Kepadatan Penduduk Distribusi Kejadian Penyakit DBD Berdasarkan Lingkungan Non-Fisik

5. Distribusi spatialtemporal kejadian penyakit DBD dengan rumah sehat di Kota Tangerang Selatan secara spasial terlihat IR DBD tinggi banyak ditemukan di Puskesmas dengan persentase rumah sehat yang juga tinggi. Secara temporal, terjadi penurunan proporsi wilayah kerja Puskesmas yang memiliki persentase rumah sehat rendah diiringi IR DBD yang semakin menurun. 6. Distribusi spatialtemporal kejadian penyakit DBD dengan kepadatan penduduk di Kota Tangerang Selatan secara spasial terlihat IR DBD tinggi banyak ditemukan di Puskesmas dengan kepadatan penduduk tinggi. Secara temporal, terjadi peningkatan proporsi wilayah kerja Puskesmas yang memiliki kepadatan penduduk tinggi diiringi IR DBD yang semakin menurun. 7. Pada tahun 2014 dan 2015 terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara suhu udara dengan kejadian DBD tetapi tidak signifikan. Sedangkan pada tahun 2013 tidak ada hubungan antara suhu udara dengan kejadian DBD. 8. Pada tahun 2014 terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara kelembaban udara dengan kejadian DBD. Sedangkan, pada tahun 2013 dan 2015 terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara kelembaban udara dengan kejadian DBD tetapi tidak signifikan. 9. Pada tahun 2015 terdapat hubungan yang kuat dan signifikan antara curah hujan dengan kejadian DBD. Pada tahun 2014 terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara curah hujan dengan kejadian DBD tetapi tidak signifikan. Sedangkan, pada tahun 2013 tidak ada hubungan antara curah hujan dengan kejadian DBD. 10. Pada tahun 2015 terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara kecepatan angin dengan kejadian DBD tetapi tidak signifikan. Sedangkan pda tahun 2013 dan 2014 tidak ada hubungan antara kecepatan angin dengan kejadian DBD. B. Saran 1. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan a. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan disarankan tetap menggunakan dan dapat mengembangkan aplikasi Sistem Informasi Geografis SIG untuk melakukan pemetaan kasus DBD sehingga dapat mengetahui wilayah dengan insidens DBD yang tinggi. b. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan disarankan perlu melakukan koordinasi secara intensif dan meningkatkan kinerja proaktif kepada petugas Puskesmas seksi lingkungan di Kota Tangerang Selatan dalam penanggulangan kasus DBD. Hal ini agar faktor lingkungan yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian DBD dapat teratasi dan penularan penyakit DBD tidak semakin meluas serta tidak terjadi Kejadian Luar Biasa KLB DBD di Kota Tangerang Selatan.

2. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG Kota

Tangerang Selatan a. Peningkatan suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan berpengaruh terhadap peningkatan kasus DBD di Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, BMKG Kota Tangerang Selatan sebagai pihak yang berwenang terhadap data suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan perlu kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. b. Jika terjadi peningkatan suhu udara, kelembaban udara dan curah hujan, pihak BMKG disarankan dapat menyebarluaskan informasi hasil pengukuran berdasarkan bulan setiap tahunnya kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Dengan begitu, Dinas Kesehatan setempat dapat melakukan Sistem Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue SKD-DBD dan segera melakukan kegiatan untuk mengantisipasi kejadian DBD dengan melakukan kegiatan preventif, seperti survei lapangan, abatisasi, fogging dan Pemantauan Jentik Berkala PJB.

3. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan

Kepadatan penduduk yang tinggi berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan sebagai pihak yang berwenang terhadap data kependudukan disarankan dapat menyebarluaskan informasi kependudukan setiap tahunnya kepada dinas-dinas yang terkait terutama Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Dengan begitu, Dinkes setempat dapat