partisipasi dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN-DBD. Kegiatan PSN-DBD yang kurang
optimal dapat mengakibatkan masih rendahnya ABJ banyak ditemukan jentik dan tingginya angka kejadian DBD. Menurut Yuli 2008,
program pemberantasan vektor nyamuk DBD ditekankan pada pembersihan jentik nyamuk perlu keterlibatan seluruh masyarakat di
tempat agar
pemberantasan nyamuk
dapat bersifat
lebih berkesinambungan sehingga lingkungan dapat terjaga dan bebas dari
vektor nyamuk Aedes aegypti. Angka bebas jentik merupakan salah satu ukuran untuk mengetahui
kepadatan vektor jentik nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat memberikan gambaran besar perkembangan vektor penyakit Demam
Berdarah Dengue DBD tersebut pada suatu wilayah. Semakin tinggi perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti hingga banyak
ditemukan jentik, maka semakin tinggi risiko terjangkit penyakit DBD Setyaningsih dan Setyawan, 2014. Angka bebas jentik juga
merupakan salah indikator keberhasilan dan sebagai tolak ukur partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD melalui gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN dengan 3M Plus. Wilayah dengan rata-rata ABJ yang masih dibawah indikator nasional
mengartikan bahwa partisipasi masyarakat dalam mencegah DBD dengan cara 3M Plus di lingkungan sekitarnya belum optimal sehingga
kasus DBD masih sering terjadi.
3. Karaktersitik Waktu
a. Tahun
Peningkatan atau penurunan angka kejadian DBD dari tahun ke tahun berkaitan dengan kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN-DBD dan Angka Bebas Jentik ABJ. Faktor kondisi lingkungan fisik juga dapat
mempengaruhi peningkatan atau penurunan kejadian DBD. Hal ini karena sanitasi lingkungan memiliki hubungan erat dengan
kejadian DBD yang dapat mempengaruhi pertumbuhan atau perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti.
Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa kejadian penyakit DBD di Kota
Tangerang Selatan dalam kurun waktu 3 tiga tahun terakhir telah mencapai target nasional
≤ 51 per 100.000 penduduk. Angka bebas jentik rata-rata dalam kurun waktu 3 tiga tahun terakhir di
Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 93 lampiran 1, hal ini berarti belum mencapai target indikator nasional dalam satu kota.
Namun, keberhasilan IR DBD yang berada dibawah target indikator nasional dan mengalami penurunan bisa dikarenakan
faktor lain. Persentase rumah sehat dalam kurun waktu 3 tiga tahun
terakhir di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 89. Setelah ditelusuri sampai tingkat wilayah kerja Puskesmas di Kota
Tangerang Selatan, masih terdapat beberapa tempat yang belum tercapai indikator persentase rumah peta 5.2. Namun, persentase
rumah sehat rata-rata dalam satu kota secara nasional sudah mencapai target indikator
≥80 lampiran 1. Hal ini mengartikan bahwa rumah-rumah di Kota Tangerang Selatan
sudah banyak yang telah memenuhi syarat rumah sehat.
b. Bulan
Kejadian demam berdarah di Indonesia setiap tahun terjadi pada bulan September hingga sampai Februari dimana puncak
kejadian DBD bertepatan dengan musim hujan yaitu pada bulan Desember atau Januari Siregar, 2004. Pada musim hujan
populasi vektor nyamuk Aedes aegypti mengalami peningkatan dengan bertambah banyaknya breeding place di luar rumah akibat
sanitasi lingkungan yang kurang bersih. Pada musim kemarau juga dapat menyebabkan peningkatan populasi vektor nyamuk Aedes
aegypti karena banyak vektor nyamuk yang bersarang di bejana yang selalu terisi air, seperti bak mandi, tempayan, drum dan
penampungan air Depkes RI, 2010. Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kota Tangerang
Selatan menunjukkan bahwa puncak kejadian penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2013 adalah bulan Juni, September
dan November sedangkan, curah hujan pada saat itu adalah 82,7 mm, 34,8 mm dan 261,6 mm. Puncak kejadian penyakit DBD di