Kecepatan Angin Distribusi Kejadian Penyakit DBD Berdasarkan Lingkungan Fisik
                                                                                gangguan  kesehatan  terutama  penularan  penyakit  menular  sehingga memungkinkan penghuni rumah tersebut memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Rumah sehat merupakan bagian sanitasi lingkungan yang memiliki hubungan erat dengan penyakit menular berbasis lingkungan,
salah satunya penyakit DBD. Apabila sanitasi lingkungan buruk, maka dapat  memberikan  peluang  sebagai  tempat  perkembangbiakan  nyamuk
Aedes  aegypti  sehingga  nyamuk  terus  meningkat  dan  menyebabkan penularan DBD yang tinggi.
Hasil  penelitian  yang  telah  dilakukan  di  Kota  Tangerang  Selatan tahun  2013-2015  menunjukkan  bahwa  berdasarkan  analisis  spasial
sebaran  kasus  DBD  tinggi  lebih  banyak  ditemukan  di  wilayah  kerja Puskesmas  yang  memiliki  persentase  rumah  sehat  yang  juga  tinggi.
Puskesmas  yang selalu memiliki  IR DBD tinggi  dan persentase rumah sehat  yang  juga  tinggi  adalah  Puskesmas  Rawa  Buntu,  Puskesmas
Pondok  Benda  dan  Puskesmas  Rengas.  Sedangkan,  secara  temporal jumlah  Puskesmas  dengan  persentase  rumah  sehat  yang  rendah
mengalami kecederungan menurun. Setiap rumah yang terdapat penghuni dinilai untuk menilai apakah
rumah yang ditempatkan telah memenuhi syarat rumah sehat. Salah satu dalam  penilaian  rumah  sehat  ini  adalah  ada  atau  tidaknya  jentik  yang
ditemukan.  Penilaian  rumah  sehat  oleh  sanitarian  lingkungan Puskesmas  dibantu  oleh  para  kader  setempat  dilakukan  sekali  setiap
tahunnya. Setelah ditelusuri lebih dalam diketahui bahwa rumah-rumah
yang  berada  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Rawa  Buntu,  Puskesmas Pondok  Benda  dan  Puskesmas  Rengas  baik  perumahan  komplek
maupun non-komplek, masih banyak ditemukan adanya jentik. Rumah yang dinilai dan ditemukan adanya jentik dikatakan sebagai
rumah  tidak  sehat.  Namun,  persentase  rumah  sehat  di  ke-tiga Puskesmas  tersebut  berada  diatas  indikator  yaitu  sebesar  80  pada
tahun  2013-2015.  Hal  ini  mengartikan  bahwa  dalam  penilaian  rumah sehat,  rumah  yang  diperiksa  dan  ditemukan  adanya  jentik  tetap  dinilai
sebagai rumah sehat. Padahal, jentik memiliki hubungan dalam kejadian DBD.  Selain  itu,  data  penilaian  rumah  sehat  juga  menjadi  tidak  valid
dan representatif. Jentik  yang  ditemukan  tidak  semuanya  adalah  jentik  yang
berkembangbiak menjadi nyamuk Aedes aegypti. Namun, apabila jentik itu adalah jentik nyamuk Aedes aegypti yang berkembangbiak menjadi
nyamuk  dewasa  kemudian  menghisap  darah  dari  orang  yang  terdapat virus  Dengue  di  dalam  tubuhnya,  maka  nyamuk  tersebut  dapat
berpotensi  sebagai  vektor  penular  DBD.  Dari  hasil  wawancara  yang dilakukan  dengan  saitarian  lingkungan  Puskesmas  diketahui  bahwa
jentik  lebih  sering  ditemukan  di  bak  mandi,  dispenser,  pot  bunga  dan juga barang-barang bekas di luar rumah. Jentik yang ditemukan tersebut
mengartikan  bahwa  masyarakat  di  wilayah  kerja  Puskesmas  Rawa Buntu, Puskesmas Pondok Benda dan Puskesmas Rengas masih kurang
dalam  pasrtisipasi  kegiatan  Pemberansan  Sarang  Nyamuk  Demam
Berdarah  Dengue  PSN-DBD  dengan  3M  menguras,  menutup  dan mengubur  Plus  tidak  menggantung  pakaian,  menggunakan  repellent,
menggunakan  kelambu  ketika  tidur,  abatisasi,  pemeliharaan  ikan cupang.
Dari  hasil  wawancara  juga  diketahui  bahwa  masyarakat mengetahui  tentang  pencegahan  penyakit  DBD,  yaitu  dengan  PSN
DBD  tetapi  hanya  sebatas  3M  menguras,  menutup  dan  mengubur tidak sampai Plus sehingga masih sering ditemukan jentik di dispenser,
pot bunga, barang bekas atau sampah di kebun yang dapat menampung air  hujan.  Hal  ini  lah  yang  menjadi  penyebab  angka  kejadian  DBD
tinggi  meskpin  persentase  rumah  sehat  juga  tinggi.  Hasil  penelitian yang  dilakukan  oleh  Octaviana  2007  menyatakan  bahwa  wilayah
endemis DBD terjadi pada rumah yang sehat daripada rumah yang tidak sehat.
                