi guru dan siswa, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan hasil belajar banyak
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu:
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama, kedua dan ketiga termasuk kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek keempat, kelima dan keenam termasuk kognitif tingkat
tinggi. Dalam penelitian ini, hasil belajar siswa yang diukur berdasarkan pada ranah kognitif taksonomi Bloom yang sudah direvisi, yaitu :
1 C1 Mengingat remembering
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Kategori mengingat ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali
recognizing dan mengingat kembali. Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang untuk
membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima. Sedangkan
56
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdikarya, 2012, cet. 17, h. 22.