77 pembelajaran  yang  mendidik  inilah,  diharapkan  responden  dapat  melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran Kimia
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  memahami  prinsip-prinsip pengembangan  kurikulum.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
menunjukkan  bahwa  terdapat  enam  responden  yang  dapat  memahami  prinsip- prinsip  pengembangan  kurikulum  dengan  baik  dan  satu  responden  memahami
dengan sedang. Dalam indikator ini, peneliti mengobservasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  RPP  yang  telah  dirancang  oleh  responden.  Satu  responden  yang
dikategorikan  sedang  ini,  tidak  membuat  RPP  sehingga  berdasarkan  hasil observasi,  hasil  yang didapatkan adalah dalam kategori  rendah, sedangkan untuk
keempat responden yang lain telah merancang RPP dengan cara mengembangkan kompetensi dasar ke dalam RPP dan mengembangkan Standar Kompetensi untuk
KTSP  dan  Kompetensi  Inti  untuk  K-13  dengan  baik,  tetapi  terdapat  dua responden  lainnya  yang  tidak  mengembangkan  Kompetensi  Inti.  Selain  itu,
peneliti  juga  melaksanakan  wawancara  terhadap  responden  terkait  dengan pemahaman  pengembangan  kurikulum.  Hasil  wawancara  menunjukkan  bahwa
hanya  satu  responden  yang  mampu  menjelaskan  perbedaan  KTSP  dengan  K-13 dengan  tepat.  Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena  responden  lainnya  belum
memahami secara mendalam terkait perubahan yang terjadi. Indikator  kedua  adalah  menentukan  tujuan  pembelajaran  Kimia.
Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi  menunjukkan bahwa  enam  responden telah  menentukan  tujuan  pembelajaran  Kimia  dalam  RPP  dengan  sangat  baik,
sedangkan  satu  responden  tidak  merancangnya  namun  berada  dalam  kategori
78 baik.  Hal  ini  dikarenakan  responden  mengisi  kuesioner  dalam  kategori  sangat
tinggi. Rata-rata tujuan pembelajaran yang dirancang oleh responden telah sesuai dengan  Indikator  Pencapaian  Kompetensi  IPK  dan  mencakup  kompetensi
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Indikator  ketiga  adalah  menentukan  pengalaman  belajar  sesuai  dengan
tujuan  pembelajaran.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan bahwa  terdapat  empat  responden  telah  menentukannya  dengan  sangat  baik
sedangkan  tiga  responden  lain  menentukannya  dengan  baik.  Menurut  Wiyani 2013,  pengalaman  belajar  adalah  berbagai  kegiatan  yang  dialami  oleh  peserta
didik dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai suatu kompetensi yang  telah  dirumuskan  dalam  tujuan  pembelajaran.  Dalam  hal  ini,  responden
memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik  untuk  membangun  keterampilan sendiri,  misalnya  melalui  metode  eksperimen.  Akan  tetapi,  masih  terdapat
beberapa responden yang tidak melampirkan Lembar Kerja Peserta Didik LKPD di dalam RPP.
Indikator keempat adalah memilih materi pembelajaran Kimia yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil kuesioner
dan observasi menunjukkan bahwa terdapat lima responden telah memilih materi pembelajaran  Kimia  yang  terkait  dengan  pengalaman  belajar  dan  tujuan
pembelajaran dengan sangat baik, sedangkan dua responden dalam kategori baik. Menurut  Wiyani  2013,  materi  pembelajaran  bukan  merupakan  tujuan
pembelajaran,  tetapi  suatu  sarana  untuk  mencapai  seperangkat  kompetensi  yang menjadi sebuah tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, responden telah menentukan
materi  pembelajaran  Kimia  sesuai  dengan  pengalaman  belajar  dan  tujuan
79 pembelajaran  dengan  baik,  akan  tetapi  masih  terdapat  beberapa  responden  yang
tidak  melampirkan  materi  di  dalam  RPP.  Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena kekurangminatan  responden  untuk  membuat  ringkasan  materi  di  dalam  RPP.
Padahal  dengan  melampirkan  materi  dapat  mempermudah  responden  untuk menjelaskan  hal-hal  yang  nantinya  akan  disampaikan  pada  saat  pelaksanaan
pembelajaran. Indikator  kelima  adalah  menata  materi  pembelajaran  dengan  benar  yaitu
melalui pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi  menunjukkan bahwa  terdapat  tiga responden  merancang
dengan  sangat  baik,  tiga  responden  merancang  dengan  baik,  sedangkan  satu responden  lainnya  berada  dalam  kategori  sedang.  Satu  responden  yang
dikategorikan  sedang  ini  tidak  membuat  RPP.  Hal  ini  dikarenakan  responden menganggap bahwa RPP hanya sebuah formalitas saja, sedangkan yang terpenting
adalah peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan responden dengan baik.  Dalam  hal  ini,  terdapat  hasil  observasi  yang  lebih  tinggi  dari  kuesioner.
Berdasarkan  hasil  observasi  RPP,  responden  ini  telah  mampu  menata  materi pembelajaran  sesuai  dengan  Kompetensi  Dasar  KD  dan  menentukan  materi
pembelajaran yang sesuai topik dan urutan konsep. Indikator  keenam  adalah  mengembangkan  indikator  dan  instrumen
penilaian.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa terdapat satu responden telah mengembangkan indikator dan  instrumen penilaian
dengan  sangat  baik,  lima  responden  mengembangkan  dengan  baik,  dan  satu responden dalam kategori sedang. Indikator ini dilihat berdasarkan observasi RPP
yang telah responden rencanakan. Dalam hal ini juga terdapat ketimpangan hasil
80 antara  kuesioner  dan  observasi,  yaitu  hasil  observasi  yang  lebih  tinggi  daripada
kuesioner. Hal  ini mungkin disebabkan karena kerendahan hati responden dalam mengisi  kuesioner.  Berdasarkan  hasil  observasi  RPP,  responden  ini  telah
mengembangkan instrumen penilaian berdasarkan bentuk penilaian sesuai dengan indikator, responden juga telah merumuskan IPK sesuai dengan KD mapel Kimia
dan  menyusun  rubrik  penilaian  sesuai  dengan  instrumen  yang  digunakan,  akan tetapi  masih  terdapat  responden  yang  tidak  menyusun  rubrik  penilaian  dan
terdapat ketidaktepatan responden dalam merumuskan IPK. Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
pada aspek mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran Kimia telah terlaksana sebesar  80,21 atau dapat  dikategorikan  sangat  baik. Walaupun
demikian,  responden  harus  dapat  mengembangkan  kurikulum  yang  tidak  hanya peningkatan dari segi materi pembelajaran saja, akan tetapi dari aspek pendukung
yang  lainnya  seperti  metode  dan  media  pembelajaran  yang  variatif  yang  dapat menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  memahami  prinsip-prinsip perancangan pembelajaran mendidik. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi,
menunjukkan  bahwa  terdapat  dua  responden  yang  dapat  memahaminya  dengan sangat  baik,  empat  responden  memahaminya  dengan  baik,  dan  satu  responden
dalam kategori sedang. Prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik ini sangatlah berkaitan dengan RPP. Perancangan pembelajaran ini akan bermuara
pada  pelaksanaan  pembelajaran,  oleh  karena  itu  selain  melaksanakan  observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas, peneliti juga melaksanakan observasi
81 terhadap  RPP,  yaitu  untuk  mengetahui  apakah  responden  telah  melaksanakan
aktivitas sesuai yang telah direncanakan atau tidak. Hasil yang didapatkan adalah sebagian  besar  aktivitas  responden  tidak  sesuai  dengan  yang  termuat  di  RPP.
Selain  itu,  terdapat  beberapa  responden  yang  hanya  sibuk  dengan  kegiatannya sendiri  di  dalam  kelas.  Responden  yang  sibuk  dengan  kegiatannya  sendiri
menjadikan  kelas  yang  kurang  efektif.  Walaupun  demikian,  sebagian  besar responden  telah  dapat  menguasai  kelas  dengan  baik,  yaitu  dengan  mengecek
kinerja  praktikum  dari  peserta  didik  untuk  metode  eksperimen  dan  mengecek kinerja diskusi untuk metode diskusi.
Indikator  kedua  adalah  mengembangkan  komponen-komponen  rancangan pembelajaran.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa
dua  responden  telah  mengembangkannya  dengan  sangat  baik,  tiga  responden mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran dengan baik, dan
dua  responden  berada  dalam  kategori  sedang.  Komponen-komponen  rancangan pembelajaran ini dilihat berdasarkan hasil observasi RPP. Dalam hal ini, terdapat
perbedaan antara hasil kuesioner dengan observasi. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat dua responden yang hasilnya lebih tinggi daripada hasil kuesioner.
Setelah  peneliti  mengobservasi  RPP,  kedua  responden  ini  telah  mengembangkan kompetensi  dasar,  metode  belajar,  dan  materi  pokok.  Pengembangan  ketiga
komponen ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang aktif. Walaupun demikian, masih terdapat responden yang tidak menentukan metode pembelajaran
sesuai  dengan  materi  pembelajaran  yang  dirancang.  Hal  ini  mungkin  disebabkan karena kekurangtelitian responden dalam merancang RPP.
82 Indikator  ketiga  adalah  menyusun  rancangan  pembelajaran  yang  lengkap,
baik  untuk  kegiatan  di  dalam  kelas,  laboratorium,  maupun  di  lapangan.  Hasil observasi  dan kuesioner  menunjukkan bahwa satu responden telah  menyusunnya
dengan  sangat  baik,  lima  responden  menyusun  dengan  baik,  dan  satu  responden berada dalam kategori sedang. Dalam hal ini, terdapat satu responden yang tidak
membuat  RPP.  Berdasarkan  hasil  wawancara,  responden  tidak  terlalu memperhatikan  RPP  dan  RPP  hanyalah  sebuah  formalitas  saja,  dikarenakan
pelaksanaan  pembelajaran  itu  sulit  dilaksanakan  sesuai  dengan  apa  yang  telah tertulis  dalam  RPP.  Satu  responden  membuat  RPP  akan  tetapi  metode  yang
digunakan tidak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran, satu responden lainnya pada  tahun  ajaran  2016  2017  juga  tidak  membuat  RPP.  RPP  yang  peneliti
dokumentasikan hanyalah RPP tahun ajaran sebelumnya. Berdasarkan paparan di atas,  rata-rata  responden  kurang  giat  dalam  membuat  RPP.  Hal  ini  mungkin
disebabkan  karena  prinsip  responden  yang  menyatakan  bahwa  yang  terpenting adalah  peserta  didik  dapat  memahami  materi  yang  disampaikan  dengan  baik.
Padahal  RPP  memiliki  peranan  yang  sangat  penting,  yaitu  untuk  mempermudah responden  dalam  melaksanakan  aktivitas  pembelajaran.  Ketika  aktivitas
pembelajaran  di  laboratorium,  rata-rata  dari  responden  telah  melaksanakan pembelajaran  mendidik  dengan  memperhatikan  standar  keamanan  yang
dipersyaratkan  yaitu  dengan  memberi  pesan  kepada  peserta  didik  untuk  berhati- hati terhadap bahan-bahan berbahaya yang terdapat di laboratorium.
Indikator  selanjutnya  menunjukkan  bahwa  terdapat  dua  responden  telah menggunakan  media  pembelajaran  dan  sumber  belajar  yang  relevan  dengan
karakteristik  peserta  didik  dan  mata  pelajaran  Kimia  untuk  mencapai
83 pembelajaran secara utuh dengan sangat baik, empat responden menggunakannya
dengan  baik,  dan  satu  responden  berada  dalam  kategori  sedang.  Indikator  ini dapat  diketahui  dengan  cara  observasi  pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas  atau
laboratorium.  Pada  indikator  ini  juga  terdapat  hasil  observasi  yang  lebih  besar daripada  pengisian  kuesioner  yang  telah  responden  isi,  berdasarkan  hasil
observasi  satu  responden  ini  telah  menggunakan  Teknologi  Informasi  dan Komunikasi  TIK  untuk  mencapai  tujuan  pembelajaran.  Sebelum  kegiatan
praktikum  dimulai,  responden  menggunakan  TIK  untuk  memperlihatkan  video kepada  peserta  didik  dengan  tujuan  untuk  memberikan  apersepsi,  setelah  itu
responden  juga  telah  membuat  Lembar  Kerja  Peserta  Didik  LKPD  sebagai media  belajar,  dan  telah  memilih  kedua  komponen  media  dan  sumber  belajar
yang  sesuai  dengan  mata  pelajaran  Kimia,  sedangkan  responden  yang  berada dalam kategori sedang ini hanya memberikan penjelasan terkait dengan prosedur
kerja  praktikum  tanpa  penggunaan  TIK,  selain  itu  responden  tidak  membuat LKPD.
Indikator  yang  terakhir  menunjukkan  bahwa  dua  responden  telah mengambil  keputusan  transaksional  dalam  mata  pelajaran  Kimia  sesuai  dengan
situasi  yang  berkembang  dengan  sangat  baik  dan  lima  responden  lainnya  dalam kategori  baik.  Hal  tersebut  dapat  diketahui  melalui  observasi  pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, responden telah menjalin komunikasi yang  baik  antar  peserta  didik  dalam  mengambil  suatu  keputusan  yang  sifatnya
tidak  secara  sepihak  dan  demi  kepentingan  bersama.  Akan  tetapi,  dalam  hal  ini masih  terdapat  beberapa  responden  yang  mengambil  keputusan  yang  sifatnya
diputuskan  oleh  responden  guru.  Contoh  keputusan  tersebut  yaitu,  ketika
84 responden  memberikan  keputusan  terkait  dengan  pengumpulan  laporan
praktikum.  Sebaiknya,  responden  memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik untuk  memberikan  pendapatnya  terkait  alokasi  waktu  pengumpulan  laporan
tersebut. Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
pada  aspek  menyelenggarakan  pembelajaran  yang  mendidik  telah  terlaksana sebesar  76,19  atau  dapat  dikategorikan  baik.  Hal  yang  perlu  ditingkatkan  lagi
bagi  responden  adalah  menyusun  rancangan  pembelajaran  yang  lengkap,  baik  di kelas,  laboratorium,  dan  di  lapangan  dengan  memperhatikan  rambu-rambu
penulisan RPP yang benar.
e. Memanfaatkan  teknologi  informasi  dan  komunikasi  untuk  kepentingan
pembelajaran
Aspek  kelima  kompetensi  pedagogik  guru  Kimia  adalah  memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi TIK untuk kepentingan pembelajaran. TIK
ini dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran kepada peserta  didik,  sehingga  guru  harus  mampu  memanfaatkan  TIK  dengan  sebaik
mungkin.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  dua responden  telah  melaksanakannya  dengan  sangat  baik,  satu  responden
melaksanakan dengan baik, tiga responden melaksanakan dengan sedang, dan satu responden
kategori rendah.
Berdasarkan hasil
observasi pelaksanaan
pembelajaran,  terdapat  responden  yang  tidak  memanfaatkan  teknologi  informasi dan  komunikasi,  tetapi  hanya  memanfaatkan  alat  dan  bahan  praktikum  dalam
metode eksperimen. Pada kegiatan eksperimen ini, responden hanya menjelaskan langkah kerja yang akan di praktikumkan oleh peserta didik dan responden ini
85 juga tidak menyediakan Lembar Kerja Peserta Didik LKPD. Selain itu, terdapat
responden  yang  hanya  memberikan  materi  pembelajaran  tanpa  memanfaatkan Teknologi  Informasi dan Komunikasi TIK, padahal dengan memanfaatkan TIK
misalnya  melalui  animasi  pada  media  power  point  pembelajaran  akan  lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi pada aspek memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran  telah  terlaksana  sebesar  62,50  atau  dapat  dikategorikan  baik. Meskipun  demikian,  responden  diharapkan  dapat  meningkatkan  pembelajaran
dengan  cara  memanfaatkan  TIK  dengan  sebaik  mungkin,  sehingga  tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
f. Memfasilitasi
pengembangan potensi
peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  menyediakan  berbagai  kegiatan pembelajaran  untuk  mendorong  peserta  didik  mencapai  prestasi  secara  optimal.
Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  satu responden dapat melaksanakan dengan sangat baik, lima responden melaksanakan
dengan baik, dan satu responden melaksanakan dengan sedang. Berdasarkan hasil observasi  pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas,  satu  responden  ini  hanya
menggunakkan  metode  ceramah  dan  diskusi  yang  sifatnya  hanya  sekilas  saja, sedangkan  responden  lain  telah  menggunakkan  metode  eksperimen  dan  diskusi,
sehingga dengan kedua metode tersebut peserta didik diharapkan dapat terdorong untuk  mencapai  prestasi  yang  optimal.  Walaupun  demikian,  masih  terdapat
responden  yang  melaksanakan  pembelajaran  dengan  metode  eksperimen  tetapi
86 tidak  menyediakan  LKPD  untuk  peserta  didik  sehingga  responden  ini  kurang
dapat mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi yang optimal. Indikator  kedua  adalah  menyediakan  berbagai  kegiatan  pembelajaran
untuk  mengaktualisasikan  potensi  peserta  didik,  termasuk  kreativitasnya. Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  empat
responden  telah  menyediakan  dengan  sangat  baik  dan  tiga  responden  lainnya melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  indikator  ini,  cara  yang  dilaksanakan  oleh
responden dalam mengaktualisasikan potensi peserta didik, yaitu melalui kegiatan praktikum  dan  diskusi.  Selain  itu,  berdasarkan  hasil  wawancara  responden  juga
mengadakan  program  remedial  bagi  peserta  didik  yang  memiliki  nilai  masih  di bawah  Kriteria  Ketuntasan  Minimal  KKM  dan  pengayaan  bagi  peserta  didik
yang  memiliki  nilai  di  atas  KKM.  Dengan  kedua  program  tersebut,  diharapkan potensi  peserta  didik  yang  sebenarnya  dapat  dikembangkan.  Akan  tetapi,  masih
terdapat  responden  yang  melaksanakan  program  remedial  ketika  ulangan  akhir semester  selesai,  sehingga  kesempatan  peserta  didik  untuk  mengaktualisasikan
potensi dalam memperbaiki belajar pada suatu bab tertentu menjadi berkurang. Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
pada  aspek  memfasilitasi  pengembangan  potensi  peserta  didik  untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, yang terdiri dari dua indikator
telah  terlaksana  sebesar  78,58  atau  dapat  dikategorikan  baik.  Meskipun demikian,  diharapkan  responden  dapat  menyediakan  kegiatan  pembelajaran
dengan  metode  pembelajaran  yang  lebih  variatif  lagi  dengan  tujuan  untuk mencapai  prestasi  peserta  didik  yang  optimal  dan  potensi  peserta  didik  dapat
teraktualisasikan dengan baik.
87
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  memahami  berbagai  strategi berkomunikasi  yang  efektif,  empatik,  dan  santun  secara  lisan,  tulisan,  dan  atau
bentuk  lain.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa terdapat  empat  responden  yang  melaksanakannya  dengan  sangat  baik  dan  tiga
responden  lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Berdasarkan  hasil  observasi pelaksanaan  pembelajaran,  masih  terdapat  responden  yang  kurang  menjalin
hubungan dengan peserta didik dengan dilandasi rasa kasih sayang dan memvonis peserta  didik  ketika  melakukan  kesalahan.  Hal  tersebut  ditandai  ketika  peserta
didik terlambat masuk ke laboratorium untuk melaksanakan praktikum. Dalam hal ini,  sebenarnya  responden  memiliki  aplikasi  kedisiplinan  yang  baik  terhadap
peserta  didik  akan  tetapi  aplikasinya  tersebut  kurang  memperlihatkan  rasa  kasih sayang yang baik.
Indikator kedua adalah berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan  peserta  didik  dengan  bahasa  yang  khas  dalam  interaksi  kegiatan  yang
mendidik.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa terdapat  dua  responden  telah  melaksanakan  dengan  sangat  baik  dan  lima
responden  lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Pada  indikator  ini,  responden mendekati  peserta  didik  yang  bertanya  mengenai  materi  yang  belum  dipahami
selain  itu  peserta  didik  secara  aktif  merespon  ajakan  responden  dalam pembelajaran, akan tetapi masih terdapat responden yang tidak mendekati peserta
didik yang bertanya. Dalam hal ini, peserta didik yang mendekati meja responden.
88 Selain  itu,  terdapat  responden  yang  tidak  memberikan  penguatan  positif  ketika
peserta  didik  menjawab  pertanyaan  dengan  benar.  Padahal  dengan  penguatan inilah, peserta didik mendapat motivasi untuk belajar lebih giat lagi.
Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi pada  aspek  berkomunikasi  secara  efektif,  empatik,  dan  santun  dengan  peserta
didik  yang  terdiri  dari  dua  indikator  telah  terlaksana  sebesar  80,36  atau  dapat dikategorikan  sangat  baik.  Kemampuan  responden  dalam  berkomunikasi  yang
baik,  di  dalam  maupun  di  luar  kelas  dapat  menjadikan  peserta  didik  mudah menerima  materi  dan  dapat  menjadikan  peserta  didik  merasa  nyaman  dengan
responden tersebut.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  memahami  prinsip-prinsip penilaian  dan  evaluasi  proses  dan  hasil  belajar  sesuai  dengan  karakteristik  mata
pelajaran Kimia. Hasil rata-rata dari kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa dua  responden  telah  memahaminya  dengan  sangat  baik  dan  lima  responden
lainnya memahami dengan baik.  Indikator ini dilihat  dengan cara observasi  RPP dan  Pelaksanaan  Pembelajaran,  serta  dengan  wawancara  terhadap  responden.
Berdasarkan  ketiga  metode  tersebut,  didapatkan  satu  responden  dengan  hasil observasi  yang  lebih  tinggi  dari  kuesioner.  Berdasarkan  hasil  observasi
pelaksanaan pembelajaran, responden telah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran  yaitu  dengan  metode  eksperimen,  selain  itu  responden  juga  telah
mengadakan penilaian hasil belajar  yang diadakan setelah materi dalam satu  bab terselesaikan  yaitu  dengan  tujuan  untuk  mengetahui  kemampuan  peserta  didik
dalam  memahami  materi  yang  telah  disampaikan  dan  sebagai  bahan  refleksi
89 terhadap  pelaksanaan  pembelajaran  yang  telah  dilaksanakan  oleh  responden  dan
berdasarkan  observasi  RPP,  responden  juga  telah  mengembangkan  instrumen penilaian walaupun tidak memuat instrumen keterampilan dan sikap. Akan tetapi,
masih  terdapat  beberapa  responden  yang  tidak  mengembangkan  instrumen penilaian.
Indikator  kedua  adalah  menentukan  aspek-aspek  proses  dan  hasil  belajar yang  penting  untuk  dinilai  dan  dievaluasi  sesuai  dengan  karakteristik  mata
pelajaran Kimia. Hasil kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa terdapat tiga responden  menentukan  dengan  sangat  baik,  tiga  responden  menentukan  dengan
baik,  dan  satu  responden  dalam  kategori  sedang.  Dalam  hal  ini,  terdapat  satu responden yang hasil observasinya lebih tinggi dibandingkan pengisian kuesioner.
Berdasarkan  hasil  observasi  RPP,  responden  ini  telah  menilai  aspek-aspek  baik kognitif,  afektif,  maupun  psikomotorik.  Responden  merancang  aspek  kognitif
melalui  tes  tertulis  dan  penugasan,  menilai  aspek  afektif  melalui  observasi  kerja kelompok  sedangkan  aspek  psikomotorik  dinilai  melalui  praktikum  atau
presentasi.  Akan  tetapi,  terdapat  beberapa  responden  yang  tidak  menentukan ketiga aspek tersebut secara lengkap.
Indikator  ketiga  adalah  menentukan  prosedur  penilaian,  evaluasi  proses dan  hasil  belajar.  Hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat
lima responden telah menentukan dengan sangat baik, satu responden menentukan dengan  baik,  dan  satu  responden  lain  dalam  kategori  sedang.  Berdasarkan  hasil
observasi  RPP,  reponden  telah  menentukan  prosedur  penilaian,  evaluasi  proses dan  hasil  belajar  dengan  mengembangkan  indikator  pencapaian  Kompetensi
Dasar,  mengembangkan  pedoman  penilaian  dan  melaksanakan  tes  pengamatan
90 penugasan yang diperlukan. Akan tetapi, masih terdapat beberapa responden yang
masih  menuliskan  Indikator  Pencapaian  Kompetensi  IPK  yang  tidak menggunakan  kata  kerja  operasional  yaitu  ditandai  dengan  penulisan  kata  kerja
yang tidak jelas dan tidak adanya rumusan keterampilan. Indikator  keempat  adalah  mengembangkan  instrumen  penilaian  dan
evaluasi  proses  dan  hasil  belajar.  Hasil  rata-  rata  dari  kuesioner  dan  observasi menunjukkan  bahwa  satu  responden  telah  mengembangkan  instrumen  penilaian
dan  evaluasi  proses  dan  hasil  belajar  dengan  sangat  baik,  lima  responden mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar dengan
baik, dan satu responden berada dalam kategori sedang. Terdapat hasil observasi yang  lebih  tinggi  dibandingkan  hasil  kuesioner,  hal  ini  mungkin  dikarenakan
kerendahan  hati  responden  dalam  mengisi  kuesioner.  Hasil  observasi  RPP menunjukkan bahwa responden ini telah menentukan prosedur penilaian, evaluasi
proses,  dan  hasil  belajar  yang  sangat  lengkap.  Hal  ini  ditunjukkan  bahwa responden telah membuat  dan menyusun kisi-kisi penilaian  yang diturunkan dari
indikator hasil belajar, kemudian menentukan kunci jawaban dari instrumen yang telah dibuat. Dalam indikator ini, kebanyakan responden tidak menyusun kisi-kisi
penilaian  dan  kunci  jawaban.  Dalam  indikator  ini,  responden  perlu mengembangkan  instrumen  penilaian,  baik  dimulai  dari  pembuatan  kisi-kisi
instrumen kemudian pembuatan  instrumen secara baik  hingga menentukan kunci jawaban.  Dengan  demikian,  responden  diharapkan  mendapatkan  informasi  hasil
penilaian secara akurat sehingga dapat sebagai umpan balik terhadap berhasil atau tidaknya dalam mengajar.
91 Indikator  kelima  adalah  mengadministrasikan  penilaian  proses  dan  hasil
belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. Hasil rata-rata  dari  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  satu  responden
mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan  menggunakan  berbagai  instrumen  sangat  baik,  lima  responden
mengadministrasikannya  dengan  baik  dan  satu  responden  berada  dalam  kategori sedang.  Pada  indikator  ini,  peneliti  melaksanakan  wawancara  dengan  responden.
Berdasarkan  hasil  wawancara  tersebut,  rata-rata  responden  tidak  selalu mengadministrasikan  penilaian  proses  dan  hasil  belajar,  hal  ini  dikarenakan
kesibukan responden dalam hal-hal administrasi pembelajaran yang lainnya. Indikator  keenam  adalah  menganalisis  hasil  penilaian  proses  dan  hasil
belajar  untuk  berbagai  tujuan.  Hasil  rata-rata  dari  kuesioner  dan  observasi menunjukkan bahwa satu responden menganalisis hasil penilaian proses dan hasil
belajar untuk berbagai tujuan dengan sangat baik, empat responden menganalisis dengan baik, dan dua responden dalam kategori sedang. Rata-rata untuk indikator
ini,  responden  mengolah  hasil  penilaian  dan  menyimpulkannya  dengan  program Analisis  Butir  Soal  ANBUSO  akan  tetapi  tidak  selalu  responden  laksanakan.
Pada  Indikator  ini,  responden  diharapkan  selalu  menganalisis  hasil  penilaian proses dan hasil belajar sebagai bahan refleksi dan evaluasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Hasil  kuesioner  dan  observasi  untuk  indikator  terakhir  pada  aspek  ini
menunjukkan  bahwa  hanya  satu  responden  yang  melaksanakan  evaluasi  proses dan  hasil  belajar  dengan  sangat  baik,  sedangkan  keeanam  responden  lainnya
melaksanakan proses dan hasil belajar dengan baik. Hasil dari evaluasi proses ini,
92 peneliti  mengobservasi  pelaksanaan  pembelajaran.  Hasil  observasi  menunjukkan
bahwa  rata-rata  responden  melaksanakan  evaluasi  proses  dengan  cara  mengecek kepahaman  peserta  didik  terhadap  materi  yang  sedang  disampaikan  oleh
responden  sedangkan  untuk  mengetahui  evaluasi  hasil  belajar,  peneliti mengadakan  wawancara  dengan  peserta  didik.  Hasilnya  yaitu  bahwa  responden
mengadakan evaluasi hasil belajar melalui ulangan, yaitu ketika materi dalam satu bab  telah  terselesaikan.  Walaupun  demikian,  masih  terdapat  beberapa  responden
yang tidak membuat instrumen penilaian dalam RPP. Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
pada  aspek  menyelenggarakan  penilaian  dan  evaluasi  proses  dan  hasil  belajar telah  terlaksana  sebesar  72,58  atau  dapat  dikategorikan  baik.  Walaupun
demikian, responden harus selalu mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar  secara  berkesinambungan  misalnya  dengan  program  ANBUSO.  Hal  ini
dimaksudkan supaya responden dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan butir soal  yang  dibuat  dan  dapat  mengidentifikasi  spesifikasi  butir  soal  sehingga  hasil
penilaian  tersebut  dapat  berguna  bagi  responden  untuk  mengetahui  berhasil  atau tidaknya  dalam  memberikan  pembelajaran  kepada  peserta  didik,  selain  itu  juga
dapat  berguna  bagi  peserta  didik  yaitu  untuk  memperbaiki  atau  bahkan  dapat meningkatkan hasil belajarnya.
i. Memanfaatkan  hasil  penilaian  dan  evaluasi  untuk  kepentingan
pembelajaran
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  menggunakkan  informasi  hasil penilaian  dan  evaluasi  untuk  menentukan  ketuntasan  belajar.  Berdasarkan  hasil
kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  enam  responden menggunakkan  informasi  hasil  penilaian  dan  evaluasi  untuk  menentukan
93 ketuntasan  belajar  dengan  sangat  baik  dan  satu  responden  melaksanakan  dengan
baik.  Hasil  penilaian  dan  evaluasi  dapat  berguna  untuk  mengetahui  keberhasilan kinerja  dari  responden  dalam  menyampaikan  materi.  Dalam  hal  ini,  informasi
tersebut  dapat  berguna  untuk  menentukan  ketuntasan  belajar  peserta  didik. Ketuntasan  belajar  ini  dapat  dianalisis  melalui  program  Analisis  Butir  Soal
ANBUSO.  Berdasarkan  hasil  wawancara,  satu  responden  ini  tidak  selalu menganalisisnya dikarenakan tidak adanya waktu sedangkan beberapa responden
yang  lain  selalu  menganalisis  ketuntasan  belajar  melalui  program  dari  Sekolah. Ketuntasan  belajar  ini  dapat  dilihat  dengan  adanya  nilai  Kriteria  Ketuntasan
Minimum  KKM,  berdasarkan  hasil  wawancara  penentuan  nilai  KKM  ini didasarkan
dari Kondisi
satuan pendidikan
dan hasilnya
kemudian dikonstruksikan.
Indikator  kedua  adalah  menggunakan  informasi  hasil  penilaian  dan evaluasi  untuk  merancang  program  remedial  dan  pengayaan.  Berdasarkan  hasil
kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  lima  responden menggunakan  informasi  hasil  penilaian  dan  evaluasi  untuk  merancang  program
remedial  dan  pengayaan  dengan  sangat  baik,  satu  responden  melaksanakan dengan  baik  dan  satu  responden  melaksanakan  dengan  rendah.  Selain  digunakan
untuk  menentukan  ketuntasan  belajar,  informasi  ini  juga  dapat  digunakan  untuk merancang  program  remedial  dan  pengayaan.  Dalam  hal  ini,  terdapat  perbedaan
antara  hasil  kuesioner  dan  observasi  untuk  satu  responden.  Berdasarkan  hasil wawancara,  responden  ini  selalu  memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik
untuk melaksanakan program remedial bagi peserta didik yang mendapatkan nilai masih  di  bawah  KKM  dan  selalu  memberikan  kesempatan  kepada  peserta  didik
94 yang  mendapatkan  nilai  di  atas  KKM  melalui  program  pengayaan,  sedangkan
untuk  responden  yang  melaksanakan  dengan  rendah  dikarenakan  responden  ini tidak mengadakan program remedial setelah ulangan harian selesai dilaksanakan,
akan tetapi hanya diadakan remedial ketika ulangan semester selesai. Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  untuk
indikator  ketiga,  terdapat  empat  responden  mengkomunikasikan  hasil  penilaian dan  evaluasi  kepada  pemangku  kepentingan  dengan  sangat  baik  dan  tiga
responden melaksanakan dengan baik. Responden telah mengkomunikasikan hasil belajar  kepada  pemangku  kepentingan,  diantaranya  yaitu  kepada  peserta  didik
sendiri, orangtua atau wali dari peserta didik dan kepala Sekolah. Indikator  keempat  adalah  memanfaatkan  informasi  hasil  penilaian  dan
evaluasi  pembelajaran  untuk  meningkatkan  pembelajaran.  Berdasarkan  hasil kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  empat  responden
memanfaatkan  informasi  hasil  penilaian  dan  evaluasi  pembelajaran  untuk meningkatkan  pembelajaran  dengan  sangat  baik  dan  tiga  responden  lainnya
melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  hal  ini,  responden  mengadakan  program remedial  dan  pengayaan  didasarkan  pada  hasil  penilaian  dan  evaluasi  sehingga
kualitas  pembelajaran  dapat  diperbaiki  dikembangkan.  Akan  tetapi,  masih terdapat  responden  yang  tidak  mengadakan  program  remedial  kecuali  peserta
didik  secara  mandiri  meminta  responden  untuk  memperbaiki  nilai.  Hal  ini disebabkan  karena  pada  kelas  tersebut  hanya  beberapa  peserta  didik  saja  yang
biasanya  mendapatkan  nilai  kurang  dari  KKM,  sehingga  responden  tidak  selalu mengadakan program remedial kecuali peserta didik yang menginginkannya.
95 Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi
pada memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran yang  terdiri  dari  empat  indikator  telah  terlaksana  sebesar  83,49  atau  dapat
dikategorikan  sangat  baik.  Pemanfaatan  hasil  penilaian  dan  evaluasi  untuk kepentingan  pembelajaran  ini  dapat  bertujuan  supaya  responden  mengetahui
tingkat perkembangan belajar peserta didik.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
Indikator  pertama  pada  aspek  ini  adalah  melaksanakan  refleksi  terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil kuesioner dan observasi
menunjukkan  bahwa  terdapat  empat  responden  melaksanakan  dengan  baik  dan tiga  responden  melaksanakan  dengan  sedang.  Akan  tetapi,  hasil  dari  kuesioner
sangatlah    berbeda  jauh  dengan  hasil  observasi.  Berdasarkan  observasi pelaksanaan  pembelajaran  di  kelas  hanya  dua  responden  yang  melaksanakan
tindakan refleksi  dengan sedang dan lima responden lainnya tidak melaksanakan refleksi.  Kedua  responden  ini  melaksanakan  refleksi  dengan  cara  membuat
rangkuman  bersama-sama  dengan  peserta  didik  sesuai  dengan  tujuan pembelajaran  yang  telah  dilaksanakan.  Setelah  pembelajaran  dilaksanakan,
kebanyakan  responden  langsung  menutup  pelajaran  dan  tidak  ada  kegiatan refleksi. Hal ini mungkin disebabkan karena responden yang tidak dapat mengatur
waktu  dengan  baik  sehingga  tidak  adanya  kesempatan  responden  dalam melaksanakan  refleksi,  hal  ini  sejalan  dengan  hasil  wawancara  oleh  beberapa
responden  yang  menyatakan  bahwa  responden  melaksanakan  kegiatan  refleksi ketika  masih  ada  waktu.  Padahal  kegiatan  refleksi  ini  dapat  berfungsi  supaya
pelaksanaan pembelajaran berikutnya dapat terlaksana lebih baik lagi. Dalam hal
96 ini,  responden  harus  tetap  melaksanakan  kegiatan  refleksi  baik  dengan  membuat
rangkuman  sesuai  dengan  tujuan  pembelajaran,  melaksanakan  refleksi  diri  dan evaluasi  terhadap  pelaksanaan  pembelajaran  yang  telah  dilaksanakan  sehingga
kegiatan pembelajaran berikutnya dapat terlaksana dengan lebih baik lagi. Indikator  kedua  adalah  memanfaatkan  hasil  refleksi  untuk  perbaikan  dan
pengembangan  pembelajaran  dalam  mata  pelajaran  Kimia.  Berdasarkan  hasil kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  terdapat  tiga  responden  yang
memanfaatkan  hasil  refleksi  untuk  perbaikan  dan  pengembangan  pembelajaran dalam  mata  pelajaran  Kimia  dengan  sangat  baik  sedangkan  empat  responden
lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Berdasarkan  hasil  wawancara,  cara  yang beberapa  responden  laksanakan  untuk  meningkatkan  pembelajaran  selanjutnya
adalah  dengan  mendengarkan  komentar  dari  peserta  didik  terkait  cara  mengajar, kemudian  melihat  hasil  kerja  peserta  didik  setelah  itu  responden  memanfaatkan
hasil  refleksinya  untuk  melaksanakan  pembelajaran  dengan  metode  yang diinginkan  oleh  peserta  didik  dan  mengadakan  program  remedial  untuk  peserta
didik  yang  nilainya  di  bawah  KKM  dan  program  pengayaan  untuk  peserta  didik yang  nilainya  telah  di  atas  KKM.  Akan  tetapi,  ketika  peneliti  mengadakan
observasi  di  kelas  dan  di  laboratorium,  kebanyakan  responden  tidak  melakukan refleksi  sehingga  tidak  mendapatkan  masukan  dari  peserta  didik  yang  dapat
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran. Indikator  ketiga  adalah  melaksanakan  penelitian  tindakan  kelas.
Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi  menunjukkan  bahwa  untuk  indikator ketiga,  terdapat  dua  responden  telah  melaksanakan  penelitian  tindakan  kelas
dengan  baik,  satu  responden  melaksanakan  dengan  sedang,  satu  responden
97 melaksanakan tetapi tidak berhasil dan tiga responden tidak pernah melaksanakan
penelitian  tindakan  kelas.  Menurut  McNiff  dalam  Suroso,  2009,  penelitian tindakan kelas PTK adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru,
yang hasilnya
dapat dimanfaatkan
untuk pengembangan
kurikulum, pengembangan  Sekolah,  pengembangan  keahlian  mengajar,  dan  sebagainya.
Selain  itu,  dengan  dilaksanakannya  PTK  maka  dapat  memperbaiki  atau meningkatkan  praktik-praktik  pembelajaran  di  kelas  secara  lebih  profesional.
Diharapkan  responden  yang  telah  berpengalaman  dalam  melaksanakan  PTK, dapat  memanfaatkan  hasil  PTK  untuk  peningkatan  kualitas  pembelajaran
sedangkan  bagi  responden  yang  belum  melaksanakannya  diharapkan  dapat melaksanakannya karena kegiatan PTK ini penting untuk dilaksanakan.
Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi pada  aspek  melaksanakan  tindakan  reflektif  untuk  peningkatan  kualitas
pembelajaran yang terdiri dari tiga indikator telah terlaksana sebesar 60,12 atau dapat  dikategorikan  sedang.  Berdasarkan  hasil  kuesioner  dan  observasi,  dapat
diketahui  bahwa  kompetensi  pedagogik  guru  Kimia  dapat  dikatakan  baik. Implementasi  tersebut  dapat  dilihat  dari  dua  aspek  utama  pembelajaran,  yaitu
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran.
a. Perancangan Pembelajaran
Perancangan  atau  perencanaan  pembelajaran  yang  diaktualisasikan  dalam kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, merupakan salah
satu  dari  kompetensi  pedagogik  yang  harus  dimiliki  oleh  seorang  guru. Berdasarkan  Permendikbud  RI  Nomor  65  Tahun  2013  tentang  Standar  Proses
Pendidikan  Dasar  dan  Menengah,  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  RPP
98 merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau
lebih. RPP dikembangkan dari silabus dengan tujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran  peserta  didik  dalam  upaya  mencapai  Kompetensi  Dasar  KD,
sedangkan  berdasarkan  Permendikbud  RI  81A  Tahun  2013  menyatakan  bahwa RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Pengembangan RPP dapat  dilakukan  pada  setiap  awal  semester  atau  awal  tahun  pelajaran,  dengan
tujuan  supaya  RPP  telah  tersedia  terlebih  dahulu  dalam  setiap  awal  pelaksanaan pembelajaran.  Pengembangan  RPP  dapat  dilakukan  secara  mandiri  atau  secara
berkelompok. Setiap  guru  pada  satuan  pendidikan  berkewajiban  menyusun  RPP  secara
lengkap  dan  sistematis  supaya  pembelajaran  berlangsung  secara  interaktif, inspiratif,  menyenangkan,  menantang,  efisien,  memotivasi  peserta  didik  untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan  kemandirian  sesuai  dengan  bakat,  minat,  dan  perkembangan  fisik  serta
psikologis  peserta  didik.  Penyusunan  RPP  didasarkan  pada  KD  atau  sub  tema yang  dilaksanakan  dalam  satu  kali  pertemuan  ataupun  lebih.  Berdasarkan
observasi di lapangan, terdapat satu sekolah yang masih menggunakan Kurikulum 2006  KTSP  dan  Kurikulum  2013  K-13.  Satu  responden  menggunakan  KTSP
sedangkan  enam  responden  lainnya  menggunakan  K-13.  Namun  demikian,  ada satu responden yang tidak membuat RPP.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan dokumentasi RPP yang dibuat oleh enam  responden,  dan  kemudian  dianalisis  sesuai  dengan  pedoman  penyusunan
99 RPP dalam Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 untuk Kurikulum 2013 K-
13 dan Permendiknas RI Nomor 41 tahun 2007 untuk Kurikulum 2006 KTSP. Komponen RPP terdiri dari:
1 Identitas Mata Pelajaran
Identitas  mata  pelajaran  terdiri  dari  satuan  pendidikan,  kelas,  semester, mata pelajaran, materi pokok, jumlah pertemuan, dan  jumlah jam pelajaran pada
RPP.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  analisis  pada  pelaksanaan perancangan  pembelajaran  dalam  hal  penulisan  identitas  mata  pelajaran  dalam
RPP  telah  terlaksana  sebesar  85,71  atau  dapat  dikategorikan  sangat  baik. Seharusnya  pada  komponen  ini  semua  responden  mampu  mencapai  persentase
yang sempurna karena pada komponen ini responden tidak perlu membuat tetapi hanya  perlu  mencantumkan  yang  sudah  ada.  Hal  ini  dikarenakan,  ada  satu
responden  yang  tidak  membuat  RPP,  dan  satu  responden  lainnya  tidak mencantumkan materi pokok dan sub materi pokok.
2 Kompetensi Inti atau Standar Kompetensi
Berdasarkan Permendikbud RI No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Struktur Kurikulum SMA-MA, pada Kurikulum 2013 memuat 4 Kompetensi Inti
KI, yaitu KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan, dan KI-4 untuk kompetensi
inti  keterampilan.  Sedangkan  berdasarkan  Permendiknas  RI  Nomor  41  Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pada
Kurikulum  2006  memuat  Standar  Kompetensi.  Standar  Kompetensi  ini merupakan  kualifikasi  kemampuan  minimal  peserta  didik  yang  menggambarkan
100 penguasaan  pengetahuan,  sikap,  dan  keterampilan  yang  diharapkan  dicapai  pada
setiap kelas dan atau semester pada suatu mata pelajaran. Dalam  komponen  ini,  terdapat  dua  responden  tidak  mencantumkan
Kompetensi  Inti.  Hal  ini  terjadi  mungkin  disebabkan  karena  responden  tidak membuat RPP, akan tetapi hanya menggunakan RPP pada Kurikulum 2006 yang
tidak  menggunakan  KI.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  berdasarkan  hasil  analisis pada pelaksanaan perancangan pembelajaran dalam hal penulisan Kompetensi Inti
atau Standar Kompetensi dalam RPP telah terlaksana sebesar  67,86 atau dapat dikategorikan baik.
3 Kompetensi Dasar
Komponen  ketiga  adalah  Kompetensi  Dasar  KD  dan  indikator. Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 41 Tahun 2007, Kompetensi Dasar adalah
sejumlah  kemampuan  yang  harus  dikuasai  peserta  didik  dalam  mata  pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran,
sedangkan  Indikator  Pencapaian  Kompetensi  IPK  adalah  perilaku  yang  dapat diukur  dan  atau  diobservasi  untuk  menunjukkan  ketercapaian  kompetensi  dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Pada  komponen  ini,  terdapat  empat  indikator.  Indikator  pertama  adalah
memuat  Kompetensi  Dasar.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  enam  responden telah mencantumkan Kompetensi Dasar dengan sangat baik.
Indikator  kedua  adalah  indikator  kompetensi  sesuai  dengan  KD.  Hasil analisis  menunjukkan  bahwa  tiga  responden  mencantumkan  dengan  sangat  baik,
sedangkan tiga responden lainnya mencantumkan dengan baik. Pada indikator ini, tiga responden tidak mampu mencapai  100 dikarenakan responden menuliskan
101 indikator  yang  terlalu  banyak  untuk  dikuasai  oleh  peserta  didik  seharusnya
indikator  ditulis  secara  lebih  rinci,  indikator  kurang  jelas  dikarenakan  responden tidak  mencantumkan  aktivitas  peserta  didik  sehingga  peserta  didik  dapat
mendeskripsikan  suatu  teori-teori  dan  terdapat  juga  responden  yang  menuliskan indikator yang sama.
Indikator  ketiga  adalah  IPK  menggunakan  kata  kerja  operasional  relevan dengan  KD  yang  dikembangkan.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  empat
responden  telah  membuat  indikator  menggunakan  kata  kerja  operasional  relevan dengan  KD  yang  dikembangkan  dengan  sangat  baik,  satu  responden  telah
membuat  indikator  tetapi  kata  kerja  dan  rumusan  keterampilan  tidak  jelas, sedangkan  satu  responden  lain  membuat  indikator  yang  telah  disebutkan  pada
pengembangan KD. Indikator  keempat  adalah  IPK  mencakup  kompetensi  pengetahuan,
keterampilan,  dan  sikap.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  dua  responden  telah membuat  indikator  yang  mencakup  kompetensi  pengetahuan,  keterampilan,  dan
sikap  dengan  sangat  baik  dan  empat  responden  membuat  dengan  baik.  Pada indikator  ini,  terdapat  responden  yang  membuat  indikator  pada  kompetensi
pengetahuan kurang tepat.  Indikator  yang dimaksud adalah peserta didik diminta menghubungkan  asam  lemah  dengan  asam  kuat  dan  sebaliknya  untuk
mendapatkan  derajat  ionisasi α,  padahal  harga  derajat  ionisasi  larutan  sudah
tertentu  yaitu  tergantung  konsentrasi  dan  Ka,  selain  itu  terdapat  responden  yang membuat indikator pada kompetensi pengetahuan yang sama. Secara keseluruhan,
rata-rata  berdasarkan  hasil  analisis  pada  pelaksanaan  perancangan  pembelajaran
102 dalam  hal  penulisan  Kompetensi  Dasar  dan  indikator    telah  terlaksana  sebesar
80,36 atau dapat dikategorikan sangat baik.
4 Tujuan Pembelajaran
Komponen keempat adalah tujuan pembelajaran.  Menurut Wiyani 2013, dalam  merumuskan  tujuan  pembelajaran  dapat  menggunakan  rumusan  tujuan
dengan model ABCD. A = Audience pembelajar dengan segala karaktersitiknya, B = Behaviour kata kerja yang menjabarkan kemampuan yang harus dikuasai, C
= Conditions situasi kondisi  yang memungkinkan bagi  pembelajar dapat  belajar dengan baik, D =  Degree persyaratan khusus  yang dirumuskan sebagai  standar
baku  pencapaian  tujuan  pembelajaran.  Pada  komponen  ini,  terdapat  dua indikator. Indikator pertama adalah tujuan pembelajaran sesuai dengan IPK. Hasil
analisis menunjukkan bahwa lima responden membuat tujuan pembelajaran sesuai dengan IPK sangat baik, dan satu responden membuatnya dengan baik. Misalnya
pada  tujuan  pembelajaran  tertulis  “peserta  didik  dapat  menjelaskan  pengertian larutan elektrolit dan non elektrolit dengan benar setelah melaksanakan percobaan
uji daya  hantar  listrik  pada  larutan”.  Dalam  hal  ini  memuat  ABCD,  yaitu  A  =
peserta  didik,  B  =  dengan  melaksanakan  percobaan  uji  daya  hantar  listrik  pada larutan,  C  =  menjelaskan  secara  benar,  D  =  menjelaskan  pengertian  larutan
elektrolit  dan  non  elektrolit,  akan  tetapi  ada  responden  yang  membuat  tujuan pembelajaran “peserta didik dapat mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbon
turunan alkana ”. Dalam hal ini hanya memuat AD, yaitu A= peserta didik dan D =
mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbon turunan alkana. Indikator  yang  kedua  adalah  tujuan  pembelajaran  mencakup  kompetensi
pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  dua
103 responden  membuat  tujuan  pembelajaran  yang  mencakup  kompetensi
pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  dengan  sangat  baik,  dan  empat  responden membuatnya  dengan  baik.  Pada  indikator  ini,  dalam  membuat  tujuan
pembelajaran pada aspek kognitif, terdapat responden yang tidak membuat rincian penjelasan  materi,  selain  itu  responden  tidak  memberikan  penjelasan  aktivitas
yang dilaksanakan peserta didik untuk dapat mencapai suatu tujuan pembelajaran dan  pada  aspek  psikomotorik  terdapat  responden  yang  menuliskan  tujuan
pembelajaran  kurang  jelas . Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah “peserta
didik  aktif  dalam  kelompok  dan  dapat  memecahkan  persoalan  pada  materi Kimia
”.  Dalam  konten  tersebut,  tidak  menjelaskan  persoalan  apa  yang  akan dipecahkan, selain itu terdapat tujuan pembelajaran yang belum dicantumkan oleh
satu  responden,  yaitu  “peserta  didik  dapat  menyimpulkan  bahwa  larutan  dapat menghantarkan  listrik  karena  adanya  ion-
ion  dalam  larutan  melalui  diskusi”. Secara  keseluruhan  komponen  tujuan  pembelajaran  yang  terdiri  dari  dua
indikator,  responden  telah  melaksanakannya  sebesar  78,57  atau  dapat dikategorikan baik.
5 Materi Ajar
Komponen  kelima  adalah  materi  ajar.  Menurut  Nahlawi  dalam  Wiyani, 2013,  materi  ajar  merupakan  suatu  bahan  yang  berupa  pengetahuan,
keterampilan,  nilai,  dan  sikap  yang  harus  dimiliki  oleh  peserta  didik  dalam memenuhi  kompetensi  yang  telah  ditetapkan.  Komponen  materi  ajar  terdiri  dari
delapan  indikator.  Indikator  pertama,  kedua,  ketiga,  dan  keempat  adalah  materi ajar sesuai dengan tujuan pembelajaran; menunjang potensi peserta didik; relevan
dengan karakteristik daerah; dan mempertimbangkan tingkat perkembangan fisik,
104 intelektual,  emosional,  sosial,  dan  spiritual  peserta  didik.  Hasil  analisis
menunjukkan  bahwa  dua  responden  telah  merancang  dengan  sangat  baik, sedangkan  empat  responden  merancang  dengan  baik.  Pada  indikator  keempat,
terdapat  responden  yang  menuliskan  materi  ajar  kurang  mempertimbangkan tingkat  perkembangan  intelektual  peserta  didik,  yaitu  istilah  alpha  pada  materi
larutan elektrolit dan non elektrolit. Istilah tersebut belum perlu bagi peserta didik kelas  X  pada  K-13  dikarenakan  peserta  didik  belum  mengenali  istilah  tersebut
sebelumnya. Indikator  kelima,  keenam,  ketujuh,  dan  kedelapan  adalah  materi  ajar
memiliki  kebermanfaatan  bagi  peserta  didik;  menunjang  struktur  keilmuan; mempertimbangkan  aktualitas,  kedalaman,  dan  keluasan  materi  pembelajaran;
memiliki relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa satu responden telah merancang dengan sangat baik,
dan lima responden lain merancang dengan baik. Pada indikator keenam, terdapat responden  yang  menuliskan  materi  ajar  kurang  menunjang  struktur  keilmuan,
yaitu  menuliskan  NH
4
OH  untuk  Amonium  Hidroksida  pada  materi  larutan elektrolit  dan  non  elektrolit.  Padahal  tidak  ada  senyawa  NH
4
OH,  akan  tetapi senyawa  NH
3
aq,  dan  terdapat  juga  responden  yang  menuliskan  simbol kesetimbangan  kurang  tepat  yaitu  hanya  satu  panah,  selain  itu  pada  indikator
ketujuh  terdapat  responden  yang  belum  merancang  materi  ajar  dengan mempertimbangkan aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran. Hal
ini  dapat  ditunjukkan  pada  materi  senyawa  karbon,  yaitu  responden  tidak mencantumkan  submateri  sehingga  rincian  materi  yang  dibahas  pada
pembelajaran  tidak  jelas.  Secara  keseluruhan  komponen  materi  ajar  yang  terdiri
105 dari delapan indikator, responden telah merancangnya sebesar 71,88 atau dapat
dikategorikan baik.
6 Metode Pembelajaran Pendekatan
Komponen  keenam  adalah  metode  pembelajaran  pendekatan.  Pada komponen  ini  terdapat  empat  indikator.  Indikator  pertama,  kedua,  ketiga,  dan
keempat  adalah  metode  pembelajaran  sesuai  dengan  materi  pembelajaran;  dapat membantu  tersampaikannya  materi  materi  pembelajaran  kepada  peserta  didik;
bernuansa  kontekstual,  efektif,  efisien,  dan  bermakna;  dan  dapat  menumbuhkan partisipasi  aktif.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  lima  responden  menuliskan
dengan sangat  baik  dan  satu  responden menuliskan dengan baik. Satu  responden ini  tidak  merancang  metode  pembelajaran  yang  sesuai  dengan  materi  yang  akan
diajarkan. Secara keseluruhan komponen metode pembelajaran pendekatan yang terdiri  dari  empat  indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  85,71  atau
dapat dikategorikan sangat baik.
7 Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran
Komponen  ketujuh  adalah  media,  alat,  dan  sumber  pembelajaran. Komponen  ini  dibagi  menjadi  tiga  subkomponen,  yaitu  subkomponen  media
pembelajaran, alat bahan pembelajaran, dan sumber belajar. a
Media Pembelajaran
Subkomponen  yang  pertama  adalah  media  pembelajaran.  Menurut  Rossi dan  Breidle  dalam  Sanjaya,  2006,  media  pembelajaran  adalah  seluruh  alat  dan
bahan  yang  dapat  digunakan  untuk  mencapai  tujuan  pendidikan,  misalnya  radio, televisi,  buku,  koran,  majalah,  dan  sebagainya.  Salah  satu  fungsi  media
106 pembelajaran,  yaitu  dapat  menambah  gairah  dan  motivasi  belajar  bagi  peserta
didik. Subkomponen  ini  terdiri  dari  empat  indikator.  Indikator  pertama  adalah
memanfaatkan  media  pembelajaran  yang  bervariasi  baik  sederhana  maupun memanfaatkan multimedia. Hasil analisis menunjukkan bahwa empat responden
sudah  sangat  baik  dalam  perancangan  memanfaatkan  media  pembelajaran  yang bervariasi dan dua responden lainnya memanfaatkan dengan baik. Indikator kedua
adalah  media  pembelajaran  sesuai  dengan  materi  pembelajaran  dan  pendekatan pembelajaran  saintifik.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  tiga  responden
merancangnya dengan sangat baik dan tiga responden lainnya merancang dengan baik.  Indikator  ketiga  adalah  media  pembelajaran  sesuai  dengan  karakteristik
peserta  didik.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  empat  responden  telah merancangnya  dengan  sangat  baik  dan  dua  responden  merancang  dengan  baik.
Indikator  keempat  adalah  media  pembelajaran  membuat  LKPD  Lembar  Kerja Peserta  Didik  atau  petunjuk  praktikum  sebagai  salah  satu  media  pembelajaran.
Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya satu responden yang merancang dengan sangat  baik,  dua  responden  merancang  dengan  baik,  satu  responden  merancang
dengan sedang, dan dua responden merancang dengan rendah. Pada indikator ini, responden  cenderung  tidak  melampirkan  LKPD  pada  RPP  dan  ada  responden
yang  tidak  menjelaskan  pada  kegiatan  pembelajaran  apa  LKPD  tersebut diperlukan.  Secara  keseluruhan  subkomponen  media  pembelajaran  yang  terdiri
dari  empat  indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  72,77  atau  dapat dikategorikan baik.
107
b Alat Bahan Pembelajaran
Subkomponen  yang  kedua  adalah  alat  bahan  pembelajaran.  Pada subkomponen  ini,  tiga  responden  merancang  alat  bahan  pembelajaran  sesuai
dengan  kegiatan  pembelajaran  sangat  baik,  dua  responden  merancang  dengan baik, dan satu responden merancang dengan rendah. Walaupun dua responden ini
dikategorikan  baik,  akan  tetapi  kedua  responden  tersebut    tidak  mencantumkan alat  dan  bahan  praktikum,  padahal  metode  yang  digunakan  adalah  eksperimen,
sedangkan  satu  responden  ini  dikategorikan  dengan  rendah,  karena  responden tidak  mencantumkan  alat  pembelajaran.  Secara  keseluruhan  subkomponen  alat
bahan  pembelajaran  yang  terdiri  dari  satu  indikator,  responden  telah merancangnya sebesar 71,43 atau dapat dikategorikan baik.
c Sumber Belajar
Subkomponen  yang  ketiga  adalah  sumber  belajar.  Menurut  Sanjaya 2013,  sumber  belajar  adalah  segala  sesuatu  yang  dapat  dimanfaatkan  oleh
peserta  didik  dalam  rangka  mempelajari  bahan  dan  pengalaman  belajar  sesuai dengan  tujuan  yang  akan  dicapai.  Pada  subkomponen  ini,  terdiri  dari  tiga
indikator.  Indikator  pertama,  kedua,  dan  ketiga  adalah  menggunakan  buku  teks pelajaran  yang  mendukung  materi  pembelajaran,  merujuk  materi-materi  yang
diperoleh  melalui  Teknologi  Informasi  TI  dan  atau  perpustakaan,  dan memanfaatkan  narasumber,  lingkungan  alam,  sosial,  budaya  sebagai  sumber
belajar. Hasil  analisis  untuk  indikator  pertama  adalah  lima  responden  telah
merancang  penggunaan  buku  teks  pelajaran  yang  mendukung  materi
108 pembelajaran  dengan  sangat  baik  dan  satu  responden  merancang  dengan  rendah.
Satu  responden  ini  tidak  mencantumkan  daftar  pustaka  dari  suatu  buku  teks pelajaran.
Hasil  analisis  untuk  indikator  kedua  adalah  empat  responden  merancang sumber  belajar  yang  merujuk  materi-materi  yang  diperoleh  melalui  TI  dan  atau
perpustakaan  dengan  sangat  baik,  sedangkan  dua  responden  lainnya  merancang dengan  sedang.  Satu  responden  dikategorikan  sedang  dikarenakan  responden
hanya  mencantumkan  sumber  belajar  hanya  dari  buku  teks  pelajaran  saja sedangkan  satu responden yang lainnya hanya mencantumkan sumber belajar dari
internet dan tidak menyebutkan alamat website nya. Hasil  analisis  untuk  indikator  ketiga  adalah  dua  responden  merancang
sumber  belajar  dengan  memanfaatkan  narasumber,  lingkungan  alam,  sosial,  dan budaya  dengan  sangat  baik,  tiga  responden  merancang  dengan  baik,  dan  satu
responden  merancang  dengan  sedang.  Pada  indikator  ini,  responden  cenderung kurang  memanfaatkan  lingkungan  sebagai  sumber  belajar.  Secara  keseluruhan
subkomponen  sumber  belajar  yang  terdiri  dari  empat  indikator,  responden  telah merancangnya sebesar 75,00 atau dapat dikategorikan baik. Secara keseluruhan
komponen  media,  alat,  dan  sumber  pembelajaran  yang  terdiri  dari  delapan indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  73,44  atau  dapat
dikategorikan baik.
8 Kegiatan Pembelajaran
Komponen kedelapan adalah kegiatan pembelajaran. Komponen ini terdiri dari  tiga  subkomponen,  yaitu  kegiatan  pendahuluan,  kegiatan  inti,  dan  kegiatan
penutup.
109
a Kegiatan pendahuluan
Subkomponen pertama adalah kegiatan pendahuluan, yang terdiri dari dua indikator.  Indikator  pertama  adalah  kegiatan  pendahuluan  memuat  kegiatan
apersepsi.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  tiga  responden  telah  merancang kegiatan pendahuluan yang memuat apersepsi dengan sangat baik, dua responden
merancang  dengan  baik,  dan  satu  responden  merancang  dengan  sedang.  Pada indikator  ini,  responden  cenderung  belum  mampu  merancang  secara  rinci  suatu
apersepsi hingga sampai munculnya suatu masalah dan topik pembelajaran, selain itu ada responden yang merancang apersepsi tidak jelas, yaitu tidak menyertakan
pertanyaan untuk menggali pengetahuan peserta didik tentang asam dan basa. Indikator kedua adalah kegiatan pendahuluan memuat tujuan dan manfaat
pembelajaran.  Hasil  analisis  menunjukkan  bahwa  dua  responden  merancangnya dengan  sangat  baik,  dua  responden  merancang  dengan  baik,  dan  dua  responden
merancang  dengan  sedang.  Responden  cenderung  tidak  merancang  manfaat pembelajaran, tetapi hanya  merancang tujuan pembelajaran dan motivasi.  Secara
keseluruhan  subkomponen  kegiatan  pendahuluan  yang  terdiri  dari  dua  indikator, responden telah merancangnya sebesar 69,94 atau dapat dikategorikan baik.
b Kegiatan Inti
Subkomponen kedua adalah kegiatan inti, yang terdiri dari lima indikator. Berdasarkan  Permendikbud  RI  Nomor  81  A  Tahun  2013  tentang  Implementasi
Kurikulum,  kegiatan  inti  pada  K-13  memuat  kegiatan  mengamati,  menanya, mengumpulkan  informasi,  mengolah  informasi,  dan  mengkomunikasikan  hasil,
sedangkan berdasarkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
110 Proses  untuk  Satuan  Pendidikan  Dasar  dan  Menengah,  kegiatan  inti  pada  KTSP
memuat kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Indikator pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima adalah kegiatan inti
memuat  kegiatan  mengamati  oleh  peserta  didik  untuk  menemukan  masalah, mencakup  kegiatan  memancing  peserta  didik  untuk  merumuskan  pertanyaan,
memuat kegiatan peserta didik untuk mengumpulkan informasi data yang relevan dengan  pertanyaan  yang  telah  dirumuskan,  mencakup  kegiatan  mengolah
informasi untuk membuat kesimpulan, dan kegiatan inti memuat kegiatan peserta didik untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang telah diperoleh. Hasil analisis
kelima  indikator  menunjukkan  bahwa  dua  responden  telah  merancang  kelima indikator  dengan  sangat  baik,  dua  responden  merancang  dengan  baik,  dan  dua
responden lainnya merancang dengan sedang. Walaupun demikian, masih terdapat beberapa  permasalahan  yang  dirancang  oleh  responden,  antara  lain  untuk
indikator  pertama  terdapat  responden  yang  merancang  aktivitas  peserta  didik untuk  melakukan  pengamatan  terhadap  gambar  orang  yang  tersengat  arus  listrik
ketika banjir pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit, hal ini kurang sesuai karena  seharusnya  pengamatan  tersebut  dirancang  pada  kegiatan  pendahuluan,
yaitu  bagian  apersepsi.  Selain  itu  terdapat  responden  yang  merancang  kegiatan mengamati  dengan  meminta  peserta  didik  mengkaji  literatur,  Hal  ini  kurang
sesuai  dengan  pendekatan  saintifik  yang  menekankan  peserta  didik  menemukan suatu konsep sendiri.
Hasil  analisis  untuk  indikator  kedua,  terdapat  responden  telah menyediakan  kegiatan  yang  dapat  memancing  peserta  didik  untuk  merumuskan
pertanyaan,  akan  tetapi  responden  tidak  menyebutkan  pertanyaan  yang  ingin
111 diajukan  oleh  peserta  didik.  Selain  itu,  beberapa  responden  lain  hanya  mengajak
peserta didik dalam mengkaji literatur, sehingga dengan aktivitas tersebut peserta didik tidak mampu menemukan suatu konsep tidak saintifik.
Hasil analisis untuk indikator ketiga, responden telah merancang kegiatan untuk  mengumpulkan informasi data  yang relevan dengan pertanyaan  yang telah
dirumuskan  misalnya  melalui  kegiatan  eksperimen,  akan  tetapi  beberapa responden tidak menyertakan LKPD pada RPP.
Hasil  analisis  untuk  indikator  keempat,  terdapat  responden  merancang kegiatan mengolah informasi untuk membuat kesimpulan yang kurang tepat, yaitu
guru  memfasilitasi  peserta  didik  dalam  pembelajaran  kooperatif  dan  kolaboratif. Pernyataan  tersebut  tidak  jelas  responden  memfasilitasi  dalam  bentuk  apa  dan
tidak jelas tentang konsep apa yang difasilitasi oleh responden. Hasil  analisis  untuk  indikator  kelima  adalah  terdapat  responden  yang
merancang kegiatan
inti memuat
kegiatan peserta
didik untuk
mengkomunikasikan  pengetahuan  yang  diperoleh  dengan  kurang  tepat.    Dalam hal  ini,  responden  tidak  merancang  aktivitas  peserta  didik    untuk
mengkomunikasikan,  akan  tetapi  responden  tersebut  yang  menjelaskan  kembali pengetahuan yang telah dipelajari. Secara keseluruhan subkomponen kegiatan inti
yang  terdiri  dari  lima  indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  65,71 atau dapat dikategorikan baik.
c Kegiatan Penutup
Subkomponen ketiga adalah kegiatan penutup. Hasil analisis menunjukkan bahwa  satu  responden  merancang  kegiatan  penutup  yang  mencakup  kegiatan
refleksi dan atau membuat rangkuman bersama peserta didik dengan sangat baik,
112 sedangkan lima responden lainnya merancang dengan baik.  Walaupun responden
telah  dikategorikan  baik,  akan  tetapi  masih  terdapat  beberapa  permasalahan, antara  lain  pada  perancangan  kegiatan  refleksi  responden  tidak  mencantumkan
pertanyaan  terkait  materi  yang  telah  dipelajari,  selain  itu  responden  juga  hanya menuliskan  rangkuman  atau  kesimpulan  pada  kegiatan  penutup.  Seharusnya
responden  mencantumkan  poin-poin  yang  menjadi  suatu  kesimpulan  atau rangkuman  dari  penyampaian  materi  pembelajaran  yang  dirancang.  Secara
keseluruhan subkomponen kegiatan inti yang terdiri dari satu indikator, responden telah merancangnya sebesar 71,43 atau dapat dikategorikan baik.
Secara  keseluruhan  komponen  kegiatan  pembelajaran  yang  terdiri  dari delapan  indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  67,41  atau  dapat
dikategorikan baik.
9 Bentuk Penilaian
Komponen  kesembilan  adalah  bentuk  penilaian,  yang  terdiri  dari  dua subkomponen.  Subkomponen  tersebut  adalah  bentuk  instrumen  dan  pedoman
penskoran.
a Bentuk Instrumen
Pada  subkomponen  pertama,  terdiri  dari  empat  indikator.  Indikator pertama adalah bentuk instrumen memuat instrumen penilaian sikap spiritual dan
sosial yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa seluruh responden merancangnya dengan rendah, dalam hal ini seluruh responden
tidak melampirkan instrumen penilaian sikap spiritual dan sikap. Indikator  kedua  adalah  bentuk  instrumen  memuat  instrumen  penilaian
pengetahuan  yang  sesuai  dengan  Kompetensi  Dasar.  Hasil  analisis  menunjukkan
113 bahwa dua reponden merancangnya dengan sangat baik, dua reponden merancang
dengan  sedang,  dan  dua  responden  lainnya  merancang  dengan  rendah.  Dua responden  dikategorikan  sedang,  dikarenakan  responden  tersebut  sudah
melampirkan  instrumen  penilaian  pengetahuan,  akan  tetapi  terdapat  beberapa tujuan  kognitif  yang  belum  dicantumkan  pada  instrumen,  selain  itu  terdapat
responden  yang  membuat  instrumen  penilaian  akan  tetapi  soal-soal  yang  dibuat tidak  sesuai  dengan  aktivitas  peserta  didik  dalam  pembelajaran.  Hal  tersebut
memungkinkan  terjadinya  peserta  didik  bingung,  sedangkan  untuk  dua  reponden lain dengan kategori rendah tidak melampirkan instrumen penilaian pengetahuan.
Indikator  ketiga  adalah  soal-soal  dijabarkan  dari  tujuan  pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa dua responden merancang dengan sangat baik,
satu responden merancang dengan baik, akan tetapi terdapat beberapa tujuan dari aspek  kognitif  yang  tidak  dicantumkan  dalam  soal,  satu  responden  merancang
dengan sedang dikarenakan responden membuat soal yang tidak berkaitan dengan aktivitas  pembelajaran  peserta  didik,  satu  responden  merancang  soal-soal  tidak
sesuai  dengan  tujuan  pembelajaran,  sedangkan  satu  responden  lainnya  tidak membuat soal-soal.
Indikator  keempat  adalah  bentuk  instrumen  memuat  instrumen  penilaian keterampilan  yang sesuai dengan Kompetensi Dasar. Hasil analisis menunjukkan
bahwa  seluruh  responden  tidak  merancang  instrumen  penilaian  keterampilan sesuai  KD.  Secara  keseluruhan  subkomponen  bentuk  instrumen  yang  terdiri  dari
empat  indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  40,18  atau  dapat dikategorikan sedang.
114
b Pedoman Penskoran
Subkomponen  kedua  adalah  pedoman  penskoran,  yang  terdiri  dari  dua indikator.  Indikator  pertama  dan  kedua  adalah  kesesuaian  pedoman  penskoran
dengan  soal  dan  setiap  soal  memiliki  kunci  jawaban  sebagai  dasar  penskoran. Hasil  analisis,  baik  untuk  indikator  pertama  maupun  kedua  menunjukkan  bahwa
dua  responden  telah  merancangnya  dengan  sangat  baik,  sedangkan  empat responden  lainnya  tidak  membuat  pedoman  penskoran.  Secara  keseluruhan
subkomponen pedoman penskoran yang terdiri dari dua indikator, responden telah merancangnya sebesar 46,43 atau dapat dikategorikan sedang.
Secara  keseluruhan  komponen  bentuk  penilaian,  yang  terdiri  dari  enam indikator,  responden  telah  merancangnya  sebesar  42,26  atau  dapat
dikategorikan  sedang.  Berdasarkan  analisis  perancangan  pembelajaran  yang terdiri  dari  sembilan  komponen,  dapat  diketahui  bahwa  rata-rata  perancangan
pembelajaran  yang  sudah  dirancang  oleh  responden  adalah  sebesar  72,58  atau dapat dikategorikan baik. Walaupun demikian, masih terdapat hal-hal  yang perlu
diperhatikan oleh responden yaitu responden harus membuat instrumen penilaian secara tepat dan pedoman penskoran.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Guru  memiliki  peranan  yang  paling  penting  dalam  proses  pembelajaran. Berhasil atau tidaknya pembelajaran, sangatlah tergantung pada kemampuan guru
di  dalam  kelas.  Di  dalam  penelitian  ini,  tingkat  ketercapaian  pelaksanaan pembelajaran ditentukan oleh hasil observasi  yang dilakukan oleh peneliti ketika
guru sedang mengajar di dalam kelas atau di laboratorium.
115 Berdasarkan  hasil  observasi,  ditemukan  bahwa  terdapat  beberapa
responden  yang  tidak  melaksanakan  pembelajaran  sesuai  dengan  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP  yang telah dibuat oleh responden.  Bahkan, ada
responden  yang  tidak  membuat  RPP.  Terdapat  beberapa  responden  yang mengatakan  bahwa  RPP  hanya  sebagai  formalitas  saja  dikarenakan  pada
kenyataannya  sulit  untuk  merealisasikan  pembelajaran  yang  sudah  direncanakan dalam  RPP.  Padahal  RPP  sangat  membantu  guru  ketika  akan  melaksanakan
pembelajaran.  Berdasarkan  Permendikbud  RI  Nomor  81  A  Tahun  2013  tentang Implementasi  kurikulum,  pelaksanaan  pembelajaran  terdiri  dari  tiga  kegiatan,
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1 Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan  pertama  dalam  pelaksanaan  pembelajaran,  yaitu  kegiatan pendahuluan.  Kegiatan  pendahuluan  terdiri  dari  dua  indikator,  yaitu  memeriksa
kesiapan  peserta  didik  dan  kegiatan  apersepsi.  Hasil  observasi  menunjukkan bahwa untuk indikator pertama, terdapat satu responden yang memeriksa kesiapan
peserta  didik  dengan  sangat  baik,  lima  responden  memeriksa  kesiapan  peserta didik  dengan  baik  dan  satu  responden  melaksanakannya  dengan  sedang,
dikarenakan  responden  ini  tidak  menciptakan  suasana  kelas  yang  kondusif  dan tidak  meminta  peserta  didik  untuk  mempersiapkan  fasilitas  belajarnya.  Kesiapan
peserta  didik  pada  awal  pembelajaran  sangatlah  menentukan  dalam  proses pembelajaran  yang  akan  berlangsung.  Secara  keseluruhan,  responden  telah
memeriksa kesiapan peserta didik dengan baik. Indikator  kedua  adalah  kegiatan  apersepsi.  Kegiatan  apersepsi  dapat
dilaksanakan dengan cara mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi
116 pada  pertemuan  sebelumnya  atau  dengan  kehidupan  sehari-hari.  Hasil  observasi
menunjukkan  bahwa  satu  responden  melaksanakan  kegiatan  apersepsi  dengan baik, satu responden melaksanakannya dengan sedang sedangkan lima responden
melaksanakannya  dengan  rendah.  Setelah  memeriksa  kesiapan  peserta  didik, kebanyakan responden hanya mengingatkan kembali materi  yang telah dipelajari
pada  pertemuan  sebelumnya  yaitu  dilakukan  secara  sekilas,  dan  terdapat responden yang langsung menyampaikan langkah kerja dalam kegiatan praktikum
kemudian langsung menyampaikan tujuan dari praktikum tersebut. Secara keseluruhan, kegiatan pendahuluan  yang terdiri dari dua  indikator,
yaitu memeriksa kesiapan peserta didik dan kegiatan apersepsi, rata-rata dari hasil observasi telah terlaksana sebesar 55,36 atau dapat dikategorikan sedang. Dalam
kegiatan  pendahuluan,  responden  harus  lebih  meningkatkan  kegiatan  apersepsi lagi  supaya  peserta  didik  mendapatkan  pengetahuan  awal  yang  baik  sebelum
mempelajari materi yang akan disampaikan.
2 Kegiatan Inti
Kegiatan  kedua  dalam  pelaksanaan  pembelajaran,  yaitu  kegiatan  inti. Kegiatan  inti  ini,  terdiri  dari  enam  indikator.  Keenam  indikator  tersebut  adalah
penguasaan materi
pelajaran, pendekatan
atau strategi
pembelajaran, pendayagunaan  sumber  belajar  atau  media,  pelibatan  peserta  didik  terhadap
pelaksanaan  pembelajaran,  penilaian  proses  dan  hasil  belajar,  dan  penggunaan bahasa. Keenam indikator ini sangat berkaitan dengan keempat kompetensi  yang
harus dimiliki oleh guru, salah satunya adalah kompetensi pedagogik.
117
a Penguasaan Materi
Penguasaan  materi  yang  baik  dapat  membantu  dalam  tercapainya  tujuan pembelajaran  yang  telah  direncanakan.  Penguasaan  materi  pembelajaran  terdiri
dari  empat  sub  indikator.  Sub  indikator  pertama  yaitu  penguasaan  materi pembelajaran  dengan  tujuan  pembelajaran.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa
tiga  responden  telah  menguasai  materi  pembelajaran  dengan  sangat  baik, sedangkan  empat  responden  lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  hal  ini,
masih  terdapat  beberapa  responden  yang  menyampaikan  materi  pembelajaran tidak  sesuai  dengan  tuntutan  kurikulum.  Responden  tersebut  menjelaskan  materi
dengan  metode  ceramah  dan  responden  hanya  membaca  materi  yang  terdapat  di power  point,  kemudian  responden  meminta  peserta  didik  untuk  mencatat  materi
yang  sedang  dipelajari.  Hal  ini  sangat  tidak  efektif,  karena  waktu  pembelajaran terbuang hanya untuk menunggu peserta didik mencatat.
Sub  indikator  yang  kedua  yaitu  mengkaitkan  materi  dengan  pengetahuan lain  yang  relevan.  Dalam  pelaksanaan  pembelajaran,  materi  pembelajaran  Kimia
yang  sedang  dipelajari  dapat  dikaitkan  baik  dengan  pengetahuan  Kimia  lain maupun  dengan  pengetahuan  lain  yang  relevan.  Hal  ini  dimaksudkan  supaya
peserta  didik  mendapatkan  wawasan  yang  luas.  Hasil  observasi  menunjukkan bahwa tiga responden mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan
dengan  baik,    responden  melaksanakan  dengan  sedang,  dan  satu  responden melaksanakan  dengan  rendah.  Responden  ini  hanya  mampu  menyampaikan
manfaat dari materi yang sedang dipelajari. Penguasaan materi pembelajaran yang baik  oleh  responden  ternyata  belum  mampu  mengkaitkan  materi  dengan
118 pengetahuan  lain  yang  relevan.  Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena  responden
hanya terfokus pada materi standar yang harus disampaikan. Sub  indikator  yang  ketiga  adalah  kejelasan  dalam  penyampaian  materi.
Keterampilan  guru  dalam  menyampaikan  materi  sangatlah  penting  dalam pelaksanaan  pembelajaran.  Kejelasan  suara  guru  dalam  menyampaikan  materi
sangat  berpengaruh  terhadap  berhasil  atau  tidaknya  materi  disampaikan.  Hasil observasi  menunjukkan  bahwa  enam  responden  telah  menyampaikan  materi
dengan  sangat  baik  sedangkan  satu  responden  melaksanakan  dengan  baik.  Suara dari responden ini kurang dapat diakses dari belakang.
Sub  indikator  yang  keempat  adalah  menghubungkan  materi  dengan kehidupan nyata. Penyampaian materi yang dihubungkan dengan kehidupan nyata
diharapkan  dapat  memudahkan  peserta  didik  dalam  memahami  materi  yang disampaikan dan menambah wawasan pengetahuan, sehingga peserta didik dapat
mengaplikasikan  pengetahuan  tersebut  ke  dalam  kehidupan  sehari-hari.  Hasil observasi  menunjukkan  bahwa  satu  responden  telah  menghubungkan  materi
dengan  kehidupan  nyata  sangat  baik,  dua  responden  melaksanakan  dengan  baik, sedangkan  empat  responden  melaksanakan  dengan  sedang.  Dalam  hal  ini,  rata-
rata  responden  hanya  menghubungkan  materi  dalam  kehidupan  sehari-hari  tanpa menyampaikan manfaat dari materi kimia yang sedang dipelajari.
Secara  keseluruhan,  rata-rata  dari  indikator  dalam  penguasaan  materi berdasarkan  hasil  observasi  telah  terlaksana  sebesar  75,89  atau  dapat
dikategorikan baik. Hal yang perlu ditingkatkan yaitu mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain  yang relevan, sehingga dapat  menambah wawasan bagi  peserta
didik.
119
b Pendekatan  Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan  oleh  guru  dan  peserta  didik  supaya  tujuan  pembelajaran  dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, terdapat enam sub indikator. Sub indikator  yang  pertama  adalah  melaksanakan  pembelajaran  sesuai  dengan
kompetensi  atau  tujuan  yang  akan  dicapai.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa lima  responden  telah  melaksanakannya  dengan  sangat  baik  dan  dua  responden
lainnya melaksanakan dengan baik. Dalam hal ini, masih terdapat responden yang menerapkan  strategi  pembelajaran  kurang  sesuai  dengan  tujuan  pembelajaran
yang akan dicapai. Responden hanya menjelaskan materi dengan membaca power point kemudian meminta peserta didik untuk mencatat materi. Dengan demikian,
waktu pembelajaran menjadi kurang efektif. Sub  indikator  yang  kedua  adalah  melaksanakan  pembelajaran  secara
runtut. Pelaksanaan pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan memeriksa kesiapan
peserta didik dan kegiatan apersepsi, kegiatan inti terdiri dari pelaksanaan strategi pembelajaran  yang  direncanakan,  sedangkan  kegiatan  penutup  terdiri  dari
pelaksanaan  refleksi  dan  tindak  lanjut.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  satu responden  telah  melaksanakan  pembelajaran  secara  runtut  dengan  sangat  baik,
dua  responden  melaksanakan  dengan  baik,  dan  empat  responden  melaksanakan dengan  sedang.  Hal  ini  dikarenakan  bahwa  terdapat  beberapa  responden  yang
tidak memulai pembelajaran dengan diawali penyampaian apersepsi. Sub  indikator  yang  ketiga  adalah  menguasai  kelas.  Keterampilan  guru
dalam  menguasai  atau  mengelola  kelas  sangatlah  penting.  Kelas  mempunyai
120 peranan  dan  fungsi  tertentu  dalam  menunjang  keberhasilan  proses  pembelajaran,
oleh  karena  itu  guru  harus  mampu  mengelola  kelas  dengan  baik.  Dengan demikian, dapat  terciptanya proses pembelajaran  yang kondusif sehingga peserta
didik  mampu  belajar  secara  optimal.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  empat responden  telah  menguasai  kelas  dengan  sangat  baik  dan  tiga  responden
melaksanakannya dengan baik. Dalam hal ini, masih terdapat beberapa responden yang posisinya cenderung di depan kelas dan tidak mengkondisikan suasana kelas
yang kondusif. Sub  indikator  yang  keempat  adalah  melaksanakan  pembelajaran  yang
bersifat  kontekstual.  Menurut  Sanjaya  2006,  pembelajaran  kontekstual merupakan  suatu  strategi  pembelajaran  yang  menekankan  kepada  proses
keterlibatan  peserta  didik  secara  penuh  untuk  dapat  menemukan  materi  yang dipelajari  dan  menghubungkannya  dengan  kehidupan  nyata.  Hasil  observasi
menunjukkan  bahwa  satu  responden  telah  melaksanakan  pembelajaran kontekstual  dengan  baik,  sedangkan  keenam  responden  lainnya  dalam  kategori
sedang.  Terdapat  satu  responden  yang  telah  menghubungkan  materi  dengan kehidupan  nyata  sangat  baik,  tetapi  belum  mampu  membuat  peserta  didik  dapat
menemukan  suatu  konsep  dari  suatu  materi  yang  dipelajari.  Berdasarkan  tujuh komponen  utama  dalam  pendekatan  kontekstual,  rata-rata  responden  belum
mampu  melaksanakan  kegiatan  inquiry  menemukan  dimana  kebanyakan responden  memberi  tahu  suatu  konsep  kepada  peserta  didik,  tanpa  memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep sendiri. Sub  indikator  yang  kelima  adalah  melaksanakan  pembelajaran  yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasan positif. Kebiasan positif tersebut antara lain,
121 bekerja  sama,  saling  menghargai,  bertanggungjawab,  jujur,  dan  disiplin.  Hasil
observasi  menunjukkan  bahwa  tiga  responden  telah  melaksanakan  pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif dengan sangat baik, sedangkan
empat responden lainnya dalam  kategori  baik.  Dalam hal  ini, terdapat  responden kurang  menerapkan  pembelajaran  yang  memungkinkan  tumbuhnya  kebiasan
disiplin,  dikarenakan  responden  hanya  menjelaskan  materi  dengan  metode ceramah.
Sub  indikator  yang  keenam  adalah  melaksanakan  pembelajaran  sesuai dengan  alokasi  waktu  yang  direncanakan.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa
empat  responden  melaksanakannya  dengan  sangat  baik,  dua  responden melaksanakan dengan baik, dan satu responden melaksanakannya dengan sedang.
Satu  responden  ini  terlambat  masuk  ke  kelas  selama  hampir  30  menit,  sehingga sebagian kecil dari tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator dalam pendekatan atau strategi pembelajaran  berdasarkan  hasil  observasi  telah  terlaksana  sebesar  78,57  atau
dapat  dikategorikan  baik.  Hal  yang  perlu  ditingkatkan  yaitu  melaksanakan pembelajaran  yang  bersifat  kontekstual,  khususnya  pada  komponen  inquiry
menemukan.  Responden  senantiasa  perlu  belajar  supaya  dapat  menggiring peserta didik dalam menemukan konsep sendiri.
c Pendayagunaan Sumber Media Belajar.
Penggunaan  sumber  atau  media  belajar  dalam  pelaksanaan  pembelajaran dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Dalam hal
ini,  terdapat  tiga  sub  indikator.  Sub  indikator  yang  pertama  adalah mendayagunakan  sumber  atau  media  belajar  secara  efektif  dan  efisien.
122 Keefektifan  berkaitan  dengan  hasil  yang  dicapai,  sedangkan  efisiensi  berkaitan
dengan proses pencapaian hasil tersebut. Hasil observasi menunjukkan bahwa satu responden telah melaksanakannya dengan sangat baik sedangkan enam responden
lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  hal  ini,  masih  terdapat  beberapa responden  yang  tidak  membuat  Lembar  Kerja  Peserta  Didik  sebagai  media
belajar, padahal metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode eksperimen, artinya  kemampuan  guru  dalam  mendayagunakan  media  belajar  kurang  sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan. Sub  indikator  yang  kedua  adalah  menghasilkan  pesan  yang  menarik.
Penyampaian  pesan  yang  menarik  tentang  suatu  materi  yang  sedang  dipelajari merupakan  salah  satu  strategi  yang  dapat  menumbuhkan  perhatian  peserta  didik
dalam  proses  pembelajaran.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  empat responden  memberikan  pesan  yang  menarik  kepada  peserta  didik  dengan  sangat
baik,  sedangkan  ketiga  responden  tidak  menghasilkan  pesan  menarik.  Walaupun ketiga  responden  ini  telah  menggunakan  media  belajar  seperti  alat  dan  bahan
praktikum  yang  dapat  memusatkan  perhatian  peserta  didik,  tetapi  responden belum mampu menyampaikan pesan yang menarik.
Sub  indikator  yang  ketiga  adalah  melibatkan  peserta  didik  dalam pendayagunaan  sumber  belajar  media.  Sumber  belajar  media  sangat  membantu
guru  dalam  menyampaikan  materi,  sehingga  peserta  didik  dapat  lebih  mudah dalam  menerima  materi  yang  disampaikan  guru.  Hasil  observasi  menunjukkan
bahwa  tiga  responden  melaksanakan  dengan  baik  dan  empat  responden melaksanakan  dengan  sedang.  Responden  lebih  menekankan  pada  pelibatan
peserta  didik  dalam  menggunakkan  dan  memanfaatkan  sumber  media  belajar
123 sedangkan peserta didik tidak dilibatkan dalam pembuatan sumber media belajar.
Secara keseluruhan, rata-rata dari indikator dalam melibatkan peserta didik dalam pendayagunaan  sumber  belajar  media  berdasarkan  hasil  observasi  telah
terlaksana  sebesar  69,05  atau  dapat  dikategorikan  baik.  Hal  yang  perlu ditingkatkan yaitu melibatkan peserta didik dalam pendayagunaan sumber media
belajar, khususnya dalam proses pembuatan media belajar.
d Pelibatan Peserta Didik
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi keterlibatan peserta didik dalam proses  pembelajaran  adalah  guru.  Guru  harus  mampu  menciptakan  suasana
pembelajaran  yang  aktif,  yaitu  dengan  melibatkan  peserta  didik  dalam  belajar. Dalam  hal  ini,  terdapat  tiga  sub  indikator.  Sub  indikator  yang  pertama  adalah
menumbuhkan  partisipasi  aktif  peserta  didik  dalam  pembelajaran.  Hal  ini  dapat dilaksanakan dengan cara guru mendorong interaksi aktif, baik antara guru dengan
peserta  didik  maupun  peserta  didik  dengan  peserta  didik  yang  lainnya  misalnya melalui metode diskusi atau ekperimen. Hasil observasi menunjukkan bahwa dua
responden  telah  melaksanakan  dengan  sangat  baik,  empat  responden melaksanakan  dengan  baik,  sedangkan  satu  responden  melaksanakan  dengan
sedang. Dalam kegiatan  inti,  satu  responden ini  hanya sibuk  dengan kegiatannya sendiri,  sehingga  kurang  menjalin  interaksi  aktif  dengan  peserta  didik  dan  tidak
mendorong peserta didik untuk menyampaikan pendapat. Sub  indikator  yang  kedua  adalah  menunjukkan  sikap  terbuka  terhadap
respons  peserta  didik.  Ketika  guru  merespons  positif  terhadap  pertanyaan  yang diajukan  peserta  didik,  maka  dapat  menciptakan  rasa  senang  dan  rasa  dihargai
oleh  guru.  Dengan  terciptanya  perasaan  inilah,  diharapkan  peserta  didik  menjadi
124 lebih  nyaman  dalam  belajar  sehingga  tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai.  Hasil
observasi  menunjukkan  bahwa  satu  responden  melaksanakannya  dengan  sangat baik  sedangkan  enam  responden  lainnya  melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  hal
ini  masih  terdapat  beberapa  responden  yang  kurang  mengakui  keterbatasan peserta didik.
Sub indikator yang ketiga adalah menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik. Hasil observasi menunjukkan bahwa enam responden melaksanakan
dengan  sangat  baik  sedangkan  satu  responden  melaksanakan  dengan  baik.  Cara responden  dalam  menumbuhkan  keceriaan  dan  antusiasme  peserta  didik  dalam
pembelajaran adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang baik, dengan contoh  eksperimen  dan  diskusi.  Dalam  hal  ini,  masih  ada  satu  responden  yang
kurang  sesuai  dalam  menerapkan  strategi  pembelajaran  untuk  menumbuhkan antusiasme  peserta  didik.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  dari  indikator  pelibatan
peserta  didik  dalam  proses  pembelajaran  berdasarkan  hasil  observasi  telah terlaksana sebesar 84,52 atau dapat dikategorikan sangat baik.
e Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Menurut  Sanjaya  2006,  penilaian  merupakan  komponen  terakhir  dalam sistem  proses  pembelajaran.  Penilaian  dibagi  menjadi  dua,  yaitu  penilaian
terhadap  proses  dan  hasil  belajar.  Penilaian  terhadap  proses  dan  hasil  belajar peserta  didik  sangatlah  penting  dilaksanakan  dengan  tujuan  untuk  mengetahui
seberapa  jauh  kemampuan  peserta  didik  terhadap  materi  yang  sedang  dan  telah disampaikan. Selain itu, penilaian dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi guru
atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Dalam hal ini, terdapat dua sub indikator. Sub indikator yang pertama adalah memantau kemajuan belajar selama
125 proses.    Salah  satu  cara  untuk  mengidentifikasi  kemajuan  peserta  didik  selama
proses  belajar  yaitu  dengan  memberikan  pertanyaan  terkait  materi  yang  sedang dipelajari.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  empat  responden  telah
melaksanakannya  dengan  sangat  baik,  sedangkan  ketiga  responden  lainnya melaksanakan  dengan  baik.  Terdapat  responden  yang  hanya  meminta  peserta
didik  untuk  melaksanakan  praktikum  dan  tidak  menyediakan  pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan pelaksanaan praktikum, selain itu LKPD Lembar
Kerja  Peserta  Didik  pun  tidak  ada,  sehingga  kemajuan  proses  belajar  peserta didik sulit terdidentifikasi.
Sub  indikator  yang  kedua  adalah  melaksanakan  penilaian  akhir  sesuai dengan  tujuan  kompetensi.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  satu  responden
melaksanakan dengan sangat  baik,  satu  responden melaksanakan dengan sedang, dan  lima  responden  lainnya  tidak  melaksanakan  penilaian  akhir.  Kebanyakan
responden tidak melaksanakan penilaian akhir disebabkan karena  mereka kurang dapat mengorganisasikan waktu dengan baik, sehingga tidak ada kesempatan bagi
responden  melaksanakan  penilaian  akhir.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  dari indikator  penilaian  proses  dan  hasil  belajar  berdasarkan  hasil  observasi  telah
terlaksana  sebesar  64,29  atau  dapat  dikategorikan  baik.  Dalam  indikator  ini, diharapkan  responden  dapat  melakukan  penilaian  proses  maupun  penilaian  akhir
disetiap  proses  pembelajaran.  Hal  ini  dimaksudkan  supaya  responden  dapat mengetahui  tercapai  atau  tidaknya  tujuan  pembelajaran  pada  saat  itu.  Ketika
tujuan  pembelajaran  belum  dapat  dicapai  secara  optimal,  maka  responden  dapat mengganti  metode  pembelajaran  yang  memungkinkan  pembelajaran  berikutnya
dapat lebih baik dari sebelumnya.
126
f Penggunaan Bahasa
Penggunaan  bahasa,  baik  bahasa  lisan  maupun  tulisan  yang  baik  dan mudah  dipahami  akan  sangat  berpengaruh  terhadap  kemampuan  berpikir  peserta
didik.  Dalam  hal  ini  terdapat  dua  sub  indikator.  Sub  indikator  yang  pertama adalah  menggunakan  bahasa  lisan  dan  tulis  secara  jelas,  baik,  dan  benar.  Hasil
observasi  menunjukkan  bahwa  semua  responden  telah  melaksanakan  dengan sangat baik.
Sub indikator yang kedua adalah menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai.  Intonasi  suara,  gerak  tubuh,  dan  ekspresi  wajah  guru  yang  sesuai  dengan
pesan  yang  disampaikan  dapat  membuat  peserta  didik  bergairah  dalam  belajar sehingga proses pembelajaran tidak membosankan. Hasil observasi menunjukkan
bahwa  empat  responden  telah  melaksanakan  dengan  sangat  baik  dan  tiga responden  melaksanakan  dengan  baik.  Dalam  hal  ini,  terdapat  responden  yang
telah  menyampaikan  informasi  sesuai  dengan  ekspresi  wajah  dan  intonasi  suara yang  sesuai,  akan  tetapi  gerak  tubuh  terhadap  pesan  yang  disampaikan  kurang
sesuai.  Secara  keseluruhan,  rata-rata  dari  indikator  penggunaan  bahasa berdasarkan  hasil  observasi  telah  terlaksana  sebesar  94,64  atau  dapat
dikategorikan sangat baik. Secara  keseluruhan,  kegiatan  inti  yang  terdiri  dari  penguasaan  materi
pelajaran,  pendekatan  atau  strategi  pembelajaran,  pendayagunaan  sumber  belajar atau media, pelibatan peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran, penilaian
proses dan hasil belajar, dan penggunaan bahasa rata-rata sudah terlaksana sebesar 77,83 atau dapat dikategorikan baik.
127
3 Kegiatan Penutup
Kegiatan ketiga dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan penutup. Pada  kegiatan  penutup  ini  terdiri  dari  dua  indikator,  yaitu  tindakan  reflektif  dan
tindak  lanjut.  Pada  indikator  tindakan  reflektif,  guru  dapat  merangkum  atau membuat  garis-garis  besar  persoalan  yang  telah  dibahas,  sehingga  peserta  didik
mendapatkan  gambaran  yang  menyeluruh  dan  jelas  tentang  pokok-pokok persoalan  Sanjaya,  2006.  Hasil  observasi  menunjukkan  bahwa  dua  responden
melaksanakan tindakan reflektif dengan sedang, dan lima responden lainnya tidak melaksanakan  tindakan  reflektif.  Hal  ini  mungkin  disebabkan  karena  responden
tidak dapat mengorganisasikan waktu dengan baik, sehingga setelah kegiatan inti selesai  guru  tidak  sempat  melaksanakan  refleksi.  Berdasarkan  hasil  wawancara,
hal tersebut didukung oleh beberapa responden yang menyatakan bahwa tindakan reflektif kadang-kadang dilaksanakan jika masih ada waktu.
Pada  indikator  tindak  lanjut,  hasil  observasi  menunjukkan  bahwa    satu responden  melaksanakan  dengan  baik,  sedangkan  enam  responden  lainnya
melaksanakan dengan sedang. Rata-rata dari responden hanya memberikan tindak lanjut  kepada  peserta  didik  untuk  mengerjakan  tugas  atau  membuat  laporan
praktikum  tanpa  meminta  peserta  didik  mempelajari  materi  selanjutnya.  Padahal dengan  peserta  didik  mempelajari  materi  selanjutnya  dapat  menambah  kesiapan
belajar peserta didik dalam memahami materi pada pertemuan selanjutnya. Secara  keseluruhan,  kegiatan  penutup  yang  terdiri  dari  tindakan  reflektif
dan  tindak  lanjut,  rata-rata  dari  hasil  observasi  telah  terlaksana  sebesar  42,86 atau  dapat  dikategorikan  sedang.  Dalam  kegiatan  penutup,  responden  harus
128 melaksanakan  tindakan  reflektif  dan  meningkatkan  tindak  lanjut  supaya
pembelajaran selanjutnya dapat lebih laik. Berdasarkan  analisis  pelaksanaan  pembelajaran  yang  terdiri  dari  aspek
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dapat diketahui bahwa rata-rata  pelaksanaan  pembelajaran  yang  sudah  dilaksanakan  responden  adalah
sebesar  58,63  atau  dapat  dikategorikan  sedang.  Berdasarkan  hasil  analisis  di atas,  maka  kompetensi  pedagogik  guru  Kimia  yang  sudah  bersertifikasi  di  SMA
negeri  Se-Kota  Yogyakarta  dapat  ditentukan  dengan  cara  menghitung  rata-rata dari hasil kuesioner dan observasi 10 Aspek kompetensi pedagogik, dokumentasi
RPP,  serta  observasi  pelaksanaan  pembelajaran.  Hasil  yang  didapatkan  adalah sebesar 68,28 atau dapat dikategorikan baik.
129
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  dan  pembahasan  yang  telah  peneliti laksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Implementasi Kompetensi
pedagogik guru
Kimia dalam
pelaksanaan pembelajaran  di  SMA  Se-Kota  Yogyakarta  tahun  Ajaran  2016  2017  adalah
sebesar 68,28 atau berada dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil 10 aspek  Kompetensi  pedagogik  guru  Kimia  berdasarkan  Permendiknas  Nomor  16
tahun  2007  tentang  Standar  Kualifikasi  Akademik  dan  Kompetensi  guru  yang menunjukkan  hasil  sebesar  73,64  kategori  baik,  perancangan  pembelajaran
sebesar  72,58  kategori  baik,  dan  pelaksanaan  pembelajaran  sebesar  58,63 kategori sedang.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang direkomendasikan adalah: 1.
Bagi  Peneliti:  Hasil  penelitian  ini  dapat  digunakan  sebagai  pedoman  untuk dilaksanakannya  penelitian  selanjutnya  supaya  lebih  sempurna  dan  sebaiknya
dilaksanakan  penelitian  terkait  dengan  ketiga  kompetensi  guru  lainnya,  yaitu kompetensi profesional, kometensi sosial, dan kompetensi kepribadian.
2. Bagi Guru: Sebaiknya, guru selalu memperbaiki dan meningkatkan kompetensi
pedagogik dalam pelaksanaan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
130 3.
Bagi  Sekolah:  Hasil  penelitian  ini  dapat  memberikan  masukan  bagi  sekolah dalam  rangka  meningkatkan  kompetensi  pedagogik  guru  di  SMA  dalam
pelaksanaan pembelajaran.
131
DAFTAR PUSTAKA
Akhyak, Idrus, M.,  Bakar, Y. A. 2013. Implementation of Teacher Pedagogy Competence  to  Optimizing  Learners  Development  in  Public  Primary
School  in  Indonesia.  International  Journal  of  Education  and  Research, 19, 1-10.
Alawiyah, F. 2013. Dampak Implementasi Kurikulum 2013 terhadap Guru. Info Singkat, 519, 9-12.
A’maliyah,  N.  2015.  Analisis  Kompetensi  Pedagogik  Guru  Kelas  Dalam Pelaksanaan  Pembelajaran  di  SDMI  Jakarta  Barat.  Skripsi  S1.  Jakarta:
Jurdik  Guru  Madrasah  Ibtidaiyah  Fakultas  Ilmu  Tarbiyah  dan  Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arifin,  M.  1995.  Pengembangan  Program  Pengajaran  Bidang  Studi  Kimia. Surabaya: Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,  S.  2006.  Prosedur  Penelitian  Suatu  Pendekatan  Praktik.  Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Barakoska, A.    Panev, V. 2015. The Need of Strengthening The Pedagogical
Competencies  in  Teaching  from  The  English  Teacher’s  Perspective. International  Journal  of  Cognitive  Research  in  Science,  Engineering  and
Education, 3I, 43-50.
Copriady,  J.  2014.  Teachers  Competency  in  the  Teaching  and  Learning  of Chemistry Practical: Mediterranean Journal of Social Sciences, 58, 312-
318. Damay, D. 2012. Panduan Sukses Sertifikasi Guru. Yogyakarta: Araska.
Depdiknas.  2003.  Undang-Undang  RI  Nomor  20,  Tahun  2003,  tentang  Sistem
Pendidikan Nasional. Depdikbud.  2005.  Undang-Undang  RI  Nomor  14,  Tahun  2005,  tentang  Guru
dan Dosen. Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.
132 Emzir.  2010.  Metodologi  Penelitian  Kualitatif  Analisis  Data.  Jakarta:  Raja
Grafindo Persada. Febrians,  I.,  Muljono,  P.,    Susanto,  D.  2014.  Pedagogical  Competence-based
Training  Needs  Analysis  for  Natural  Science  Teacher.  Journal  of Education and Learning, 8 II, 144-151.
Ghony,  M.  D.    Almanshur,  F.  2012.  Metodologi  Penelitian  Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Goldberg, E. D. 2008. Kimia untuk Pemula. Jakarta: Erlangga.
Hindal,  H.,  Reid,  N.,    Whitehead  R.  2013.  High  Ability  and  Learner Characteristics. International Journal of Instruction, 6I, 59-76.
Hamalik,  O.  1989.  Teknik  Pengukuran  dan  Evaluasi  Pendidikan.  Bandung: Mandar Maju.
Ihsan, F. 2008. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kristianawati, A.  16 Oktober 2016.  Habitus Profesionalisme Guru.  Kedaulatan Rakyat, hlm.12.
Kunandar.  2011.  Guru  Profesional  Implementasi  Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan  KTSP  dan  Sukses  dalam  Sertifikasi  Guru.  Jakarta:  Rajawali
Pers. Leitch, R.  Day, C. 2000. Action Research and Reflective practice: towards a
holistic view. Educational Action Research, 8I, 179-193. Lucenario, J. L. S., Yangco, R.T., Punzalan, A.E.,  Espinosa, A. A. 2016.
Pedagogical Content Knowledge-Guided Lesson Study: Effects on Teacher Competence and Student’s Achievement in Chemistry. Education
Research International: Hindawi Publishing Corporation.
Majid, A. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Yang Profesional: Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Muslich, M. 2007. Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik. Jakarta :
Bumi Aksara.
133 Nazihil,  W.  A.  2016.  Analisis  Kompetensi  Pedagogik  Guru  Kimia  MAN  di
Kabupaten  Jepara.  Skripsi  S1.  Semarang:  Jurdik  Kimia  UIN  Walisongo Semarang.
Nasution. 2008. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara. Payong, M. R. 2011. Sertifikasi Profesi Guru. Jakarta: Indeks.
Peraturan Pemerintah PP RI Nomor 19, Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Permendiknas  Nomor  16,  Tahun  2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional  Permendiknas  RI  Nomor  41,  Tahun 2007,  tentang  Standar  Proses  untuk  Satuan  Pendidikan  Dasar  dan
Menengah. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud RI Nomor 81 A,
Tahun 2013, tentang Implementasi Kurikulum. Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Permendikbud  RI  Nomor  103,
Tahun  2014,  tentang  Pembelajaran  pada  Pendidikan  Dasar  dan Menengah Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran.
Peraturan  Menteri  Pendidikan  dan  Kebudayaan  Permendikbud  RI  Nomor  22, Tahun 2016, tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purba, M. 1994. Kimia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Rahmawati,  A.  2016.  Survei  Pemahaman  dan  Pelaksanaan  Kurikulum  2013 oleh  Guru  Kimia  Kelas  X  Sekolah  Menengah  Atas  di  Kabupaten  Kulon
Progo. Skripsi S1. Yogyakarta: Jurdik Kimia Universitas Yogyakarta. Rugaiyah  Sismiati, A. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Salirawati,  D.  2015.  Peningkatan  Kinerja  dan  Profesionalisme  Guru  melalui Peningkatan  Kompetensi  Pedagogik.  Makalah  disajikan  dalam  Seminar
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, di Kulon Progo. Sanjaya,  W.  2006.  Strategi  Pembelajaran  Berorientasi  Standar  Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sastrawijaya,  T.  1988.  Proses  Belajar  Mengajar  Kimia.  Jakarta:  Departemen
Pendidikan  dan  Kebudayaan  Direktorat  Jenderal  Pendidikan  Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.