77 pembelajaran yang mendidik inilah, diharapkan responden dapat melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran Kimia
Indikator pertama pada aspek ini adalah memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
menunjukkan bahwa terdapat enam responden yang dapat memahami prinsip- prinsip pengembangan kurikulum dengan baik dan satu responden memahami
dengan sedang. Dalam indikator ini, peneliti mengobservasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dirancang oleh responden. Satu responden yang
dikategorikan sedang ini, tidak membuat RPP sehingga berdasarkan hasil observasi, hasil yang didapatkan adalah dalam kategori rendah, sedangkan untuk
keempat responden yang lain telah merancang RPP dengan cara mengembangkan kompetensi dasar ke dalam RPP dan mengembangkan Standar Kompetensi untuk
KTSP dan Kompetensi Inti untuk K-13 dengan baik, tetapi terdapat dua responden lainnya yang tidak mengembangkan Kompetensi Inti. Selain itu,
peneliti juga melaksanakan wawancara terhadap responden terkait dengan pemahaman pengembangan kurikulum. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
hanya satu responden yang mampu menjelaskan perbedaan KTSP dengan K-13 dengan tepat. Hal ini mungkin disebabkan karena responden lainnya belum
memahami secara mendalam terkait perubahan yang terjadi. Indikator kedua adalah menentukan tujuan pembelajaran Kimia.
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa enam responden telah menentukan tujuan pembelajaran Kimia dalam RPP dengan sangat baik,
sedangkan satu responden tidak merancangnya namun berada dalam kategori
78 baik. Hal ini dikarenakan responden mengisi kuesioner dalam kategori sangat
tinggi. Rata-rata tujuan pembelajaran yang dirancang oleh responden telah sesuai dengan Indikator Pencapaian Kompetensi IPK dan mencakup kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Indikator ketiga adalah menentukan pengalaman belajar sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat empat responden telah menentukannya dengan sangat baik
sedangkan tiga responden lain menentukannya dengan baik. Menurut Wiyani 2013, pengalaman belajar adalah berbagai kegiatan yang dialami oleh peserta
didik dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai suatu kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, responden
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun keterampilan sendiri, misalnya melalui metode eksperimen. Akan tetapi, masih terdapat
beberapa responden yang tidak melampirkan Lembar Kerja Peserta Didik LKPD di dalam RPP.
Indikator keempat adalah memilih materi pembelajaran Kimia yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner
dan observasi menunjukkan bahwa terdapat lima responden telah memilih materi pembelajaran Kimia yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran dengan sangat baik, sedangkan dua responden dalam kategori baik. Menurut Wiyani 2013, materi pembelajaran bukan merupakan tujuan
pembelajaran, tetapi suatu sarana untuk mencapai seperangkat kompetensi yang menjadi sebuah tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, responden telah menentukan
materi pembelajaran Kimia sesuai dengan pengalaman belajar dan tujuan
79 pembelajaran dengan baik, akan tetapi masih terdapat beberapa responden yang
tidak melampirkan materi di dalam RPP. Hal ini mungkin disebabkan karena kekurangminatan responden untuk membuat ringkasan materi di dalam RPP.
Padahal dengan melampirkan materi dapat mempermudah responden untuk menjelaskan hal-hal yang nantinya akan disampaikan pada saat pelaksanaan
pembelajaran. Indikator kelima adalah menata materi pembelajaran dengan benar yaitu
melalui pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat tiga responden merancang
dengan sangat baik, tiga responden merancang dengan baik, sedangkan satu responden lainnya berada dalam kategori sedang. Satu responden yang
dikategorikan sedang ini tidak membuat RPP. Hal ini dikarenakan responden menganggap bahwa RPP hanya sebuah formalitas saja, sedangkan yang terpenting
adalah peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan responden dengan baik. Dalam hal ini, terdapat hasil observasi yang lebih tinggi dari kuesioner.
Berdasarkan hasil observasi RPP, responden ini telah mampu menata materi pembelajaran sesuai dengan Kompetensi Dasar KD dan menentukan materi
pembelajaran yang sesuai topik dan urutan konsep. Indikator keenam adalah mengembangkan indikator dan instrumen
penilaian. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat satu responden telah mengembangkan indikator dan instrumen penilaian
dengan sangat baik, lima responden mengembangkan dengan baik, dan satu responden dalam kategori sedang. Indikator ini dilihat berdasarkan observasi RPP
yang telah responden rencanakan. Dalam hal ini juga terdapat ketimpangan hasil
80 antara kuesioner dan observasi, yaitu hasil observasi yang lebih tinggi daripada
kuesioner. Hal ini mungkin disebabkan karena kerendahan hati responden dalam mengisi kuesioner. Berdasarkan hasil observasi RPP, responden ini telah
mengembangkan instrumen penilaian berdasarkan bentuk penilaian sesuai dengan indikator, responden juga telah merumuskan IPK sesuai dengan KD mapel Kimia
dan menyusun rubrik penilaian sesuai dengan instrumen yang digunakan, akan tetapi masih terdapat responden yang tidak menyusun rubrik penilaian dan
terdapat ketidaktepatan responden dalam merumuskan IPK. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
pada aspek mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran Kimia telah terlaksana sebesar 80,21 atau dapat dikategorikan sangat baik. Walaupun
demikian, responden harus dapat mengembangkan kurikulum yang tidak hanya peningkatan dari segi materi pembelajaran saja, akan tetapi dari aspek pendukung
yang lainnya seperti metode dan media pembelajaran yang variatif yang dapat menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
Indikator pertama pada aspek ini adalah memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran mendidik. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi,
menunjukkan bahwa terdapat dua responden yang dapat memahaminya dengan sangat baik, empat responden memahaminya dengan baik, dan satu responden
dalam kategori sedang. Prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik ini sangatlah berkaitan dengan RPP. Perancangan pembelajaran ini akan bermuara
pada pelaksanaan pembelajaran, oleh karena itu selain melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas, peneliti juga melaksanakan observasi
81 terhadap RPP, yaitu untuk mengetahui apakah responden telah melaksanakan
aktivitas sesuai yang telah direncanakan atau tidak. Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar aktivitas responden tidak sesuai dengan yang termuat di RPP.
Selain itu, terdapat beberapa responden yang hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri di dalam kelas. Responden yang sibuk dengan kegiatannya sendiri
menjadikan kelas yang kurang efektif. Walaupun demikian, sebagian besar responden telah dapat menguasai kelas dengan baik, yaitu dengan mengecek
kinerja praktikum dari peserta didik untuk metode eksperimen dan mengecek kinerja diskusi untuk metode diskusi.
Indikator kedua adalah mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa
dua responden telah mengembangkannya dengan sangat baik, tiga responden mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran dengan baik, dan
dua responden berada dalam kategori sedang. Komponen-komponen rancangan pembelajaran ini dilihat berdasarkan hasil observasi RPP. Dalam hal ini, terdapat
perbedaan antara hasil kuesioner dengan observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat dua responden yang hasilnya lebih tinggi daripada hasil kuesioner.
Setelah peneliti mengobservasi RPP, kedua responden ini telah mengembangkan kompetensi dasar, metode belajar, dan materi pokok. Pengembangan ketiga
komponen ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif. Walaupun demikian, masih terdapat responden yang tidak menentukan metode pembelajaran
sesuai dengan materi pembelajaran yang dirancang. Hal ini mungkin disebabkan karena kekurangtelitian responden dalam merancang RPP.
82 Indikator ketiga adalah menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap,
baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun di lapangan. Hasil observasi dan kuesioner menunjukkan bahwa satu responden telah menyusunnya
dengan sangat baik, lima responden menyusun dengan baik, dan satu responden berada dalam kategori sedang. Dalam hal ini, terdapat satu responden yang tidak
membuat RPP. Berdasarkan hasil wawancara, responden tidak terlalu memperhatikan RPP dan RPP hanyalah sebuah formalitas saja, dikarenakan
pelaksanaan pembelajaran itu sulit dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah tertulis dalam RPP. Satu responden membuat RPP akan tetapi metode yang
digunakan tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, satu responden lainnya pada tahun ajaran 2016 2017 juga tidak membuat RPP. RPP yang peneliti
dokumentasikan hanyalah RPP tahun ajaran sebelumnya. Berdasarkan paparan di atas, rata-rata responden kurang giat dalam membuat RPP. Hal ini mungkin
disebabkan karena prinsip responden yang menyatakan bahwa yang terpenting adalah peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan dengan baik.
Padahal RPP memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk mempermudah responden dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Ketika aktivitas
pembelajaran di laboratorium, rata-rata dari responden telah melaksanakan pembelajaran mendidik dengan memperhatikan standar keamanan yang
dipersyaratkan yaitu dengan memberi pesan kepada peserta didik untuk berhati- hati terhadap bahan-bahan berbahaya yang terdapat di laboratorium.
Indikator selanjutnya menunjukkan bahwa terdapat dua responden telah menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang relevan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran Kimia untuk mencapai
83 pembelajaran secara utuh dengan sangat baik, empat responden menggunakannya
dengan baik, dan satu responden berada dalam kategori sedang. Indikator ini dapat diketahui dengan cara observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas atau
laboratorium. Pada indikator ini juga terdapat hasil observasi yang lebih besar daripada pengisian kuesioner yang telah responden isi, berdasarkan hasil
observasi satu responden ini telah menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebelum kegiatan
praktikum dimulai, responden menggunakan TIK untuk memperlihatkan video kepada peserta didik dengan tujuan untuk memberikan apersepsi, setelah itu
responden juga telah membuat Lembar Kerja Peserta Didik LKPD sebagai media belajar, dan telah memilih kedua komponen media dan sumber belajar
yang sesuai dengan mata pelajaran Kimia, sedangkan responden yang berada dalam kategori sedang ini hanya memberikan penjelasan terkait dengan prosedur
kerja praktikum tanpa penggunaan TIK, selain itu responden tidak membuat LKPD.
Indikator yang terakhir menunjukkan bahwa dua responden telah mengambil keputusan transaksional dalam mata pelajaran Kimia sesuai dengan
situasi yang berkembang dengan sangat baik dan lima responden lainnya dalam kategori baik. Hal tersebut dapat diketahui melalui observasi pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, responden telah menjalin komunikasi yang baik antar peserta didik dalam mengambil suatu keputusan yang sifatnya
tidak secara sepihak dan demi kepentingan bersama. Akan tetapi, dalam hal ini masih terdapat beberapa responden yang mengambil keputusan yang sifatnya
diputuskan oleh responden guru. Contoh keputusan tersebut yaitu, ketika
84 responden memberikan keputusan terkait dengan pengumpulan laporan
praktikum. Sebaiknya, responden memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan pendapatnya terkait alokasi waktu pengumpulan laporan
tersebut. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
pada aspek menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik telah terlaksana sebesar 76,19 atau dapat dikategorikan baik. Hal yang perlu ditingkatkan lagi
bagi responden adalah menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik di kelas, laboratorium, dan di lapangan dengan memperhatikan rambu-rambu
penulisan RPP yang benar.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
Aspek kelima kompetensi pedagogik guru Kimia adalah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi TIK untuk kepentingan pembelajaran. TIK
ini dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada peserta didik, sehingga guru harus mampu memanfaatkan TIK dengan sebaik
mungkin. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa dua responden telah melaksanakannya dengan sangat baik, satu responden
melaksanakan dengan baik, tiga responden melaksanakan dengan sedang, dan satu responden
kategori rendah.
Berdasarkan hasil
observasi pelaksanaan
pembelajaran, terdapat responden yang tidak memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, tetapi hanya memanfaatkan alat dan bahan praktikum dalam
metode eksperimen. Pada kegiatan eksperimen ini, responden hanya menjelaskan langkah kerja yang akan di praktikumkan oleh peserta didik dan responden ini
85 juga tidak menyediakan Lembar Kerja Peserta Didik LKPD. Selain itu, terdapat
responden yang hanya memberikan materi pembelajaran tanpa memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK, padahal dengan memanfaatkan TIK
misalnya melalui animasi pada media power point pembelajaran akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi pada aspek memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran telah terlaksana sebesar 62,50 atau dapat dikategorikan baik. Meskipun demikian, responden diharapkan dapat meningkatkan pembelajaran
dengan cara memanfaatkan TIK dengan sebaik mungkin, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
f. Memfasilitasi
pengembangan potensi
peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
Indikator pertama pada aspek ini adalah menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal.
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat satu responden dapat melaksanakan dengan sangat baik, lima responden melaksanakan
dengan baik, dan satu responden melaksanakan dengan sedang. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, satu responden ini hanya
menggunakkan metode ceramah dan diskusi yang sifatnya hanya sekilas saja, sedangkan responden lain telah menggunakkan metode eksperimen dan diskusi,
sehingga dengan kedua metode tersebut peserta didik diharapkan dapat terdorong untuk mencapai prestasi yang optimal. Walaupun demikian, masih terdapat
responden yang melaksanakan pembelajaran dengan metode eksperimen tetapi
86 tidak menyediakan LKPD untuk peserta didik sehingga responden ini kurang
dapat mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi yang optimal. Indikator kedua adalah menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran
untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat empat
responden telah menyediakan dengan sangat baik dan tiga responden lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam indikator ini, cara yang dilaksanakan oleh
responden dalam mengaktualisasikan potensi peserta didik, yaitu melalui kegiatan praktikum dan diskusi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara responden juga
mengadakan program remedial bagi peserta didik yang memiliki nilai masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM dan pengayaan bagi peserta didik
yang memiliki nilai di atas KKM. Dengan kedua program tersebut, diharapkan potensi peserta didik yang sebenarnya dapat dikembangkan. Akan tetapi, masih
terdapat responden yang melaksanakan program remedial ketika ulangan akhir semester selesai, sehingga kesempatan peserta didik untuk mengaktualisasikan
potensi dalam memperbaiki belajar pada suatu bab tertentu menjadi berkurang. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
pada aspek memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, yang terdiri dari dua indikator
telah terlaksana sebesar 78,58 atau dapat dikategorikan baik. Meskipun demikian, diharapkan responden dapat menyediakan kegiatan pembelajaran
dengan metode pembelajaran yang lebih variatif lagi dengan tujuan untuk mencapai prestasi peserta didik yang optimal dan potensi peserta didik dapat
teraktualisasikan dengan baik.
87
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
Indikator pertama pada aspek ini adalah memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik, dan santun secara lisan, tulisan, dan atau
bentuk lain. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat empat responden yang melaksanakannya dengan sangat baik dan tiga
responden lainnya melaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, masih terdapat responden yang kurang menjalin
hubungan dengan peserta didik dengan dilandasi rasa kasih sayang dan memvonis peserta didik ketika melakukan kesalahan. Hal tersebut ditandai ketika peserta
didik terlambat masuk ke laboratorium untuk melaksanakan praktikum. Dalam hal ini, sebenarnya responden memiliki aplikasi kedisiplinan yang baik terhadap
peserta didik akan tetapi aplikasinya tersebut kurang memperlihatkan rasa kasih sayang yang baik.
Indikator kedua adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi kegiatan yang
mendidik. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat dua responden telah melaksanakan dengan sangat baik dan lima
responden lainnya melaksanakan dengan baik. Pada indikator ini, responden mendekati peserta didik yang bertanya mengenai materi yang belum dipahami
selain itu peserta didik secara aktif merespon ajakan responden dalam pembelajaran, akan tetapi masih terdapat responden yang tidak mendekati peserta
didik yang bertanya. Dalam hal ini, peserta didik yang mendekati meja responden.
88 Selain itu, terdapat responden yang tidak memberikan penguatan positif ketika
peserta didik menjawab pertanyaan dengan benar. Padahal dengan penguatan inilah, peserta didik mendapat motivasi untuk belajar lebih giat lagi.
Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi pada aspek berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik yang terdiri dari dua indikator telah terlaksana sebesar 80,36 atau dapat dikategorikan sangat baik. Kemampuan responden dalam berkomunikasi yang
baik, di dalam maupun di luar kelas dapat menjadikan peserta didik mudah menerima materi dan dapat menjadikan peserta didik merasa nyaman dengan
responden tersebut.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Indikator pertama pada aspek ini adalah memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran Kimia. Hasil rata-rata dari kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa dua responden telah memahaminya dengan sangat baik dan lima responden
lainnya memahami dengan baik. Indikator ini dilihat dengan cara observasi RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran, serta dengan wawancara terhadap responden.
Berdasarkan ketiga metode tersebut, didapatkan satu responden dengan hasil observasi yang lebih tinggi dari kuesioner. Berdasarkan hasil observasi
pelaksanaan pembelajaran, responden telah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yaitu dengan metode eksperimen, selain itu responden juga telah
mengadakan penilaian hasil belajar yang diadakan setelah materi dalam satu bab terselesaikan yaitu dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik
dalam memahami materi yang telah disampaikan dan sebagai bahan refleksi
89 terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh responden dan
berdasarkan observasi RPP, responden juga telah mengembangkan instrumen penilaian walaupun tidak memuat instrumen keterampilan dan sikap. Akan tetapi,
masih terdapat beberapa responden yang tidak mengembangkan instrumen penilaian.
Indikator kedua adalah menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran Kimia. Hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat tiga responden menentukan dengan sangat baik, tiga responden menentukan dengan
baik, dan satu responden dalam kategori sedang. Dalam hal ini, terdapat satu responden yang hasil observasinya lebih tinggi dibandingkan pengisian kuesioner.
Berdasarkan hasil observasi RPP, responden ini telah menilai aspek-aspek baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Responden merancang aspek kognitif
melalui tes tertulis dan penugasan, menilai aspek afektif melalui observasi kerja kelompok sedangkan aspek psikomotorik dinilai melalui praktikum atau
presentasi. Akan tetapi, terdapat beberapa responden yang tidak menentukan ketiga aspek tersebut secara lengkap.
Indikator ketiga adalah menentukan prosedur penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar. Hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat
lima responden telah menentukan dengan sangat baik, satu responden menentukan dengan baik, dan satu responden lain dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil
observasi RPP, reponden telah menentukan prosedur penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar dengan mengembangkan indikator pencapaian Kompetensi
Dasar, mengembangkan pedoman penilaian dan melaksanakan tes pengamatan
90 penugasan yang diperlukan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa responden yang
masih menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi IPK yang tidak menggunakan kata kerja operasional yaitu ditandai dengan penulisan kata kerja
yang tidak jelas dan tidak adanya rumusan keterampilan. Indikator keempat adalah mengembangkan instrumen penilaian dan
evaluasi proses dan hasil belajar. Hasil rata- rata dari kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa satu responden telah mengembangkan instrumen penilaian
dan evaluasi proses dan hasil belajar dengan sangat baik, lima responden mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar dengan
baik, dan satu responden berada dalam kategori sedang. Terdapat hasil observasi yang lebih tinggi dibandingkan hasil kuesioner, hal ini mungkin dikarenakan
kerendahan hati responden dalam mengisi kuesioner. Hasil observasi RPP menunjukkan bahwa responden ini telah menentukan prosedur penilaian, evaluasi
proses, dan hasil belajar yang sangat lengkap. Hal ini ditunjukkan bahwa responden telah membuat dan menyusun kisi-kisi penilaian yang diturunkan dari
indikator hasil belajar, kemudian menentukan kunci jawaban dari instrumen yang telah dibuat. Dalam indikator ini, kebanyakan responden tidak menyusun kisi-kisi
penilaian dan kunci jawaban. Dalam indikator ini, responden perlu mengembangkan instrumen penilaian, baik dimulai dari pembuatan kisi-kisi
instrumen kemudian pembuatan instrumen secara baik hingga menentukan kunci jawaban. Dengan demikian, responden diharapkan mendapatkan informasi hasil
penilaian secara akurat sehingga dapat sebagai umpan balik terhadap berhasil atau tidaknya dalam mengajar.
91 Indikator kelima adalah mengadministrasikan penilaian proses dan hasil
belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. Hasil rata-rata dari kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa satu responden
mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen sangat baik, lima responden
mengadministrasikannya dengan baik dan satu responden berada dalam kategori sedang. Pada indikator ini, peneliti melaksanakan wawancara dengan responden.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, rata-rata responden tidak selalu mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar, hal ini dikarenakan
kesibukan responden dalam hal-hal administrasi pembelajaran yang lainnya. Indikator keenam adalah menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai tujuan. Hasil rata-rata dari kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa satu responden menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai tujuan dengan sangat baik, empat responden menganalisis dengan baik, dan dua responden dalam kategori sedang. Rata-rata untuk indikator
ini, responden mengolah hasil penilaian dan menyimpulkannya dengan program Analisis Butir Soal ANBUSO akan tetapi tidak selalu responden laksanakan.
Pada Indikator ini, responden diharapkan selalu menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar sebagai bahan refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Hasil kuesioner dan observasi untuk indikator terakhir pada aspek ini
menunjukkan bahwa hanya satu responden yang melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar dengan sangat baik, sedangkan keeanam responden lainnya
melaksanakan proses dan hasil belajar dengan baik. Hasil dari evaluasi proses ini,
92 peneliti mengobservasi pelaksanaan pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan
bahwa rata-rata responden melaksanakan evaluasi proses dengan cara mengecek kepahaman peserta didik terhadap materi yang sedang disampaikan oleh
responden sedangkan untuk mengetahui evaluasi hasil belajar, peneliti mengadakan wawancara dengan peserta didik. Hasilnya yaitu bahwa responden
mengadakan evaluasi hasil belajar melalui ulangan, yaitu ketika materi dalam satu bab telah terselesaikan. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa responden
yang tidak membuat instrumen penilaian dalam RPP. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
pada aspek menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar telah terlaksana sebesar 72,58 atau dapat dikategorikan baik. Walaupun
demikian, responden harus selalu mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan misalnya dengan program ANBUSO. Hal ini
dimaksudkan supaya responden dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan butir soal yang dibuat dan dapat mengidentifikasi spesifikasi butir soal sehingga hasil
penilaian tersebut dapat berguna bagi responden untuk mengetahui berhasil atau tidaknya dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik, selain itu juga
dapat berguna bagi peserta didik yaitu untuk memperbaiki atau bahkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran
Indikator pertama pada aspek ini adalah menggunakkan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil
kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat enam responden menggunakkan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan
93 ketuntasan belajar dengan sangat baik dan satu responden melaksanakan dengan
baik. Hasil penilaian dan evaluasi dapat berguna untuk mengetahui keberhasilan kinerja dari responden dalam menyampaikan materi. Dalam hal ini, informasi
tersebut dapat berguna untuk menentukan ketuntasan belajar peserta didik. Ketuntasan belajar ini dapat dianalisis melalui program Analisis Butir Soal
ANBUSO. Berdasarkan hasil wawancara, satu responden ini tidak selalu menganalisisnya dikarenakan tidak adanya waktu sedangkan beberapa responden
yang lain selalu menganalisis ketuntasan belajar melalui program dari Sekolah. Ketuntasan belajar ini dapat dilihat dengan adanya nilai Kriteria Ketuntasan
Minimum KKM, berdasarkan hasil wawancara penentuan nilai KKM ini didasarkan
dari Kondisi
satuan pendidikan
dan hasilnya
kemudian dikonstruksikan.
Indikator kedua adalah menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. Berdasarkan hasil
kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat lima responden menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program
remedial dan pengayaan dengan sangat baik, satu responden melaksanakan dengan baik dan satu responden melaksanakan dengan rendah. Selain digunakan
untuk menentukan ketuntasan belajar, informasi ini juga dapat digunakan untuk merancang program remedial dan pengayaan. Dalam hal ini, terdapat perbedaan
antara hasil kuesioner dan observasi untuk satu responden. Berdasarkan hasil wawancara, responden ini selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk melaksanakan program remedial bagi peserta didik yang mendapatkan nilai masih di bawah KKM dan selalu memberikan kesempatan kepada peserta didik
94 yang mendapatkan nilai di atas KKM melalui program pengayaan, sedangkan
untuk responden yang melaksanakan dengan rendah dikarenakan responden ini tidak mengadakan program remedial setelah ulangan harian selesai dilaksanakan,
akan tetapi hanya diadakan remedial ketika ulangan semester selesai. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa untuk
indikator ketiga, terdapat empat responden mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan dengan sangat baik dan tiga
responden melaksanakan dengan baik. Responden telah mengkomunikasikan hasil belajar kepada pemangku kepentingan, diantaranya yaitu kepada peserta didik
sendiri, orangtua atau wali dari peserta didik dan kepala Sekolah. Indikator keempat adalah memanfaatkan informasi hasil penilaian dan
evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat empat responden
memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan pembelajaran dengan sangat baik dan tiga responden lainnya
melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, responden mengadakan program remedial dan pengayaan didasarkan pada hasil penilaian dan evaluasi sehingga
kualitas pembelajaran dapat diperbaiki dikembangkan. Akan tetapi, masih terdapat responden yang tidak mengadakan program remedial kecuali peserta
didik secara mandiri meminta responden untuk memperbaiki nilai. Hal ini disebabkan karena pada kelas tersebut hanya beberapa peserta didik saja yang
biasanya mendapatkan nilai kurang dari KKM, sehingga responden tidak selalu mengadakan program remedial kecuali peserta didik yang menginginkannya.
95 Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
pada memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran yang terdiri dari empat indikator telah terlaksana sebesar 83,49 atau dapat
dikategorikan sangat baik. Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran ini dapat bertujuan supaya responden mengetahui
tingkat perkembangan belajar peserta didik.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
Indikator pertama pada aspek ini adalah melaksanakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
menunjukkan bahwa terdapat empat responden melaksanakan dengan baik dan tiga responden melaksanakan dengan sedang. Akan tetapi, hasil dari kuesioner
sangatlah berbeda jauh dengan hasil observasi. Berdasarkan observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas hanya dua responden yang melaksanakan
tindakan refleksi dengan sedang dan lima responden lainnya tidak melaksanakan refleksi. Kedua responden ini melaksanakan refleksi dengan cara membuat
rangkuman bersama-sama dengan peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Setelah pembelajaran dilaksanakan,
kebanyakan responden langsung menutup pelajaran dan tidak ada kegiatan refleksi. Hal ini mungkin disebabkan karena responden yang tidak dapat mengatur
waktu dengan baik sehingga tidak adanya kesempatan responden dalam melaksanakan refleksi, hal ini sejalan dengan hasil wawancara oleh beberapa
responden yang menyatakan bahwa responden melaksanakan kegiatan refleksi ketika masih ada waktu. Padahal kegiatan refleksi ini dapat berfungsi supaya
pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat terlaksana lebih baik lagi. Dalam hal
96 ini, responden harus tetap melaksanakan kegiatan refleksi baik dengan membuat
rangkuman sesuai dengan tujuan pembelajaran, melaksanakan refleksi diri dan evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan sehingga
kegiatan pembelajaran berikutnya dapat terlaksana dengan lebih baik lagi. Indikator kedua adalah memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan
pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran Kimia. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat tiga responden yang
memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pembelajaran dalam mata pelajaran Kimia dengan sangat baik sedangkan empat responden
lainnya melaksanakan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, cara yang beberapa responden laksanakan untuk meningkatkan pembelajaran selanjutnya
adalah dengan mendengarkan komentar dari peserta didik terkait cara mengajar, kemudian melihat hasil kerja peserta didik setelah itu responden memanfaatkan
hasil refleksinya untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode yang diinginkan oleh peserta didik dan mengadakan program remedial untuk peserta
didik yang nilainya di bawah KKM dan program pengayaan untuk peserta didik yang nilainya telah di atas KKM. Akan tetapi, ketika peneliti mengadakan
observasi di kelas dan di laboratorium, kebanyakan responden tidak melakukan refleksi sehingga tidak mendapatkan masukan dari peserta didik yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. Indikator ketiga adalah melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa untuk indikator ketiga, terdapat dua responden telah melaksanakan penelitian tindakan kelas
dengan baik, satu responden melaksanakan dengan sedang, satu responden
97 melaksanakan tetapi tidak berhasil dan tiga responden tidak pernah melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Menurut McNiff dalam Suroso, 2009, penelitian tindakan kelas PTK adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru,
yang hasilnya
dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan
kurikulum, pengembangan Sekolah, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya.
Selain itu, dengan dilaksanakannya PTK maka dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.
Diharapkan responden yang telah berpengalaman dalam melaksanakan PTK, dapat memanfaatkan hasil PTK untuk peningkatan kualitas pembelajaran
sedangkan bagi responden yang belum melaksanakannya diharapkan dapat melaksanakannya karena kegiatan PTK ini penting untuk dilaksanakan.
Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil kuesioner dan observasi pada aspek melaksanakan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran yang terdiri dari tiga indikator telah terlaksana sebesar 60,12 atau dapat dikategorikan sedang. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi, dapat
diketahui bahwa kompetensi pedagogik guru Kimia dapat dikatakan baik. Implementasi tersebut dapat dilihat dari dua aspek utama pembelajaran, yaitu
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.
a. Perancangan Pembelajaran
Perancangan atau perencanaan pembelajaran yang diaktualisasikan dalam kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, merupakan salah
satu dari kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
98 merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP dikembangkan dari silabus dengan tujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar KD,
sedangkan berdasarkan Permendikbud RI 81A Tahun 2013 menyatakan bahwa RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan
tujuan supaya RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara
berkelompok. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis supaya pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Penyusunan RPP didasarkan pada KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan ataupun lebih. Berdasarkan
observasi di lapangan, terdapat satu sekolah yang masih menggunakan Kurikulum 2006 KTSP dan Kurikulum 2013 K-13. Satu responden menggunakan KTSP
sedangkan enam responden lainnya menggunakan K-13. Namun demikian, ada satu responden yang tidak membuat RPP.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan dokumentasi RPP yang dibuat oleh enam responden, dan kemudian dianalisis sesuai dengan pedoman penyusunan
99 RPP dalam Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 untuk Kurikulum 2013 K-
13 dan Permendiknas RI Nomor 41 tahun 2007 untuk Kurikulum 2006 KTSP. Komponen RPP terdiri dari:
1 Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran terdiri dari satuan pendidikan, kelas, semester, mata pelajaran, materi pokok, jumlah pertemuan, dan jumlah jam pelajaran pada
RPP. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil analisis pada pelaksanaan perancangan pembelajaran dalam hal penulisan identitas mata pelajaran dalam
RPP telah terlaksana sebesar 85,71 atau dapat dikategorikan sangat baik. Seharusnya pada komponen ini semua responden mampu mencapai persentase
yang sempurna karena pada komponen ini responden tidak perlu membuat tetapi hanya perlu mencantumkan yang sudah ada. Hal ini dikarenakan, ada satu
responden yang tidak membuat RPP, dan satu responden lainnya tidak mencantumkan materi pokok dan sub materi pokok.
2 Kompetensi Inti atau Standar Kompetensi
Berdasarkan Permendikbud RI No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Struktur Kurikulum SMA-MA, pada Kurikulum 2013 memuat 4 Kompetensi Inti
KI, yaitu KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan, dan KI-4 untuk kompetensi
inti keterampilan. Sedangkan berdasarkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pada
Kurikulum 2006 memuat Standar Kompetensi. Standar Kompetensi ini merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
100 penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada
setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran. Dalam komponen ini, terdapat dua responden tidak mencantumkan
Kompetensi Inti. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena responden tidak membuat RPP, akan tetapi hanya menggunakan RPP pada Kurikulum 2006 yang
tidak menggunakan KI. Secara keseluruhan, rata-rata berdasarkan hasil analisis pada pelaksanaan perancangan pembelajaran dalam hal penulisan Kompetensi Inti
atau Standar Kompetensi dalam RPP telah terlaksana sebesar 67,86 atau dapat dikategorikan baik.
3 Kompetensi Dasar
Komponen ketiga adalah Kompetensi Dasar KD dan indikator. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 41 Tahun 2007, Kompetensi Dasar adalah
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran,
sedangkan Indikator Pencapaian Kompetensi IPK adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Pada komponen ini, terdapat empat indikator. Indikator pertama adalah
memuat Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa enam responden telah mencantumkan Kompetensi Dasar dengan sangat baik.
Indikator kedua adalah indikator kompetensi sesuai dengan KD. Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga responden mencantumkan dengan sangat baik,
sedangkan tiga responden lainnya mencantumkan dengan baik. Pada indikator ini, tiga responden tidak mampu mencapai 100 dikarenakan responden menuliskan
101 indikator yang terlalu banyak untuk dikuasai oleh peserta didik seharusnya
indikator ditulis secara lebih rinci, indikator kurang jelas dikarenakan responden tidak mencantumkan aktivitas peserta didik sehingga peserta didik dapat
mendeskripsikan suatu teori-teori dan terdapat juga responden yang menuliskan indikator yang sama.
Indikator ketiga adalah IPK menggunakan kata kerja operasional relevan dengan KD yang dikembangkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat
responden telah membuat indikator menggunakan kata kerja operasional relevan dengan KD yang dikembangkan dengan sangat baik, satu responden telah
membuat indikator tetapi kata kerja dan rumusan keterampilan tidak jelas, sedangkan satu responden lain membuat indikator yang telah disebutkan pada
pengembangan KD. Indikator keempat adalah IPK mencakup kompetensi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua responden telah membuat indikator yang mencakup kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap dengan sangat baik dan empat responden membuat dengan baik. Pada indikator ini, terdapat responden yang membuat indikator pada kompetensi
pengetahuan kurang tepat. Indikator yang dimaksud adalah peserta didik diminta menghubungkan asam lemah dengan asam kuat dan sebaliknya untuk
mendapatkan derajat ionisasi α, padahal harga derajat ionisasi larutan sudah
tertentu yaitu tergantung konsentrasi dan Ka, selain itu terdapat responden yang membuat indikator pada kompetensi pengetahuan yang sama. Secara keseluruhan,
rata-rata berdasarkan hasil analisis pada pelaksanaan perancangan pembelajaran
102 dalam hal penulisan Kompetensi Dasar dan indikator telah terlaksana sebesar
80,36 atau dapat dikategorikan sangat baik.
4 Tujuan Pembelajaran
Komponen keempat adalah tujuan pembelajaran. Menurut Wiyani 2013, dalam merumuskan tujuan pembelajaran dapat menggunakan rumusan tujuan
dengan model ABCD. A = Audience pembelajar dengan segala karaktersitiknya, B = Behaviour kata kerja yang menjabarkan kemampuan yang harus dikuasai, C
= Conditions situasi kondisi yang memungkinkan bagi pembelajar dapat belajar dengan baik, D = Degree persyaratan khusus yang dirumuskan sebagai standar
baku pencapaian tujuan pembelajaran. Pada komponen ini, terdapat dua indikator. Indikator pertama adalah tujuan pembelajaran sesuai dengan IPK. Hasil
analisis menunjukkan bahwa lima responden membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan IPK sangat baik, dan satu responden membuatnya dengan baik. Misalnya
pada tujuan pembelajaran tertulis “peserta didik dapat menjelaskan pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit dengan benar setelah melaksanakan percobaan
uji daya hantar listrik pada larutan”. Dalam hal ini memuat ABCD, yaitu A =
peserta didik, B = dengan melaksanakan percobaan uji daya hantar listrik pada larutan, C = menjelaskan secara benar, D = menjelaskan pengertian larutan
elektrolit dan non elektrolit, akan tetapi ada responden yang membuat tujuan pembelajaran “peserta didik dapat mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbon
turunan alkana ”. Dalam hal ini hanya memuat AD, yaitu A= peserta didik dan D =
mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbon turunan alkana. Indikator yang kedua adalah tujuan pembelajaran mencakup kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua
103 responden membuat tujuan pembelajaran yang mencakup kompetensi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan sangat baik, dan empat responden membuatnya dengan baik. Pada indikator ini, dalam membuat tujuan
pembelajaran pada aspek kognitif, terdapat responden yang tidak membuat rincian penjelasan materi, selain itu responden tidak memberikan penjelasan aktivitas
yang dilaksanakan peserta didik untuk dapat mencapai suatu tujuan pembelajaran dan pada aspek psikomotorik terdapat responden yang menuliskan tujuan
pembelajaran kurang jelas . Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah “peserta
didik aktif dalam kelompok dan dapat memecahkan persoalan pada materi Kimia
”. Dalam konten tersebut, tidak menjelaskan persoalan apa yang akan dipecahkan, selain itu terdapat tujuan pembelajaran yang belum dicantumkan oleh
satu responden, yaitu “peserta didik dapat menyimpulkan bahwa larutan dapat menghantarkan listrik karena adanya ion-
ion dalam larutan melalui diskusi”. Secara keseluruhan komponen tujuan pembelajaran yang terdiri dari dua
indikator, responden telah melaksanakannya sebesar 78,57 atau dapat dikategorikan baik.
5 Materi Ajar
Komponen kelima adalah materi ajar. Menurut Nahlawi dalam Wiyani, 2013, materi ajar merupakan suatu bahan yang berupa pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan. Komponen materi ajar terdiri dari
delapan indikator. Indikator pertama, kedua, ketiga, dan keempat adalah materi ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran; menunjang potensi peserta didik; relevan
dengan karakteristik daerah; dan mempertimbangkan tingkat perkembangan fisik,
104 intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik. Hasil analisis
menunjukkan bahwa dua responden telah merancang dengan sangat baik, sedangkan empat responden merancang dengan baik. Pada indikator keempat,
terdapat responden yang menuliskan materi ajar kurang mempertimbangkan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, yaitu istilah alpha pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit. Istilah tersebut belum perlu bagi peserta didik kelas X pada K-13 dikarenakan peserta didik belum mengenali istilah tersebut
sebelumnya. Indikator kelima, keenam, ketujuh, dan kedelapan adalah materi ajar
memiliki kebermanfaatan bagi peserta didik; menunjang struktur keilmuan; mempertimbangkan aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa satu responden telah merancang dengan sangat baik,
dan lima responden lain merancang dengan baik. Pada indikator keenam, terdapat responden yang menuliskan materi ajar kurang menunjang struktur keilmuan,
yaitu menuliskan NH
4
OH untuk Amonium Hidroksida pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Padahal tidak ada senyawa NH
4
OH, akan tetapi senyawa NH
3
aq, dan terdapat juga responden yang menuliskan simbol kesetimbangan kurang tepat yaitu hanya satu panah, selain itu pada indikator
ketujuh terdapat responden yang belum merancang materi ajar dengan mempertimbangkan aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran. Hal
ini dapat ditunjukkan pada materi senyawa karbon, yaitu responden tidak mencantumkan submateri sehingga rincian materi yang dibahas pada
pembelajaran tidak jelas. Secara keseluruhan komponen materi ajar yang terdiri
105 dari delapan indikator, responden telah merancangnya sebesar 71,88 atau dapat
dikategorikan baik.
6 Metode Pembelajaran Pendekatan
Komponen keenam adalah metode pembelajaran pendekatan. Pada komponen ini terdapat empat indikator. Indikator pertama, kedua, ketiga, dan
keempat adalah metode pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran; dapat membantu tersampaikannya materi materi pembelajaran kepada peserta didik;
bernuansa kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna; dan dapat menumbuhkan partisipasi aktif. Hasil analisis menunjukkan bahwa lima responden menuliskan
dengan sangat baik dan satu responden menuliskan dengan baik. Satu responden ini tidak merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan
diajarkan. Secara keseluruhan komponen metode pembelajaran pendekatan yang terdiri dari empat indikator, responden telah merancangnya sebesar 85,71 atau
dapat dikategorikan sangat baik.
7 Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Komponen ketujuh adalah media, alat, dan sumber pembelajaran. Komponen ini dibagi menjadi tiga subkomponen, yaitu subkomponen media
pembelajaran, alat bahan pembelajaran, dan sumber belajar. a
Media Pembelajaran
Subkomponen yang pertama adalah media pembelajaran. Menurut Rossi dan Breidle dalam Sanjaya, 2006, media pembelajaran adalah seluruh alat dan
bahan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Salah satu fungsi media
106 pembelajaran, yaitu dapat menambah gairah dan motivasi belajar bagi peserta
didik. Subkomponen ini terdiri dari empat indikator. Indikator pertama adalah
memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi baik sederhana maupun memanfaatkan multimedia. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat responden
sudah sangat baik dalam perancangan memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi dan dua responden lainnya memanfaatkan dengan baik. Indikator kedua
adalah media pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran saintifik. Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga responden
merancangnya dengan sangat baik dan tiga responden lainnya merancang dengan baik. Indikator ketiga adalah media pembelajaran sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat responden telah merancangnya dengan sangat baik dan dua responden merancang dengan baik.
Indikator keempat adalah media pembelajaran membuat LKPD Lembar Kerja Peserta Didik atau petunjuk praktikum sebagai salah satu media pembelajaran.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya satu responden yang merancang dengan sangat baik, dua responden merancang dengan baik, satu responden merancang
dengan sedang, dan dua responden merancang dengan rendah. Pada indikator ini, responden cenderung tidak melampirkan LKPD pada RPP dan ada responden
yang tidak menjelaskan pada kegiatan pembelajaran apa LKPD tersebut diperlukan. Secara keseluruhan subkomponen media pembelajaran yang terdiri
dari empat indikator, responden telah merancangnya sebesar 72,77 atau dapat dikategorikan baik.
107
b Alat Bahan Pembelajaran
Subkomponen yang kedua adalah alat bahan pembelajaran. Pada subkomponen ini, tiga responden merancang alat bahan pembelajaran sesuai
dengan kegiatan pembelajaran sangat baik, dua responden merancang dengan baik, dan satu responden merancang dengan rendah. Walaupun dua responden ini
dikategorikan baik, akan tetapi kedua responden tersebut tidak mencantumkan alat dan bahan praktikum, padahal metode yang digunakan adalah eksperimen,
sedangkan satu responden ini dikategorikan dengan rendah, karena responden tidak mencantumkan alat pembelajaran. Secara keseluruhan subkomponen alat
bahan pembelajaran yang terdiri dari satu indikator, responden telah merancangnya sebesar 71,43 atau dapat dikategorikan baik.
c Sumber Belajar
Subkomponen yang ketiga adalah sumber belajar. Menurut Sanjaya 2013, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh
peserta didik dalam rangka mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pada subkomponen ini, terdiri dari tiga
indikator. Indikator pertama, kedua, dan ketiga adalah menggunakan buku teks pelajaran yang mendukung materi pembelajaran, merujuk materi-materi yang
diperoleh melalui Teknologi Informasi TI dan atau perpustakaan, dan memanfaatkan narasumber, lingkungan alam, sosial, budaya sebagai sumber
belajar. Hasil analisis untuk indikator pertama adalah lima responden telah
merancang penggunaan buku teks pelajaran yang mendukung materi
108 pembelajaran dengan sangat baik dan satu responden merancang dengan rendah.
Satu responden ini tidak mencantumkan daftar pustaka dari suatu buku teks pelajaran.
Hasil analisis untuk indikator kedua adalah empat responden merancang sumber belajar yang merujuk materi-materi yang diperoleh melalui TI dan atau
perpustakaan dengan sangat baik, sedangkan dua responden lainnya merancang dengan sedang. Satu responden dikategorikan sedang dikarenakan responden
hanya mencantumkan sumber belajar hanya dari buku teks pelajaran saja sedangkan satu responden yang lainnya hanya mencantumkan sumber belajar dari
internet dan tidak menyebutkan alamat website nya. Hasil analisis untuk indikator ketiga adalah dua responden merancang
sumber belajar dengan memanfaatkan narasumber, lingkungan alam, sosial, dan budaya dengan sangat baik, tiga responden merancang dengan baik, dan satu
responden merancang dengan sedang. Pada indikator ini, responden cenderung kurang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Secara keseluruhan
subkomponen sumber belajar yang terdiri dari empat indikator, responden telah merancangnya sebesar 75,00 atau dapat dikategorikan baik. Secara keseluruhan
komponen media, alat, dan sumber pembelajaran yang terdiri dari delapan indikator, responden telah merancangnya sebesar 73,44 atau dapat
dikategorikan baik.
8 Kegiatan Pembelajaran
Komponen kedelapan adalah kegiatan pembelajaran. Komponen ini terdiri dari tiga subkomponen, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
109
a Kegiatan pendahuluan
Subkomponen pertama adalah kegiatan pendahuluan, yang terdiri dari dua indikator. Indikator pertama adalah kegiatan pendahuluan memuat kegiatan
apersepsi. Hasil analisis menunjukkan bahwa tiga responden telah merancang kegiatan pendahuluan yang memuat apersepsi dengan sangat baik, dua responden
merancang dengan baik, dan satu responden merancang dengan sedang. Pada indikator ini, responden cenderung belum mampu merancang secara rinci suatu
apersepsi hingga sampai munculnya suatu masalah dan topik pembelajaran, selain itu ada responden yang merancang apersepsi tidak jelas, yaitu tidak menyertakan
pertanyaan untuk menggali pengetahuan peserta didik tentang asam dan basa. Indikator kedua adalah kegiatan pendahuluan memuat tujuan dan manfaat
pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua responden merancangnya dengan sangat baik, dua responden merancang dengan baik, dan dua responden
merancang dengan sedang. Responden cenderung tidak merancang manfaat pembelajaran, tetapi hanya merancang tujuan pembelajaran dan motivasi. Secara
keseluruhan subkomponen kegiatan pendahuluan yang terdiri dari dua indikator, responden telah merancangnya sebesar 69,94 atau dapat dikategorikan baik.
b Kegiatan Inti
Subkomponen kedua adalah kegiatan inti, yang terdiri dari lima indikator. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi
Kurikulum, kegiatan inti pada K-13 memuat kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan hasil,
sedangkan berdasarkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
110 Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, kegiatan inti pada KTSP
memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Indikator pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima adalah kegiatan inti
memuat kegiatan mengamati oleh peserta didik untuk menemukan masalah, mencakup kegiatan memancing peserta didik untuk merumuskan pertanyaan,
memuat kegiatan peserta didik untuk mengumpulkan informasi data yang relevan dengan pertanyaan yang telah dirumuskan, mencakup kegiatan mengolah
informasi untuk membuat kesimpulan, dan kegiatan inti memuat kegiatan peserta didik untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang telah diperoleh. Hasil analisis
kelima indikator menunjukkan bahwa dua responden telah merancang kelima indikator dengan sangat baik, dua responden merancang dengan baik, dan dua
responden lainnya merancang dengan sedang. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan yang dirancang oleh responden, antara lain untuk
indikator pertama terdapat responden yang merancang aktivitas peserta didik untuk melakukan pengamatan terhadap gambar orang yang tersengat arus listrik
ketika banjir pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, hal ini kurang sesuai karena seharusnya pengamatan tersebut dirancang pada kegiatan pendahuluan,
yaitu bagian apersepsi. Selain itu terdapat responden yang merancang kegiatan mengamati dengan meminta peserta didik mengkaji literatur, Hal ini kurang
sesuai dengan pendekatan saintifik yang menekankan peserta didik menemukan suatu konsep sendiri.
Hasil analisis untuk indikator kedua, terdapat responden telah menyediakan kegiatan yang dapat memancing peserta didik untuk merumuskan
pertanyaan, akan tetapi responden tidak menyebutkan pertanyaan yang ingin
111 diajukan oleh peserta didik. Selain itu, beberapa responden lain hanya mengajak
peserta didik dalam mengkaji literatur, sehingga dengan aktivitas tersebut peserta didik tidak mampu menemukan suatu konsep tidak saintifik.
Hasil analisis untuk indikator ketiga, responden telah merancang kegiatan untuk mengumpulkan informasi data yang relevan dengan pertanyaan yang telah
dirumuskan misalnya melalui kegiatan eksperimen, akan tetapi beberapa responden tidak menyertakan LKPD pada RPP.
Hasil analisis untuk indikator keempat, terdapat responden merancang kegiatan mengolah informasi untuk membuat kesimpulan yang kurang tepat, yaitu
guru memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Pernyataan tersebut tidak jelas responden memfasilitasi dalam bentuk apa dan
tidak jelas tentang konsep apa yang difasilitasi oleh responden. Hasil analisis untuk indikator kelima adalah terdapat responden yang
merancang kegiatan
inti memuat
kegiatan peserta
didik untuk
mengkomunikasikan pengetahuan yang diperoleh dengan kurang tepat. Dalam hal ini, responden tidak merancang aktivitas peserta didik untuk
mengkomunikasikan, akan tetapi responden tersebut yang menjelaskan kembali pengetahuan yang telah dipelajari. Secara keseluruhan subkomponen kegiatan inti
yang terdiri dari lima indikator, responden telah merancangnya sebesar 65,71 atau dapat dikategorikan baik.
c Kegiatan Penutup
Subkomponen ketiga adalah kegiatan penutup. Hasil analisis menunjukkan bahwa satu responden merancang kegiatan penutup yang mencakup kegiatan
refleksi dan atau membuat rangkuman bersama peserta didik dengan sangat baik,
112 sedangkan lima responden lainnya merancang dengan baik. Walaupun responden
telah dikategorikan baik, akan tetapi masih terdapat beberapa permasalahan, antara lain pada perancangan kegiatan refleksi responden tidak mencantumkan
pertanyaan terkait materi yang telah dipelajari, selain itu responden juga hanya menuliskan rangkuman atau kesimpulan pada kegiatan penutup. Seharusnya
responden mencantumkan poin-poin yang menjadi suatu kesimpulan atau rangkuman dari penyampaian materi pembelajaran yang dirancang. Secara
keseluruhan subkomponen kegiatan inti yang terdiri dari satu indikator, responden telah merancangnya sebesar 71,43 atau dapat dikategorikan baik.
Secara keseluruhan komponen kegiatan pembelajaran yang terdiri dari delapan indikator, responden telah merancangnya sebesar 67,41 atau dapat
dikategorikan baik.
9 Bentuk Penilaian
Komponen kesembilan adalah bentuk penilaian, yang terdiri dari dua subkomponen. Subkomponen tersebut adalah bentuk instrumen dan pedoman
penskoran.
a Bentuk Instrumen
Pada subkomponen pertama, terdiri dari empat indikator. Indikator pertama adalah bentuk instrumen memuat instrumen penilaian sikap spiritual dan
sosial yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh responden merancangnya dengan rendah, dalam hal ini seluruh responden
tidak melampirkan instrumen penilaian sikap spiritual dan sikap. Indikator kedua adalah bentuk instrumen memuat instrumen penilaian
pengetahuan yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan
113 bahwa dua reponden merancangnya dengan sangat baik, dua reponden merancang
dengan sedang, dan dua responden lainnya merancang dengan rendah. Dua responden dikategorikan sedang, dikarenakan responden tersebut sudah
melampirkan instrumen penilaian pengetahuan, akan tetapi terdapat beberapa tujuan kognitif yang belum dicantumkan pada instrumen, selain itu terdapat
responden yang membuat instrumen penilaian akan tetapi soal-soal yang dibuat tidak sesuai dengan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Hal tersebut
memungkinkan terjadinya peserta didik bingung, sedangkan untuk dua reponden lain dengan kategori rendah tidak melampirkan instrumen penilaian pengetahuan.
Indikator ketiga adalah soal-soal dijabarkan dari tujuan pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua responden merancang dengan sangat baik,
satu responden merancang dengan baik, akan tetapi terdapat beberapa tujuan dari aspek kognitif yang tidak dicantumkan dalam soal, satu responden merancang
dengan sedang dikarenakan responden membuat soal yang tidak berkaitan dengan aktivitas pembelajaran peserta didik, satu responden merancang soal-soal tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran, sedangkan satu responden lainnya tidak membuat soal-soal.
Indikator keempat adalah bentuk instrumen memuat instrumen penilaian keterampilan yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan
bahwa seluruh responden tidak merancang instrumen penilaian keterampilan sesuai KD. Secara keseluruhan subkomponen bentuk instrumen yang terdiri dari
empat indikator, responden telah merancangnya sebesar 40,18 atau dapat dikategorikan sedang.
114
b Pedoman Penskoran
Subkomponen kedua adalah pedoman penskoran, yang terdiri dari dua indikator. Indikator pertama dan kedua adalah kesesuaian pedoman penskoran
dengan soal dan setiap soal memiliki kunci jawaban sebagai dasar penskoran. Hasil analisis, baik untuk indikator pertama maupun kedua menunjukkan bahwa
dua responden telah merancangnya dengan sangat baik, sedangkan empat responden lainnya tidak membuat pedoman penskoran. Secara keseluruhan
subkomponen pedoman penskoran yang terdiri dari dua indikator, responden telah merancangnya sebesar 46,43 atau dapat dikategorikan sedang.
Secara keseluruhan komponen bentuk penilaian, yang terdiri dari enam indikator, responden telah merancangnya sebesar 42,26 atau dapat
dikategorikan sedang. Berdasarkan analisis perancangan pembelajaran yang terdiri dari sembilan komponen, dapat diketahui bahwa rata-rata perancangan
pembelajaran yang sudah dirancang oleh responden adalah sebesar 72,58 atau dapat dikategorikan baik. Walaupun demikian, masih terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan oleh responden yaitu responden harus membuat instrumen penilaian secara tepat dan pedoman penskoran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Guru memiliki peranan yang paling penting dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya pembelajaran, sangatlah tergantung pada kemampuan guru
di dalam kelas. Di dalam penelitian ini, tingkat ketercapaian pelaksanaan pembelajaran ditentukan oleh hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti ketika
guru sedang mengajar di dalam kelas atau di laboratorium.
115 Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa terdapat beberapa
responden yang tidak melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dibuat oleh responden. Bahkan, ada
responden yang tidak membuat RPP. Terdapat beberapa responden yang mengatakan bahwa RPP hanya sebagai formalitas saja dikarenakan pada
kenyataannya sulit untuk merealisasikan pembelajaran yang sudah direncanakan dalam RPP. Padahal RPP sangat membantu guru ketika akan melaksanakan
pembelajaran. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum, pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan,
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1 Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pertama dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan. Kegiatan pendahuluan terdiri dari dua indikator, yaitu memeriksa
kesiapan peserta didik dan kegiatan apersepsi. Hasil observasi menunjukkan bahwa untuk indikator pertama, terdapat satu responden yang memeriksa kesiapan
peserta didik dengan sangat baik, lima responden memeriksa kesiapan peserta didik dengan baik dan satu responden melaksanakannya dengan sedang,
dikarenakan responden ini tidak menciptakan suasana kelas yang kondusif dan tidak meminta peserta didik untuk mempersiapkan fasilitas belajarnya. Kesiapan
peserta didik pada awal pembelajaran sangatlah menentukan dalam proses pembelajaran yang akan berlangsung. Secara keseluruhan, responden telah
memeriksa kesiapan peserta didik dengan baik. Indikator kedua adalah kegiatan apersepsi. Kegiatan apersepsi dapat
dilaksanakan dengan cara mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi
116 pada pertemuan sebelumnya atau dengan kehidupan sehari-hari. Hasil observasi
menunjukkan bahwa satu responden melaksanakan kegiatan apersepsi dengan baik, satu responden melaksanakannya dengan sedang sedangkan lima responden
melaksanakannya dengan rendah. Setelah memeriksa kesiapan peserta didik, kebanyakan responden hanya mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari
pada pertemuan sebelumnya yaitu dilakukan secara sekilas, dan terdapat responden yang langsung menyampaikan langkah kerja dalam kegiatan praktikum
kemudian langsung menyampaikan tujuan dari praktikum tersebut. Secara keseluruhan, kegiatan pendahuluan yang terdiri dari dua indikator,
yaitu memeriksa kesiapan peserta didik dan kegiatan apersepsi, rata-rata dari hasil observasi telah terlaksana sebesar 55,36 atau dapat dikategorikan sedang. Dalam
kegiatan pendahuluan, responden harus lebih meningkatkan kegiatan apersepsi lagi supaya peserta didik mendapatkan pengetahuan awal yang baik sebelum
mempelajari materi yang akan disampaikan.
2 Kegiatan Inti
Kegiatan kedua dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti ini, terdiri dari enam indikator. Keenam indikator tersebut adalah
penguasaan materi
pelajaran, pendekatan
atau strategi
pembelajaran, pendayagunaan sumber belajar atau media, pelibatan peserta didik terhadap
pelaksanaan pembelajaran, penilaian proses dan hasil belajar, dan penggunaan bahasa. Keenam indikator ini sangat berkaitan dengan keempat kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru, salah satunya adalah kompetensi pedagogik.
117
a Penguasaan Materi
Penguasaan materi yang baik dapat membantu dalam tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Penguasaan materi pembelajaran terdiri
dari empat sub indikator. Sub indikator pertama yaitu penguasaan materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa
tiga responden telah menguasai materi pembelajaran dengan sangat baik, sedangkan empat responden lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini,
masih terdapat beberapa responden yang menyampaikan materi pembelajaran tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum. Responden tersebut menjelaskan materi
dengan metode ceramah dan responden hanya membaca materi yang terdapat di power point, kemudian responden meminta peserta didik untuk mencatat materi
yang sedang dipelajari. Hal ini sangat tidak efektif, karena waktu pembelajaran terbuang hanya untuk menunggu peserta didik mencatat.
Sub indikator yang kedua yaitu mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan. Dalam pelaksanaan pembelajaran, materi pembelajaran Kimia
yang sedang dipelajari dapat dikaitkan baik dengan pengetahuan Kimia lain maupun dengan pengetahuan lain yang relevan. Hal ini dimaksudkan supaya
peserta didik mendapatkan wawasan yang luas. Hasil observasi menunjukkan bahwa tiga responden mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
dengan baik, responden melaksanakan dengan sedang, dan satu responden melaksanakan dengan rendah. Responden ini hanya mampu menyampaikan
manfaat dari materi yang sedang dipelajari. Penguasaan materi pembelajaran yang baik oleh responden ternyata belum mampu mengkaitkan materi dengan
118 pengetahuan lain yang relevan. Hal ini mungkin disebabkan karena responden
hanya terfokus pada materi standar yang harus disampaikan. Sub indikator yang ketiga adalah kejelasan dalam penyampaian materi.
Keterampilan guru dalam menyampaikan materi sangatlah penting dalam pelaksanaan pembelajaran. Kejelasan suara guru dalam menyampaikan materi
sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya materi disampaikan. Hasil observasi menunjukkan bahwa enam responden telah menyampaikan materi
dengan sangat baik sedangkan satu responden melaksanakan dengan baik. Suara dari responden ini kurang dapat diakses dari belakang.
Sub indikator yang keempat adalah menghubungkan materi dengan kehidupan nyata. Penyampaian materi yang dihubungkan dengan kehidupan nyata
diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan dan menambah wawasan pengetahuan, sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden telah menghubungkan materi
dengan kehidupan nyata sangat baik, dua responden melaksanakan dengan baik, sedangkan empat responden melaksanakan dengan sedang. Dalam hal ini, rata-
rata responden hanya menghubungkan materi dalam kehidupan sehari-hari tanpa menyampaikan manfaat dari materi kimia yang sedang dipelajari.
Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator dalam penguasaan materi berdasarkan hasil observasi telah terlaksana sebesar 75,89 atau dapat
dikategorikan baik. Hal yang perlu ditingkatkan yaitu mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan, sehingga dapat menambah wawasan bagi peserta
didik.
119
b Pendekatan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik supaya tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, terdapat enam sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi atau tujuan yang akan dicapai. Hasil observasi menunjukkan bahwa lima responden telah melaksanakannya dengan sangat baik dan dua responden
lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, masih terdapat responden yang menerapkan strategi pembelajaran kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Responden hanya menjelaskan materi dengan membaca power point kemudian meminta peserta didik untuk mencatat materi. Dengan demikian,
waktu pembelajaran menjadi kurang efektif. Sub indikator yang kedua adalah melaksanakan pembelajaran secara
runtut. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan memeriksa kesiapan
peserta didik dan kegiatan apersepsi, kegiatan inti terdiri dari pelaksanaan strategi pembelajaran yang direncanakan, sedangkan kegiatan penutup terdiri dari
pelaksanaan refleksi dan tindak lanjut. Hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden telah melaksanakan pembelajaran secara runtut dengan sangat baik,
dua responden melaksanakan dengan baik, dan empat responden melaksanakan dengan sedang. Hal ini dikarenakan bahwa terdapat beberapa responden yang
tidak memulai pembelajaran dengan diawali penyampaian apersepsi. Sub indikator yang ketiga adalah menguasai kelas. Keterampilan guru
dalam menguasai atau mengelola kelas sangatlah penting. Kelas mempunyai
120 peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran,
oleh karena itu guru harus mampu mengelola kelas dengan baik. Dengan demikian, dapat terciptanya proses pembelajaran yang kondusif sehingga peserta
didik mampu belajar secara optimal. Hasil observasi menunjukkan bahwa empat responden telah menguasai kelas dengan sangat baik dan tiga responden
melaksanakannya dengan baik. Dalam hal ini, masih terdapat beberapa responden yang posisinya cenderung di depan kelas dan tidak mengkondisikan suasana kelas
yang kondusif. Sub indikator yang keempat adalah melaksanakan pembelajaran yang
bersifat kontekstual. Menurut Sanjaya 2006, pembelajaran kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata. Hasil observasi
menunjukkan bahwa satu responden telah melaksanakan pembelajaran kontekstual dengan baik, sedangkan keenam responden lainnya dalam kategori
sedang. Terdapat satu responden yang telah menghubungkan materi dengan kehidupan nyata sangat baik, tetapi belum mampu membuat peserta didik dapat
menemukan suatu konsep dari suatu materi yang dipelajari. Berdasarkan tujuh komponen utama dalam pendekatan kontekstual, rata-rata responden belum
mampu melaksanakan kegiatan inquiry menemukan dimana kebanyakan responden memberi tahu suatu konsep kepada peserta didik, tanpa memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep sendiri. Sub indikator yang kelima adalah melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasan positif. Kebiasan positif tersebut antara lain,
121 bekerja sama, saling menghargai, bertanggungjawab, jujur, dan disiplin. Hasil
observasi menunjukkan bahwa tiga responden telah melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan sangat baik, sedangkan
empat responden lainnya dalam kategori baik. Dalam hal ini, terdapat responden kurang menerapkan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasan
disiplin, dikarenakan responden hanya menjelaskan materi dengan metode ceramah.
Sub indikator yang keenam adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Hasil observasi menunjukkan bahwa
empat responden melaksanakannya dengan sangat baik, dua responden melaksanakan dengan baik, dan satu responden melaksanakannya dengan sedang.
Satu responden ini terlambat masuk ke kelas selama hampir 30 menit, sehingga sebagian kecil dari tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator dalam pendekatan atau strategi pembelajaran berdasarkan hasil observasi telah terlaksana sebesar 78,57 atau
dapat dikategorikan baik. Hal yang perlu ditingkatkan yaitu melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, khususnya pada komponen inquiry
menemukan. Responden senantiasa perlu belajar supaya dapat menggiring peserta didik dalam menemukan konsep sendiri.
c Pendayagunaan Sumber Media Belajar.
Penggunaan sumber atau media belajar dalam pelaksanaan pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Dalam hal
ini, terdapat tiga sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah mendayagunakan sumber atau media belajar secara efektif dan efisien.
122 Keefektifan berkaitan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi berkaitan
dengan proses pencapaian hasil tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden telah melaksanakannya dengan sangat baik sedangkan enam responden
lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, masih terdapat beberapa responden yang tidak membuat Lembar Kerja Peserta Didik sebagai media
belajar, padahal metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode eksperimen, artinya kemampuan guru dalam mendayagunakan media belajar kurang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan. Sub indikator yang kedua adalah menghasilkan pesan yang menarik.
Penyampaian pesan yang menarik tentang suatu materi yang sedang dipelajari merupakan salah satu strategi yang dapat menumbuhkan perhatian peserta didik
dalam proses pembelajaran. Hasil observasi menunjukkan bahwa empat responden memberikan pesan yang menarik kepada peserta didik dengan sangat
baik, sedangkan ketiga responden tidak menghasilkan pesan menarik. Walaupun ketiga responden ini telah menggunakan media belajar seperti alat dan bahan
praktikum yang dapat memusatkan perhatian peserta didik, tetapi responden belum mampu menyampaikan pesan yang menarik.
Sub indikator yang ketiga adalah melibatkan peserta didik dalam pendayagunaan sumber belajar media. Sumber belajar media sangat membantu
guru dalam menyampaikan materi, sehingga peserta didik dapat lebih mudah dalam menerima materi yang disampaikan guru. Hasil observasi menunjukkan
bahwa tiga responden melaksanakan dengan baik dan empat responden melaksanakan dengan sedang. Responden lebih menekankan pada pelibatan
peserta didik dalam menggunakkan dan memanfaatkan sumber media belajar
123 sedangkan peserta didik tidak dilibatkan dalam pembuatan sumber media belajar.
Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator dalam melibatkan peserta didik dalam pendayagunaan sumber belajar media berdasarkan hasil observasi telah
terlaksana sebesar 69,05 atau dapat dikategorikan baik. Hal yang perlu ditingkatkan yaitu melibatkan peserta didik dalam pendayagunaan sumber media
belajar, khususnya dalam proses pembuatan media belajar.
d Pelibatan Peserta Didik
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran adalah guru. Guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, yaitu dengan melibatkan peserta didik dalam belajar. Dalam hal ini, terdapat tiga sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah
menumbuhkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara guru mendorong interaksi aktif, baik antara guru dengan
peserta didik maupun peserta didik dengan peserta didik yang lainnya misalnya melalui metode diskusi atau ekperimen. Hasil observasi menunjukkan bahwa dua
responden telah melaksanakan dengan sangat baik, empat responden melaksanakan dengan baik, sedangkan satu responden melaksanakan dengan
sedang. Dalam kegiatan inti, satu responden ini hanya sibuk dengan kegiatannya sendiri, sehingga kurang menjalin interaksi aktif dengan peserta didik dan tidak
mendorong peserta didik untuk menyampaikan pendapat. Sub indikator yang kedua adalah menunjukkan sikap terbuka terhadap
respons peserta didik. Ketika guru merespons positif terhadap pertanyaan yang diajukan peserta didik, maka dapat menciptakan rasa senang dan rasa dihargai
oleh guru. Dengan terciptanya perasaan inilah, diharapkan peserta didik menjadi
124 lebih nyaman dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hasil
observasi menunjukkan bahwa satu responden melaksanakannya dengan sangat baik sedangkan enam responden lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam hal
ini masih terdapat beberapa responden yang kurang mengakui keterbatasan peserta didik.
Sub indikator yang ketiga adalah menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik. Hasil observasi menunjukkan bahwa enam responden melaksanakan
dengan sangat baik sedangkan satu responden melaksanakan dengan baik. Cara responden dalam menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik dalam
pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang baik, dengan contoh eksperimen dan diskusi. Dalam hal ini, masih ada satu responden yang
kurang sesuai dalam menerapkan strategi pembelajaran untuk menumbuhkan antusiasme peserta didik. Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator pelibatan
peserta didik dalam proses pembelajaran berdasarkan hasil observasi telah terlaksana sebesar 84,52 atau dapat dikategorikan sangat baik.
e Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Menurut Sanjaya 2006, penilaian merupakan komponen terakhir dalam sistem proses pembelajaran. Penilaian dibagi menjadi dua, yaitu penilaian
terhadap proses dan hasil belajar. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik sangatlah penting dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan peserta didik terhadap materi yang sedang dan telah disampaikan. Selain itu, penilaian dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi guru
atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat dua sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah memantau kemajuan belajar selama
125 proses. Salah satu cara untuk mengidentifikasi kemajuan peserta didik selama
proses belajar yaitu dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang sedang dipelajari. Hasil observasi menunjukkan bahwa empat responden telah
melaksanakannya dengan sangat baik, sedangkan ketiga responden lainnya melaksanakan dengan baik. Terdapat responden yang hanya meminta peserta
didik untuk melaksanakan praktikum dan tidak menyediakan pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan praktikum, selain itu LKPD Lembar
Kerja Peserta Didik pun tidak ada, sehingga kemajuan proses belajar peserta didik sulit terdidentifikasi.
Sub indikator yang kedua adalah melaksanakan penilaian akhir sesuai dengan tujuan kompetensi. Hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden
melaksanakan dengan sangat baik, satu responden melaksanakan dengan sedang, dan lima responden lainnya tidak melaksanakan penilaian akhir. Kebanyakan
responden tidak melaksanakan penilaian akhir disebabkan karena mereka kurang dapat mengorganisasikan waktu dengan baik, sehingga tidak ada kesempatan bagi
responden melaksanakan penilaian akhir. Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator penilaian proses dan hasil belajar berdasarkan hasil observasi telah
terlaksana sebesar 64,29 atau dapat dikategorikan baik. Dalam indikator ini, diharapkan responden dapat melakukan penilaian proses maupun penilaian akhir
disetiap proses pembelajaran. Hal ini dimaksudkan supaya responden dapat mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran pada saat itu. Ketika
tujuan pembelajaran belum dapat dicapai secara optimal, maka responden dapat mengganti metode pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran berikutnya
dapat lebih baik dari sebelumnya.
126
f Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan yang baik dan mudah dipahami akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir peserta
didik. Dalam hal ini terdapat dua sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar. Hasil
observasi menunjukkan bahwa semua responden telah melaksanakan dengan sangat baik.
Sub indikator yang kedua adalah menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Intonasi suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah guru yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan dapat membuat peserta didik bergairah dalam belajar sehingga proses pembelajaran tidak membosankan. Hasil observasi menunjukkan
bahwa empat responden telah melaksanakan dengan sangat baik dan tiga responden melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, terdapat responden yang
telah menyampaikan informasi sesuai dengan ekspresi wajah dan intonasi suara yang sesuai, akan tetapi gerak tubuh terhadap pesan yang disampaikan kurang
sesuai. Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator penggunaan bahasa berdasarkan hasil observasi telah terlaksana sebesar 94,64 atau dapat
dikategorikan sangat baik. Secara keseluruhan, kegiatan inti yang terdiri dari penguasaan materi
pelajaran, pendekatan atau strategi pembelajaran, pendayagunaan sumber belajar atau media, pelibatan peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran, penilaian
proses dan hasil belajar, dan penggunaan bahasa rata-rata sudah terlaksana sebesar 77,83 atau dapat dikategorikan baik.
127
3 Kegiatan Penutup
Kegiatan ketiga dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan penutup. Pada kegiatan penutup ini terdiri dari dua indikator, yaitu tindakan reflektif dan
tindak lanjut. Pada indikator tindakan reflektif, guru dapat merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang telah dibahas, sehingga peserta didik
mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan Sanjaya, 2006. Hasil observasi menunjukkan bahwa dua responden
melaksanakan tindakan reflektif dengan sedang, dan lima responden lainnya tidak melaksanakan tindakan reflektif. Hal ini mungkin disebabkan karena responden
tidak dapat mengorganisasikan waktu dengan baik, sehingga setelah kegiatan inti selesai guru tidak sempat melaksanakan refleksi. Berdasarkan hasil wawancara,
hal tersebut didukung oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa tindakan reflektif kadang-kadang dilaksanakan jika masih ada waktu.
Pada indikator tindak lanjut, hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden melaksanakan dengan baik, sedangkan enam responden lainnya
melaksanakan dengan sedang. Rata-rata dari responden hanya memberikan tindak lanjut kepada peserta didik untuk mengerjakan tugas atau membuat laporan
praktikum tanpa meminta peserta didik mempelajari materi selanjutnya. Padahal dengan peserta didik mempelajari materi selanjutnya dapat menambah kesiapan
belajar peserta didik dalam memahami materi pada pertemuan selanjutnya. Secara keseluruhan, kegiatan penutup yang terdiri dari tindakan reflektif
dan tindak lanjut, rata-rata dari hasil observasi telah terlaksana sebesar 42,86 atau dapat dikategorikan sedang. Dalam kegiatan penutup, responden harus
128 melaksanakan tindakan reflektif dan meningkatkan tindak lanjut supaya
pembelajaran selanjutnya dapat lebih laik. Berdasarkan analisis pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari aspek
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dapat diketahui bahwa rata-rata pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilaksanakan responden adalah
sebesar 58,63 atau dapat dikategorikan sedang. Berdasarkan hasil analisis di atas, maka kompetensi pedagogik guru Kimia yang sudah bersertifikasi di SMA
negeri Se-Kota Yogyakarta dapat ditentukan dengan cara menghitung rata-rata dari hasil kuesioner dan observasi 10 Aspek kompetensi pedagogik, dokumentasi
RPP, serta observasi pelaksanaan pembelajaran. Hasil yang didapatkan adalah sebesar 68,28 atau dapat dikategorikan baik.
129
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti laksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Implementasi Kompetensi
pedagogik guru
Kimia dalam
pelaksanaan pembelajaran di SMA Se-Kota Yogyakarta tahun Ajaran 2016 2017 adalah
sebesar 68,28 atau berada dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil 10 aspek Kompetensi pedagogik guru Kimia berdasarkan Permendiknas Nomor 16
tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru yang menunjukkan hasil sebesar 73,64 kategori baik, perancangan pembelajaran
sebesar 72,58 kategori baik, dan pelaksanaan pembelajaran sebesar 58,63 kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang direkomendasikan adalah: 1.
Bagi Peneliti: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk dilaksanakannya penelitian selanjutnya supaya lebih sempurna dan sebaiknya
dilaksanakan penelitian terkait dengan ketiga kompetensi guru lainnya, yaitu kompetensi profesional, kometensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
2. Bagi Guru: Sebaiknya, guru selalu memperbaiki dan meningkatkan kompetensi
pedagogik dalam pelaksanaan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
130 3.
Bagi Sekolah: Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi pedagogik guru di SMA dalam
pelaksanaan pembelajaran.
131
DAFTAR PUSTAKA
Akhyak, Idrus, M., Bakar, Y. A. 2013. Implementation of Teacher Pedagogy Competence to Optimizing Learners Development in Public Primary
School in Indonesia. International Journal of Education and Research, 19, 1-10.
Alawiyah, F. 2013. Dampak Implementasi Kurikulum 2013 terhadap Guru. Info Singkat, 519, 9-12.
A’maliyah, N. 2015. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kelas Dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SDMI Jakarta Barat. Skripsi S1. Jakarta:
Jurdik Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Barakoska, A. Panev, V. 2015. The Need of Strengthening The Pedagogical
Competencies in Teaching from The English Teacher’s Perspective. International Journal of Cognitive Research in Science, Engineering and
Education, 3I, 43-50.
Copriady, J. 2014. Teachers Competency in the Teaching and Learning of Chemistry Practical: Mediterranean Journal of Social Sciences, 58, 312-
318. Damay, D. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru. Yogyakarta: Araska.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Depdikbud. 2005. Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentang Guru
dan Dosen. Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
132 Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Febrians, I., Muljono, P., Susanto, D. 2014. Pedagogical Competence-based
Training Needs Analysis for Natural Science Teacher. Journal of Education and Learning, 8 II, 144-151.
Ghony, M. D. Almanshur, F. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Goldberg, E. D. 2008. Kimia untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Hindal, H., Reid, N., Whitehead R. 2013. High Ability and Learner Characteristics. International Journal of Instruction, 6I, 59-76.
Hamalik, O. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Mandar Maju.
Ihsan, F. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kristianawati, A. 16 Oktober 2016. Habitus Profesionalisme Guru. Kedaulatan Rakyat, hlm.12.
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Pers. Leitch, R. Day, C. 2000. Action Research and Reflective practice: towards a
holistic view. Educational Action Research, 8I, 179-193. Lucenario, J. L. S., Yangco, R.T., Punzalan, A.E., Espinosa, A. A. 2016.
Pedagogical Content Knowledge-Guided Lesson Study: Effects on Teacher Competence and Student’s Achievement in Chemistry. Education
Research International: Hindawi Publishing Corporation.
Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Yang Profesional: Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Muslich, M. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta :
Bumi Aksara.
133 Nazihil, W. A. 2016. Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia MAN di
Kabupaten Jepara. Skripsi S1. Semarang: Jurdik Kimia UIN Walisongo Semarang.
Nasution. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Payong, M. R. 2011. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: Indeks.
Peraturan Pemerintah PP RI Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas Nomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas RI Nomor 41, Tahun 2007, tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 81 A,
Tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 103,
Tahun 2014, tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 22, Tahun 2016, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purba, M. 1994. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Rahmawati, A. 2016. Survei Pemahaman dan Pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh Guru Kimia Kelas X Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kulon
Progo. Skripsi S1. Yogyakarta: Jurdik Kimia Universitas Yogyakarta. Rugaiyah Sismiati, A. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Salirawati, D. 2015. Peningkatan Kinerja dan Profesionalisme Guru melalui Peningkatan Kompetensi Pedagogik. Makalah disajikan dalam Seminar
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, di Kulon Progo. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sastrawijaya, T. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.