ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA SE-KOTA

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Sri Rezeki Nilasari NIM. 13303241006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar”.


(6)

PERSEMBAHAN

Segala Puji Hanya Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam dan sholawat serta salam saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya skripsi ini dapat saya selesaikan.

Penelitian ini saya persembahkan untuk:

Kedua orangtua saya,

yang telah memberikan dukungan moril maupun materi

serta do’a yang tiada henti untuk keberhasilan saya. Untukmu bapak dan ibu

Terimakasih atas pengorbanan kalian, semoga dengan karunia ini, dapat menyelipkan senyum kebahagiaan dan menjadi penyejuk di hati.

Bapak dan Ibu Dosen

yang telah sabar dan ikhlas dalam memberikan ilmu dan nasehat-nasehat terbaik Terimakasih atas kebaikan yang telah diberikan, kebaikan bapak dan ibu dosen

akan selalu saya ingat, dan semoga Allah membalas kebaikan bapak dan ibu dosen.

Teman-teman Pendidikan Kimia A 2013

Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini,

Semoga kita selalu diberi kemudahan dalam mencapai masa depan yang lebih baik.

Buat saudara-saudariku Terimakasih atas dukungan dan do’anya.


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala Puji Hanya bagi Allah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga atas Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

“Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Se-Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017” dengan baik dan lancar.

Penulisan skripsi ini dapat dilaksanakan dengan baik atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA

UNY.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNY.

4. Bapak I. Made Sukarna, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa sabar dan ramah dalam memberikan bimbingan kepada penulis.

5. Bapak Prof. AK. Prodjosantoso, Ph.D. selaku Pembimbing Akademik dan Penguji Utama yang telah memberikan masukan dalam perbaikan skripsi ini. 6. Bapak Erfan Priyambodo, M.Si. selaku Penguji pendamping dan validator

instrumen dalam skripsi ini.

7. Dosen-dosen Jurdik Kimia yang selama ini telah membersamai dan memberikan ilmu kepada penulis.


(8)

Penulis menerima kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk perbaikan pendidikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Maret 2017 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB IIKAJIAN PUSTAKA ... 8


(10)

B. Penelitian yang Relevan ... 49

C. Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODE PENELITIAN... 53

A. Desain Penelitian ... 53

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 54

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 55

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 55

E. Teknik Pengumpulan Data ... 56

F. Instrumen penelitian ... 59

G. Teknik Analisis Data ... 64

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil Penelitian ... 66

B. Pembahasan ... 73

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Simpulan ... 129

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tugas dan Fungsi Guru ... 35

Tabel 2. Daftar Nama SMA Negeri di Kota Yogyakarta ... 47

Tabel 3. Daftar Nama Guru Kimia bersertifikasi di SMA Negeri Kota Yogyakarta ... 48

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Kuesioner terhadap 10 Aspek Kompetensi Pedagogik Guru Kimia ... 60

Tabel 5. Kisi-Kisi Lembar Observasi terhadap 10 Aspek Kompetensi Pedagogik Guru Kimia ... 61

Tabel 6. Kisi-Kisi Dokumentasi terhadap Perancangan Pembelajaran (RPP) ... 62

Tabel 7. Kisi-Kisi Lembar Observasi terhadap Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

Tabel 8. Kisi-Kisi Panduan Wawancara ... 63

Tabel 9. Pedoman Konversi Persentase Skor ... 64

Tabel 10. Persentase dan Kategori Hasil Kuesioner Kompetensi Pedagogik guru Kimia berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 ... 66

Tabel 11. Persentase dan Kategori Hasil Observasi Kompetensi Pedagogik Guru Kimia berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. ... 68

Tabel 12. Hasil Kuesioner dan Observasi Kompetensi Pedagogik Guru Kimia berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 ... 69

Tabel 13. Hasil analisis RPP (Perancangan Pembelajaran) ... 70

Tabel 14. Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 71


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Format RPP Kurikulum 2006 (Permendiknas No. 41 Tahun 2007) .. 23 Gambar 2. Format RPP Kurikulum 2013 (Permendikbud No. 22 Tahun 2016) . 23


(13)

(14)

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA DALAM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA SE-KOTA

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh: Sri Rezeki Nilasari

13303241006

Pembimbing: I Made Sukarna, M. Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru Kimia dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA Se-Kota Yogyakarta tahun ajaran 2016/ 2017. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2016 dan Januari 2017 di SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, dan SMA N 10 Yogyakarta.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survai. Adapun yang berperan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, peserta didik, dan guru Kimia SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, dan SMA N 10 Yogyakarta yang telah bersertifikasi. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan penyebaran kuesioner, observasi, dokumentasi, dan wawancara.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru Kimia dalam pelaksanaan pembelajaran memiliki kategori yang baik, yaitu dalam persentase sebesar 68,28%. Hasil tersebut dianalisis berdasarkan kuesioner dan observasi terhadap 10 Aspek Kompetensi pedagogik guru Kimia menurut ketentuan Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, termasuk perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pencapaian kualitas pedagogik guru Kimia dalam pelaksanaan pembelajaran didukung oleh kemampuan pedagogik guru Kimia secara utuh, yaitu bahwa hasil rata-rata dari kuesioner dan observasi 10 Aspek Kompetensi pedagogik guru Kimia mendapatkan kategori baik, yaitu sebesar 73,64%; perancangan pembelajaran dalam kategori baik, yaitu sebesar 72,58%; dan pelaksanaan pembelajaran dalam kategori sedang, yaitu sebesar 58,63%.


(15)

ANALYSIS OF THE CHEMISTRY TEACHER PEDAGOGICAL COMPETENCE WITHIN LEARNING IMPLEMENTATION IN SENIOR HIGH SCHOOL AT YOGYAKARTA CITY

LESSON YEAR 2016/ 2017.

By: Sri Rezeki Nilasari 13303241006

Adviser: I Made Sukarna, M. Si

ABSTRACT

This research is aimed to know chemistry teachers' pedagogical competence in learning implementation in senior high schools in Yogyakarta in the academic year 2016/2017. This research had been done on November 2016 and January 2017 in SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, and SMA N 10 Yogyakarta.

The research type is a survey research. Everybody who have roles in this research are the researcher, students, and the teachers of SMA N 3 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, and SMA N 10 Yogyakarta who have been certified. Techniques of data collection in this research are questionnaire, observation, documentation, and interview.

According to the research findings, it can be concluded that chemistry teachers' pedagogical competence in learning implementation has a good category in the percentage of 68.28%. The findings are analyzed based on questionnaire and observation toward the 10 aspects of chemistry teacher's pedagogical competence according to the regulation of Ministry of National Education numb. 16 year 2007 about Standard of Academic Qualification and Teacher Competition, including learning plan and implementation. The attainment of chemistry teachers' pedagogical competence in learning implementation is supported by the whole pedagogical capability of the chemistry teachers and has the average result from the questionnaire and observation of the 10 aspects of chemistry teacher's pedagogical competence that is 73.64%. The learning plan has a good category in 72.58% and the learning implementation is medium on 58.63%.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang terpenting dalam kehidupan, karena dengan pendidikan seseorang dapat memiliki pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia yang baik. Ketiga hal tersebut, dapat menjadi salah satu modal yang baik untuk tetap dapat mengikuti perkembangan zaman saat ini.

Dengan adanya guru, diharapkan seseorang mendapatkan pengetahuan yang luas, yaitu dapat mengenal dunia sekitar dan mengembangkan perspektif dalam memandang kehidupan. Pendidikan juga sangat penting bagi seseorang, karena dengan adanya pendidikan seseorang dapat memiliki kemampuan atau keahlian yang nantinya akan diperlukan dalam dunia kerja serta dapat membantu seseorang dalam mewujudkan tujuan karir. Selain kedua hal di atas, dengan adanya pendidikan diharapkan dapat menciptakan sumber daya manusia yang baik. Dalam dunia yang kompetitif dan bersaing, pendidikan adalah suatu jalan untuk dapat bersaing.

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas), Pasal 1 ayat (1), disebutkan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat bangsa dan negara”(Depdiknas, 2003. h: 1-2).

Sedangkan UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional, “…berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak


(17)

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”(Depdiknas, 2003. h: 3).

Akhyak, Idrus, dan Bakar (2013) mengatakan bahwa peran dan tanggung jawab guru dalam dunia pendidikan sangatlah besar. Berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan, sangatlah tergantung pada guru. Guru tidak hanya memberikan materi pelajaran saja, tetapi juga harus memberikan nilai-nilai moral dan spiritual sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang baik. Menurut Mulyasa (2006) dalam bukunya mengemukakan bahwa:

“Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar

terhadap keberhasilan pembelajaran di Sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru”(h. 35).

Pada saat ini, terdapat arus globalisasi yang berkembang sangat pesat. Adanya globalisasi ini akan berpengaruh pada suatu bangsa dan Negara, masyarakat bahkan individu dalam masyarakat. Pengaruh globalisasi yang ditimbulkan pada suatu bangsa terjadi di berbagai bidang, khususnya pendidikan. Di bidang pendidikan, globalisasi memiliki dampak yang besar bagi perubahan pendidikan sains (Lucenario, Yangco, Punzalan, & Espinosa, 2016). Perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada sistem pendidikan tetapi juga kurikulum yang diajarkan. Adanya perubahan struktur dan sistem pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu diiringi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghantarkan manusia pada masa yang berbeda dengan masa sebelumnya.


(18)

Hasil teknologi informasi yang ada saat ini, membuat khawatir seluruh masyarakat karena fasilitasnya yang memudahkan bagi pemakainya, tidak terlepas dari anak-anak untuk mengakses pornografi dan kekerasan yang menyebabkan gesekan nilai-nilai, norma, dan budaya. Munculnya masalah-masalah tersebut, menyebabkan tugas-tugas pendidikan yang di Sekolah semakin kompleks.

Dengan tugas dan tanggung jawab pendidikan yang kompleks ini, kurikulum sebagai alat pendidikan harus selalu diperbarui yaitu, disesuaikan dengan perubahan yang terjadi baik standar isi maupun standar prosesnya. Perubahan ini disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang berkembang sangat pesat, misalnya terciptanya Kurikulum 2013 sebagai hasil revisi atas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Alawiyah, 2013).

Alawiyah (2013) menyatakan bahwa pelaksanaan K-13 mengalami beberapa kendala, salah satunya adalah ketidaksiapan guru. Guru dituntut mengadakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Guru tidak memberi tahu tentang konsep kepada peserta didik tetapi peserta didik yang mencari tahu sendiri tentang konsep, misalnya konsep Kimia.

Pada umumnya, ilmu Kimia membahas tentang konsep-konsep yang bersifat abstrak. Sehingga diperlukan guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi. Guru Kimia harus memiliki kepekaan dan tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang setiap harinya semakin meningkat. Oleh karena itu, guru Kimia harus senantiasa belajar dalam berbagai hal secara terus-menerus supaya dapat mengikuti perkembangan yang terjadi, selalu berusaha untuk meningkatkan kualitasnya dan dapat menggunakan metode pembelajaran yang digunakan sesuai


(19)

dengan materi yang disampaikan, sehingga peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Dengan kata lain, dibutuhkan guru profesional, yaitu guru dengan kompetensi yang telah ditetapkan dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat guru, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru yang profesional diharapkan dapat meningkatkan martabat dan perannya sebagai agen pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan nasional.

Salah satu syarat yang harus dimiliki oleh guru profesional yaitu memiliki sertifikat pendidik melalui sertifikasi (Damay, 2012). Sertifikat guru diberikan kepada guru yang yang telah memenuhi 4 kompetensi guru (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, sosial) (Muslich, 2007).

Kompetensi pedagogik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru dalam program sertifikasi guru. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 Ayat 3 Butir a disebutkan bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.


(20)

Proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan sebaiknya guru memiliki kompetensi pedagogik. Akan tetapi, nilai UKG (Uji Kompetensi Guru) pada Tahun 2015 menunjukkan bahwa 70% guru yang berlabel profesional mendapatkan nilai di bawah angka 60 (Kristianawati, 14 Oktober, 2016). Selain itu, kompetensi pedagogik guru di Indonesia berada dalam kategori rendah (Febrians, Muljono, & Susanto, 2014).

Terkait dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap guru bersertifikasi dalam mengimplementasikan kompetensi pedagogik yang telah dimiliki di lapangan. Peneliti ingin mengetahui apakah guru yang telah bersertifikat mampu menjamin dirinya profesional terutama dalam kompetensi pedagogiknya atau tidak. Sehingga, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul”Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia dalam Pelaksanaan Pembelajaran di SMA se-Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Guru dituntut menguasai ke-empat kompetensi guru yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

2. Kurikulum 2013 menuntut guru menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.

3. Guru dituntut untuk tidak hanya memberikan materi pelajaran saja, tetapi juga harus memberikan nilai-nilai moral dan spiritual sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang baik.


(21)

4. Terdapatnya dampak negatif dari arus globalisasi dalam bidang pendidikan. 5. Guru belum siap melaksanakan K-13 di Sekolah.

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang akan dibahas, untuk lebih mudah dan lebih terarah, maka peneliti membatasi permasalahan pada analisis kompetensi pedagogik untuk guru-guru Kimia SMA yang sudah bersertifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran, termasuk perancangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang ada di SMA Negeri di Kota Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu: bagaimana kompetensi pedagogik guru Kimia dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA se-Kota Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik guru Kimia dalam pelaksanaan pembelajaran di SMA se-Kota Yogyakarta.

F. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka tentang Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia di SMA.


(22)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi guru-guru Kimia tingkat SMA dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru sehingga dengan meningkatnya kompetensi pedagogik guru diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori 1. Kompetensi Guru

Guru profesional sangatlah penting bagi proses pendidikan. Salah satu ciri dari guru profesional, yaitu dalam melaksanakan tugas kependidikannya guru tersebut memiliki kompetensi. Menurut Awang, Jindal-Snape dan Barber dalam Copriady (2014), kompetensi guru dalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan sebuah sesi pengajaran. Kompetensi adalah suatu hal yang memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang, baik dipandang dari segi kualitatif maupun kuantitatifnya (Usman dalam Kunandar, 2011).

Sementara itu, Piet dan Sahertian (dalam Kunandar, 2011) mengatakan bahwa kompetensi adalah suatu kemampuan yang didapatkan melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, maupun performen. Lain halnya dengan Mulyasa (2009), kompetensi merupakan perangkat perilaku efektif yang berkaitan dengan eksplorasi dan investigasi, menganalisis dan memikirkan, memberikan perhatian, dan mempersepsi untuk mengarahkan seseorang menemukan cara-cara dalam mencapai tujuan yang efektif dan efisien.

Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 2005, guru profesional memiliki tugas utama, yaitu untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dari pendidikan anak usia dini sampai pendidikan menengah. Dalam menjalankan tugas utama tersebut, seorang guru haruslah memiliki kompetensi. Menurut Kunandar (2011), kompetensi guru


(24)

merupakan kemampuan yang harus dikuasai dalam diri seorang guru dengan tujuan guru tersebut dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.

Lain halnya menurut Mulyasa (2009), kompetensi guru merupakan suatu gabungan dari berbagai kemampuan, diantaranya yaitu personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang akan membentuk kompetensi standar guru, yang mencakup penguasaan terhadap materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi, dan profesionalisme. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya. Semakin baik guru dalam menjalankan tugas-tugas kependidikannya, maka guru tersebut akan semakin profesional.

a. Aspek-Aspek Kompetensi Guru

Menurut Sanjaya (2006) ada beberapa aspek dalam kompetensi, yaitu sebagai berikut.

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan dalam bidang kognitif. Dalam hal ini, guru mengetahui teknik-teknik dalam mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

2) Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam hal ini, guru tidak hanya mengetahui tentang teknik mengidentifikasi peserta didik, tetapi juga memahami langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam proses mengidentifikasi tersebut.

3) Kemahiran (skill), yaitu kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktik tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya,


(25)

guru memiliki kemahiran dalam menggunakkan media dan sumber pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas dan kemahiran guru dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

4) Nilai (value), yaitu norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai ini akan menuntun setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya, antara lain: kejujuran, nilai kesederhanaan, nilai keterbukaan, dan lain-lain.

5) Sikap (attitude), yaitu pandangan individu terhadap sesuatu. Misalnya sikap senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan lain-lain. Sikap berkaitan dengan nilai yang dimiliki oleh individu.

6) Minat (interest), yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan. Minat adalah aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang dalam melakukan aktivitas tertentu. Dari keenam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi diatas, mencakup empat bidang kompetensi yang pokok bagi seorang guru. Keempat kompetensi guru tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempatnya harus sepenuhnya dikuasai oleh guru. Guru yang mempunyai kompetensi pedagogik akan dapat mengelola pembelajaran yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Macam-Macam Kompetensi Guru

Berdasarkan UU RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan, yaitu pada pasal 28 ayat 3 yang


(26)

menjelaskan keempat kompetensi guru yang telah disebutkan diatas antara lain, yaitu :

1) Kompetensi Pedagogik: Dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dijelaskan pada pasal 28 ayat 3 butir a, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian: Dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dijelaskan pada pasal 28 ayat 3 butir b, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi profesional: Dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dijelaskan pada pasal 28 ayat 3 butir c, kompetensi profesional adalah kemampuan dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam sehingga guru dapat membimbing peserta didik seseuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

4) Kompetensi sosial: Dalam Standar Nasional Pendidikan, yang dijelaskan pada pasal 28 ayat 3 butir d, kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif baik dengan peserta didik, sesama guru, tenaga kependidikan, orangtua/ wali dari peserta didik, dan masyarakat di sekitar.


(27)

c. Kompetensi Pedagogik Guru

Secara etimologis, kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedos

dan agogos (paedos = anak dan agoge = mengantar atau membimbing). Oleh karena itu, pedagogi memiliki arti yaitu membimbing anak (Payong, 2011). Lain halnya dengan Ihsan (2008), yang mengatakan bahwa pedagogik atau ilmu pendidikan adalah menyelidiki, merenungkan tentang suatu gejala perbuatan

mendidik. Istilah tersebut berasal dari “Pedagogia” (Yunani) yang memiliki arti pergaulan dengan anak-anak, sedangkan yang sering digunakan istilah pedagogos adalah seorang pelayan yang memiliki pekerjaan mengantar anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Istilah tersebut kemudian berubah menjadi pekerjaan mulia, yaitu seseorang yang memiliki tugas membimbing anak di dalam pertumbuhannya menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pedagogik adalah suatu ilmu pendidikan yang berkaitan dengan tugas membimbing anak menjadi pribadi yang lebih mandiri dan bertanggung jawab.

Berdasarkan PP RI Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.


(28)

2. Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik Guru

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, di dalamnya terdapat beberapa aspek yang merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, antara lain:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Guru dapat memahami karakteristik peserta didik dengan cara melaksanakan pendekatan tertentu dengan peserta didik secara individual untuk menciptakan keakraban.

Menurut Mulyasa (2009), “pemahaman peserta didik merupakan salah satu

kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru” (h. 79). Sedikitnya terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, kondisi fisik, dan perkembangan kognitif.

1) Tingkat kecerdasan

Menurut Mulyasa (2009), seseorang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Till menjelaskan bahwa terdapat beberapa golongan IQ, antara lain: a) Golongan terendah

Golongan terendah dimiliki oleh peserta didik yang memiliki IQ 0-50. Mereka yang memiliki IQ 0-20 atau 25 tergolong tidak dapat didik maupun dilatih, mereka yang memiliki IQ antara 25-50 dapat dididik untuk menyelesaikan kegiatan rutin yang bersifat sederhana, misalnya terkait dengan kebutuhan jasmani, sedangkan peserta didik yang memiliki IQ antara 50-70 dikenal


(29)

dengan golongan moron atau sering disebut dengan istilah idiot dan peserta didik yang memiliki IQ antara 70-90 disebut dengan anak lambat atau sering dikenal dengan istilah bodoh.

b) Golongan menengah

Golongan ini dimiliki oleh peserta didik yang memiliki IQ 90-110. Pada golongan ini, peserta didik dapat belajar secara normal.

c) Golongan diatas rata-rata

Golongan ini dimiliki oleh peserta didik yang memiliki IQ 110-130. Pada golongan ini, peserta didik memiliki kemampuan berpikir secara cepat dan superior.

d) Golongan Genius

Golongan ini dimiliki oleh peserta didik yang memiliki IQ diatas 140. Pada golongan ini, peserta didik memiliki kemampuan belajar yang lebih cepat dari golongan-golongan yang lainnya.

Lingkungan dan proses pendidikan di Sekolah yang dapat memberikan sebuah pengalaman, sangatlah mempengaruhi perkembangan intelegensi peserta didik. Hal ini dikarenakan bahwa lingkungan merupakan suatu sumber belajar bagi seseorang dimana semakin luas lingkungan seseorang, maka tingkat intelegensi orang tersebut juga akan semakin baik. Selain itu, peranan pengalaman dari Sekolah juga dapat memberikan peningkatan intelegensi secara positif.

2) Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menciptakan dan melakukan sesuatu hal yang baru. Kemampuan ini dapat dikembangkan dengan cara menciptakan proses pembelajaran yang dapat


(30)

mengembangkan kreativitas peserta didik. Gibbs (2009), mengungkapkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan melalui tindakan-tindakan berikut ini :

a) Dikembangkan rasa percaya, dan tidak ada perasaan takut.

b) Diberikan kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah. c) Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar.

d) Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.

e) Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.

3) Kondisi fisik

Kondisi fisik berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, kemampuan bicara, pincang (kaki) dan lumpuh karena kerusakan otak. Seorang guru harus memberikan pelayanan yang berbeda terhadap peserta didik yang memiliki kelainan fisik dengan tujuan membantu perkembangan pribadi mereka. Misalnya, seorang guru harus memiliki tingkat kesabaran yang lebih tinggi namun dilakukan secara wajar supaya tidak menimbulkan kesan yang bersifat negatif. Perbedaan dalam memberikan layanan kepada peserta didik yang memiliki kelainan fisik, ketika mereka bergabung dengan peserta didik yang normal dapat dilakukan, antara lain dalam bentuk jenis media pendidikan yang digunakan, dan membantu serta mengatur posisi duduk.

4) Pertumbuhan dan perkembangan kognitif

Piaget menyatakan bahwa terdapat empat tahap pokok perkembangan mental, yaitu sebagai berikut:


(31)

Pada tahap ini, dalam operasi-operasi reflek anak mengalami kemajuan dan anak belum memiliki kemampuan dalam hal membedakkan sesuatu yang terdapat di lingkungan sekitarnya hingga ke aktivitas sensomotorik yang bersifat komplek. Hal ini menyebabkan terjadinya formulasi yang baru terhadap organisasi pola-pola lingkungan. Selain itu, individu juga menyadari bahwa benda-benda yang terdapat di lingkungan sekitarnya memiliki keberadaan, dapat ditemukan kembali dan mulai memiliki kemampuan dalam membuat hubungan-hubungan yang bersifat sederhana antara benda-benda yang memiliki persamaan.

b) Tahap praoperasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak sudah mulai memiliki kemampuan belajar tentang konsep-konsep yang lebih kompleks. Dengan pemberian suatu contoh yang bersifat nyata atau familiar (telah dikenal), seorang anak dapat mendefinisikan konsep itu.

c) Tahap operasi nyata (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mendapatkan kemudahan dalam memanipulasi data. Operasi nyata ini dapat terjadi ketika terdapatnya obyek-obyek nyata atau tersusunnya pengalaman masa lalu yang bersifat aktual.

d) Tahap operasi formal (usia 11 dan seterusnya)

Tahap ini ditandai oleh perkembangan berpikir formal dan abstrak dari berbagai kegiatan. Individu memliki kemampuan dalam menganalisis ide-ide dan mampu berpikir secara logis tentang data yang bersifat abstrak. Selain itu, individu juga memiliki kemampuan dalam menyusun hipotesis dan mencari


(32)

dampak dari hipotesis tersebut serta dapat menyusun teori-teori tanpa memiliki pengalaman langsung, individu dapat menyusun sebuah teori.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

Menurut Siregar dan Nara (2011), teori belajar merupakan hubungan antara kegiatan peserta didik dengan proses-proses psikologis dalam diri peserta didik. Lain halnya menurut Sugihartono et al (2013), teori belajar merupakan seperangkat pernyataan umum yang bertujuan untuk menjelaskan fakta tentang belajar. Tugas utama sebagai guru adalah untuk mempengaruhi peserta didik supaya dapat belajar (Payong, 2011). Oleh karena itu, guru harus menguasai teori-teori belajar dengan baik kemudian mampu mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran melalui model-model pembelajaran tertentu.

Secara umum ada tiga teori belajar yang masih berpengaruh sampai saat ini yakni teori-teori behaviorisme, teori-teori kognitivisme, dan teori-teori humanistik-kontruktivis. Ketiga teori ini meletakkan dasar bagi berbagai model pembelajaran yang ada saat ini (Payong, 2011). Teori behaviorisme merupakan teori awal dalam pembelajaran yang menekankan pada pentingnya rangsangan yang berasal dari luar untuk mempengaruhi peserta didik belajar, dengan asumsi guru sebagai pusat dan peserta didik sebagai pelengkap dalam belajar, sedangkan menurut Siregar dan Nara (2011), teori belajar behavioristik atau aliran tingkah laku, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku akibat terjadinya interaksi antara stimulus dengan respons.

Menurut Payong (2011), teori-teori kognitif menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses pengolahan informasi yang sifatnya tidak dapat diamati, sedangkan menurut Siregar dan Nara (2011), teori kognitivistik merupakan suatu


(33)

teori yang lebih menekankan pada proses belajar daripada hasil belajar. Dalam teori ini ilmu pengetahuan sebagai hasil dari proses belajar, tumbuh melalui adanya interaksi seseorang dengan lingkungan secara berkesinambungan.

Menurut Payong (2011), teori humanistik-kontruktivis merupakan teori yang menyatakan bahwa peserta didik merupakan subjek yang aktif dalam menciptakan pengetahuannya sendiri, yaitu berdasarkan pengalaman-pengalamannya dengan lingkungan. Lain halnya menurut Siregar dan Nara (2011), teori belajar humanistik merupakan suatu teori belajar yang bersifat elektrik, yaitu berbagai teori yang dapat dimanfaatkan dengan tujuan untuk memanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri), sedangkan teori kontruktivistik memahami belajar sebagai kontruksi pengetahuan dari orang yang sedang belajar.

Selain menguasai teori-teori belajar dan pembelajaran, guru juga harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Menurut Joni (dalam Payong, 2011), menyatakan bahwa pembelajaran yang mendidik adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik dalam pembentukan kecerdasan, mendapatkan pengetahuan dan keterampilan. Apabila prinsip pembelajaran ini diterapkan dalam proses pengembangan dan pelaksanaan pembelajaran, maka akan diperoleh kualitas pembelajaran yang optimal, yaitu dengan meletakkan dasar-dasar teori untuk membangun sistem instruksional yang memiliki kualitas tinggi (Siregar & Nara, 2011).


(34)

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.

Menurut Taba (dalam Nasution, 2008), kurikulum merupakan suatu strategi yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik supaya menjadi anggota yang produktif dalam pembelajaran. Selanjutnya ditegaskan lagi oleh Nasution (2008) bahwa kurikulum merupakan segala sesuatu yang direncanakan yang berfungsi sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi, kurikulum merupakan suatu strategi yang direncanakan dengan tujuan supaya peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.

Menurut Payong (2011), guru tidak hanya berperan sebagai pelaksana kurikulum akan tetapi berperan juga sebagai pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru diberi kesempatan untuk mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menurut Yulaelawati (dalam Majid 2006), silabus merupakan seperangkat rencana, pengorganisasian pelaksanaan dan penilaian pembelajaran yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan untuk mencapai penguasaan Kompetensi Dasar, sedangkan RPP merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung dengan salah satu manfaatnya yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan (Majid, 2006). Silabus dan RPP ini dapat dikembangkan secara mandiri, baik secara individu maupun kelompok dalam suatu Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) (Payong, 2011).


(35)

Salah satu ciri dari guru yang profesional, yaitu dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pada KTSP, tugas guru adalah mengembangkan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke dalam silabus dan RPP, mengembangkan bahan ajar dan perangkat pembelajaran lainnya sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal (Payong, 2011), sedangkan pada Kurikulum 2013 (K-13) yaitu berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013, seorang guru menyusun RPP harus memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar. Menurut Salirawati (2015), peran guru dalam hal ini sangatlah penting, mengingat seberapa bagusnya kurikulum disusun dan dikembangkan oleh pemerintah, akan tetapi implementasi keberhasilannya sangat tergantung oleh guru yang akan menjabarkan secara operasional di kelas.

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

Menurut Payong (2011), pembelajaran yang mendidik merupakan suatu pembelajaran yang tidak hanya mentransfer pengetahuan dan keterampilan saja, akan tetapi dapat memberikan motivasi kepada peserta didik supaya dapat belajar. Lain halnya menurut Freire (dalam Mulyasa, 2009), pembelajaran yang mendidik adalah suatu respon terhadap praktik pendidikan yang bersifat anti realistis kemudian diarahkan pada proses menghadapi masalah.

Menurut Hindal, Reid, dan Whitehead (2013), sebaiknya guru tidak hanya meminta peserta didik untuk menghafal karena kegiatan menghafal ini dapat menghilangkan cara berpikir kritis dan kreatif. Menurut Mulyasa (2009), salah


(36)

satu kompetensi pedagogik yang penting untuk dimiliki oleh seorang guru, yaitu perancangan pembelajaran yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yaitu:

1) Identifikasi kebutuhan

Kebutuhan merupakan suatu keadaan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pada tahap ini, guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan, dan merumuskan kebutuhan belajar seperti sumber buku yang dipakai serta hambatan yang mungkin terjadi dalam proses pembelajaran dengan tujuan kebutuhan belajar dapat terpenuhi. Pelibatan terhadap peserta didik ini, disesuaikan dengan tingkat kematangan dan kompetensi peserta didik. Selain itu, identifikasi kebutuhan ini dimungkinkan hanya dapat dilakukan pada kelas-kelas tertentu.

2) Identifikasi kompetensi

Kompetensi merupakan komponen utama dalam pembelajaran yang harus dirumuskan karena akan menentukan arah pembelajaran yang akan dicapai. Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki oleh peserta didik, perlu dinyatakan sedemikian rupa supaya menghasilkan nilai sebagai wujud hasil belajar yang mengacu pada pengalaman langsung.

3) Penyusunan program pembelajaran

Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP ini merupakan produk dari program pembelajaran jangka pendek, yang mencakup komponen dari program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan dari program tersebut. Komponen program ini mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber


(37)

belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Menurut Majid (2006), perencanaan pembelajaran memiliki peranan penting yaitu untuk membantu guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik untuk melayani kebutuhan belajar anak didinya. Dengan demikian, diharapkan pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Format RPP berdasarkan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

Pada saat ini, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang sangat pesat. TIK memiliki peranan yang penting dalam menentukan kualitas kehidupan manusia, khususnya di bidang pendidikan. Penelitian Barak dan Dori yang dikutip oleh Lucenario et al (2016), belajar Kimia yang berbasis TIK dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami pembelajaran Kimia, khususnya konsep Kimia, teori, dan struktur molekul.

Menurut Payong (2011), dengan semakin meluasnya peran TIK ini maka para guru juga dituntut untuk melek TIK dalam pembelajaran. Guru harus dapat memanfaatkannya untuk memudahkan pembelajaran atau mengemas pesan-pesan pembelajaran yang menarik, sehingga minat dan motivasi peserta didik dapat tergugah.

Menurut Mulyasa (2009), penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e-learning) bertujuan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan


(38)

Gambar 1.

Format RPP Kurikulum 2006 (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

A. Identitas Sekolah

B. Identitas Mata Pelajaran

C. Kelas/ Semester

D. Materi Pokok

E. Alokasi Waktu

F. Tujuan Pembelajaran

G. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi H. Materi Pembelajaran

I. Metode Pembelajaran J. Media Pembelajaran K. Sumber Belajar

L. Langkah-Langkah Pembelajaran M. Penilaian Hasil Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

A. Identitas Mata Pelajaran B. Standar Kompetensi C. Kompetensi Dasar

D. Indikator Pencapaian Kompetensi E. Tujuan Pembelajaran

F. Materi Ajar G. Alokasi Waktu H. Metode Pembelajaran I. Kegiatan Pembelajaran J. Penilaian Hasil Belajar K. Sumber Belajar

Gambar 2.


(39)

dalam menggunakkan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer sehingga dapat diakses oleh peserta didik. Oleh Karena itu, sebaiknya guru maupun calon guru diberikan pembekalan yang berkaitan dengan kompetensi dalam penggunaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Menurut Payong (2011), peserta didik memiliki berbagai bakat dan minat yang bervariasi, oleh karena itu guru harus mampu menciptakan kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan, bakat, dan minat peserta didik secara optimal misalnya dengan kegiatan ekstrakurikuler sedangkan menurut Mulyasa (2009), guru dapat melakukan pengembangan peserta didik melalui berbagai cara, antara lain:

1) Kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan suatu kegiatan tambahan yang terdapat di lembaga pendidikan. Kegiatan ini dilaksanakan di luar jam Sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler memiliki banyak jenis dan kegiatan, antara lain paduan suara, paskibra, pramuka, olahraga, kesenian, panjat tebing, pecinta alam dan kegiatan lainnya yang dikembangkan oleh setiap lembaga pendidikan sesuai dengan kondisi Sekolah dan lingkungan masing-masing. Walaupun kegiatan ini bersifat ekstra, akan tetapi banyak peserta didik yang berhasil dalam mengembangkan bakatnya dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.


(40)

2) Pengayaan dan remedial

Program ini digunakan sebagai bahan tindak lanjut dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dalam hal ini, guru harus mengidentifikasi materi yang perlu dilakukan pengulangan, peserta didik yang wajib mengikuti baik remedial maupun pengayaan.Sekolah perlu memberikan perlakuan yang khusus terhadap peserta didik terkait kecepatan dalam belajarnya. Peserta didik yang masih mendapatkan kesulitan dalam belajar perlu diberikan program remedial, sedangkan peserta didik yang memiliki kecepatan dalam belajar yang baik perlu diberikan program pengayaan. Kedua program tersebut dapat digunakan untuk mengetahui dan memahami kemajuan belajar dari masing-masing peserta didik.

3) Bimbingan dan konseling pendidikan

Sekolah berkewajiban memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik. Bimbingan dan Konseling (BK) yang diberikan kepada peserta didik tidak hanya diberikan oleh guru BK saja, akan tetapi dapat diberikan oleh guru mata pelajaran dengan syarat memenuhi kriteria pelayanan bimbingan dan karier. Oleh karena itu, guru mata pelajaran dan wali kelas harus selalu berkoordinasi secara berkesinambungan dengan guru BK.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu bentuk komunikasi antara individu-individu tertentu, sehingga terjadi pertukaran pesan (informasi, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan lain-lain). Guru dalam menyampaikan pesan-pesan pembelajaran harus dapat berkomunikasi secara


(41)

efektif, empatik, dan santun dengan tujuan supaya peserta didik mendapatkan kemudahan dalam menerima pesan tersebut (Payong, 2011).

Menurut Payong (2011), berkomunikasi secara efektif merupakan suatu bentuk interaksi yang bermakna sehingga memunculkan sikap saling pengertian dan memahami antara guru dengan peserta didik, yang akan bermuara pada tersampaikannya pesan-pesan pembelajaran dengan baik. Komunikasi secara empatik adalah bentuk komunikasi yang diiringi dengan sikap saling mengalami isi hati, maksud, dan tujuan dari masing-masing pihak, sedangkan komunikasi yang santun dalam pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi edukatif antara guru dengan peserta didik dengan menggunakan suatu pendekatan-pendekatan tertentu.

Pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik kepada guru dalam proses pembelajaran, sebaiknya didengarkan, kemudian direspon dengan baik oleh guru. Hal ini dapat digunakan sebagai pendekatan emosional antara guru dengan peserta didik dan dapat terciptanya sikap saling menghargai.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

Menurut Arikunto (2012), penilaian merupakan suatu pengambilan keputusan terhadap sesuatu, yaitu dengan ukuran baik atau buruk yang bersifat kualitatif. Lain halnya menurut Sudjana (1989), penilaian merupakan suatu proses pemberian atau penentuan nilai terhadap objek berdasarkan kriteria tertentu yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tercapainya tujuan instruksional, sedangkan evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data dengan tujuan untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana sebuah tujuan pendidikan dapat tercapai (Tyler dalam Arikunto, 2012), sedangkan menurut


(42)

Sudjana (1989), evaluasi merupakan suatu pemberian keputusan terhadap suatu nilai berdasarkan tujuan, gagasan, cara bekerja, metode, materi, dan lain-lain. Lain halnya dengan Hamalik (1989), evaluasi ini berkaitan dengan proses pengelolaan dan penafsiran yang diantara keduanya terjadi proses mempertimbangkan nilai. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan suatu pemberian keputusan terhadap objek tertentu dengan suatu ukuran yang bersifat kualitatif untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan instruksional, sedangkan evaluasi merupakan suatu bentuk penafsiran terhadap suatu nilai untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan.

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan dasar dan Menengah, penilaian proses pembelajaran merupakan suatu pendekatan penilaian otentik untuk menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh. Lain halnya menurut Sudjana (1989), penilaian proses belajar merupakan upaya pemberian nilai kepada peserta didik dan guru terhadap hasil-hasil belajar yang telah dicapainya, sedangkan penilaian hasil belajar merupakan suatu proses pemberian nilai kepada peserta didik atas tercapainya hasil-hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu.

Menurut Payong (2011), menilai proses dan hasil pembelajaran merupakan salah satu tugas utama seorang guru. Dalam mengukur kemajuan belajar dan hasil belajar peserta didik secara komprehensif, guru harus dapat mengembangkan alat penilaian yang tepat dan sahih.

Penilaian proses harus dilakukan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk membantu guru dalam melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal. Selain itu, penilaian tersebut juga


(43)

dapat membantu peserta didik dalam memperbaiki maupun meningkatkan kinerjanya dalam belajar. Di sisi lain, penilaian ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja belajarnya. Penilaian proses berkaitan dengan pencapaian-pencapaian sementara peserta didik selama pembelajaran, keterlibatan, motivasi, minat, dan antusiasme peserta didik dalam pembelajaran. Penilaian harus dilakukan secara adil, transparan, komprehensif, imparsial, dan akuntabel dengan menggunakan alat dan teknik penilaian yang valid dan reliabel.

Sementara itu, penilaian hasil bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dari suatu standar kompetensi dan kompetensi dasar di akhir suatu pembelajaran tertentu. Hasil-hasil penilaian ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan perbaikan, mendiagnosa kesulitan belajar peserta didik, dan dapat menjadi bahan refleksi baik bagi guru maupun Sekolah dalam meningkatkan kinerja pelayanan mereka.

Dalam melaksanakan penilaian yang baik, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

1) Sebaiknya, penilaian dilakukan secara objektif yaitu menilai apa yang seharusnya dinilai dan terfokuskan pada kompetensi atau tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

2) Sebaiknya, penilaian dilakukan secara komprehensif yaitu mencakup semua aspek kompetensi peserta didik (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

3) Sebaiknya, penilaian menggunakan instrumen yang tepat dengan memperhatikan validitas dan reliabilitasnya.


(44)

4) Sebaiknya, penilaian bersifat mendidik yaitu dapat menjadi alat motivasi belajar bagi peserta didik. Artinya melalui hasil penilaian yang didapat, peserta didik dapat tertantang untuk melakukan refleksi dan perbaikan dalam belajar. 5) Sebaiknya, penilaian memperhatikan perkembangan peserta didik dari waktu

ke waktu dan dilakukan secara berkesinambungan.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

Menurut Suryosubroto (1990), evaluasi hasil belajar berguna untuk mendapatkan umpan balik bagi guru terkait dengan keberhasilan guru dalam mencapai tujuan instruksional (pembelajaran), sehingga guru dapat mengetahui langkah kedepannya untuk memperbaiki kegiatan belajarnya atau tidak. Lain halnya, dengan Mulyasa (2009), evaluasi hasil belajar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan tingkah laku dan pembentukan kompetensi dari peserta didik. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1) Penilaian kelas

Penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara, antara lain : ulangan harian, ulangan umum, dan ujian akhir.

2) Tes kemampuan dasar

Tes kemampuan dasar dapat dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan dalam rangka memperbaiki program pembelajaran.


(45)

3) Penilaian Akhir Satuan Pendidikan dan Sertifikasi

Setiap akhir semester dan tahun pelajaran dilaksanakan kegiatan penilaian dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran komprehensif terkait dengan ketuntasan belajar peserta didik dalam satuan waktu tertentu.

4) Benchmarking

Benchmarking merupakan suatu standar untuk mengukur kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil dengan tujuan untuk mencapai keunggulan yang memuaskan.

5) Penilaian Program

Penilaian program dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan secara berkesinambungan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum dengan dasar, fungsi, tujuan pendidikan nasional, tuntutan kemajuan masyarakat, dan zaman.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Melakukan tindakan reflektif kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu ciri dari tugas guru yang profesional. Menurut Bloud (dalam Payong, 2011) sebagaimana yang dikutip oleh Jones, Jenkin, dan Lord, refleksi merupakan salah satu bagian dari proses belajar dan merupakan suatu istilah yang bersifat umum bagi kegiatan intelektual yang efektif, dimana individu-individu yang terlibat berusaha untuk menyelidiki pengalamannya dengan tujuan untuk membantu pemahaman dan apresiasi baru terhadap sesuatu hal tertentu.

Menurut Leitch dan Day (2000), tujuan dari tindakan reflektif adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru dalam melaksanakan


(46)

pembelajaran. Dengan demikian, tindakan-tindakan refleksi dapat diartikan sebagai proses belajar yang merupakan bagian dari proses pengembangan profesionalisme berkelanjutan. Menurut Schon yang dikutip Day (dalam Payong, 2011), guru sebagai praktisi reflektif dapat melakukan tiga bentuk refleksi.

1) Refleksi dalam tindakan (reflection-in-action) berkaitan dengan proses pembuatan keputusan. Refleksi ini dilakukan ketika guru terlibat dalam pembelajaran secara aktif. Proses ini biasanya terjadi secara spontan yang dilakukan pada saat guru secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

2) Refleksi atas tindakan (reflection-on-action) merupakan suatu bentuk refleksi yang dilakukan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru mempertimbangkan terlebih dahulu alasan menerapkan metode atau pendekatan tertentu sesuai dengan konteks pembelajarannya. Kemudian, setelah guru melaksanakan pembelajaran guru melakukan refleksi ulang untuk melihat efektivitas dari penggunaan metode yang telah diterapkan. Dalam refleksi ini, guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan secara analitis dan sistematis.

3) Refleksi tentang tindakan (reflection-about-action) merupakan suatu bentuk refleksi yang bersifat relatif komprehensif, yaitu dengan menggunakan sudut pandang yang lebih dalam, luas, dan kritis terhadap praktik pembelajaran yaitu dengan mengkajinya dari berbagai aspek. Bentuk refleksi ini dapat dilakukan dengan cara mencatat pengalaman-pengalaman belajar sesuai dengan materi yang dipelajari secara teratur. Catatan ini dapat berupa kejadian atau pengalaman unik yang telah dialami oleh guru maupun peserta didik di dalam proses pembelajaran.


(47)

3. Guru

a. Pengertian Guru

Guru merupakan mediator dari pengetahuan dan menjadi kunci yang menyadari reformasi dan proses pengajaran (Barakoska & Panev, 2015). Pendidik merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, ataupun sebutan lain yang berpartisipasi aktif dalam bidang pendidikan (PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan). Menurut Rugiyah dan Sismiati (2011), guru merupakan pendidik profesional yang memiliki beberapa tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lain halnya menurut Djamarah (2010), menyatakan bahwa guru merupakan unsur manusiawi yang mempunyai peranan penting dalam bidang pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa guru merupakan pendidik profesional yang memiliki peranan penting dalam bidang pendidikan dan memiliki beberapa tugas utama yang harus dilaksanakan.

b. Peran Guru

Guru memiliki peranan yang penting terhadap proses pembelajaran, yaitu untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Berikut ini terdapat beberapa peran guru (Mulyasa, 2009).


(48)

1) Guru sebagai Fasilitator

Tugas seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi guru juga berperan sebagai fasilitator sehingga peserta didik mendapatkan kemudahan dalam belajar.

2) Guru sebagai Motivator

Motivasi merupakan faktor pendorong yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Sebagai motivator, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a) Peserta didik akan belajar dengan giat, ketika peserta didik tersebut memiliki minat dan perhatian terhadap pekerjaannya.

b) Pemberian tugas yang jelas dan mudah untuk dimengerti. c) Pemberian penghargaan terhadap hasil kerja peserta didik.

d) Pemberian hadiah dan hukuman kepada peserta didik yang berhak untuk mendapatkannya.

e) Pemberian penilaian secara objektif. 3) Guru sebagai Pemacu

Sebagai pemacu belajar, guru memiliki peranan yang penting terhadap keberhasilan pembelajaran di Sekolah dan membantu peserta didik dalam mewujudkan cita-citanya secara optimal. Dalam peran ini, guru harus mampu mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan pendapat dan cita-citanya di masa depan.


(49)

4) Guru sebagai Pemberi Inspirasi

Sebagai pemberi inspirasi, guru harus mampu memberikan inspirasi kepada peserta didik dengan tujuan supaya proses pembelajaran dapat memunculkan berbagai pemikiran/ gagasan baru. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan lingkungan Sekolah yang baik, sehingga dapat memunculkan rasa semangat belajar yang tinggi.

4. Sertifikasi Guru

a. Hakikat Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru

Menurut Majid (2006), standar kompetensi guru merupakan suatu ukuran yang telah dipersyaratkan atau ditetapkan dalam bentuk penguasaan kognitif dan afektif guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai dengan tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan, dengan tujuan untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam peningkatan proses pembelajaran. Lain halnya menurut Mulyasa (2009), tujuan diselenggarakannya standar kompetensi dan sertifikasi guru, antara lain untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya, serta untuk mencapai tujuan pendidikan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.

Dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka dibutuhkan tugas dan fungsi guru yang profesional. Berikut ini tugas dan fungsi guru yang dirumuskan oleh P2TK Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional dapat dilihat pada Tabel 1.


(50)

Tabel 1.

Tugas dan Fungsi Guru

TUGAS FUNGSI URAIAN TUGAS

A. Mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih.

1. Sebagai pendidik 1.1 Mengembangkan potensi/ kemampuan dasar peserta didik 1.2 Mengembangkan kepribadian

peserta didik

1.3 Memberikan keteladanan 1.4 Menciptakan suasana pendidikan

yang kondusif

2. Sebagai pengajar 2.1 Merencanakan pembelajaran 2.2 Melaksanakan pembelajaran yang

mendidik

2.3 Menilai proses dan hasil pembelajaran

3. Sebagai pembimbing 3.1 Mendorong berkembangnya perilaku positif dalam pembelajaran

3.2 Membimbing peserta didik memecahkan masalah dalam pembelajaran

4. Sebagai pelatih 4.1 Melatih keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam

pembelajaran

4.2 Membiasakan peserta didik berperilaku positif dalam pembelajaran

B. Membantu pengelolaan dan pengembangan program Sekolah.

5. Sebagai pengembang program

5.1 Membantu mengembangkan program pendidikan Sekolah dan hubungan kerjasama intra Sekolah 6.Sebagai pengelola

program

6.1 Membantu secara aktif dalam menjalin hubungan dan kerjasama antar Sekolah dan masyarakat. C. Mengembangkan

keprofesionalan

7. Sebagai tenaga professional

7.1 Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional

b. Sertifikasi Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen, sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional. Hal ini juga dijelaskan oleh Kunandar (2011), sertifikasi guru merupakan proses pemberian sertifikat kepada guru yang telah


(51)

memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi, dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu, sertifikasi guru merupakan proses pembuatan dan pemberian dokumen resmi yang menyatakan bahwa guru telah memenuhi standar profesinya (Suyatno, 2008). Dalam hal ini, tidak semua guru dapat memiliki sertifikat pendidik, akan tetapi hanya beberapa guru saja yang dianggap memenuhi standar profesionalnya. Proses sertifikasi ini menjadi alat bukti tentang profesionalnya seorang guru (Zulaekha, 2011). Berdasarkan beberapa pengertian, maka dapat disimpulkan bahwa sertifikasi guru dapat diartikan sebagai proses pemberian sertifikat kepada guru sebagai tanda bahwa guru telah memenuhi standar keprofesionalannya dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme guru.

5. Pembelajaran Kimia dan Pelaksanaannya a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terbentuk perilaku yang lebih baik. Dalam pembelajaran, tugas utama seorang guru yaitu mengkondisikan lingkungan tersebut supaya terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik terhadap peserta didik (Kunandar, 2011), sedangkan prinsip utama dalam proses pembelajaran menurut Djahri (dalam Kunandar, 2011), yaitu terdapatnya keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri peserta didik (fisik dan nonfisik) dan kebermaknaan untuk diri dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang (life skill). Selain itu, Aqib (dalam Yunie, 2015), mengatakan bahwa pembelajaran merupakan upaya mengorganisasikan lingkungan dengan tujuan untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik dan unsur minimal


(52)

dalam pembelajaran antara lain peserta didik, tujuan, dan prosedur sedangkan fungsi guru dapat dialihkan kepada media pengganti.

Menurut Yunie (2015), pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar, guru dengan peserta didik saling bertukar informasi yang tertuju kepada pendidikan perilaku, sehingga peserta didik mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi antara peserta didik dengan guru dan komponen lain yang mendukung dengan tujuan terjadinya suatu perubahan ke arah yang lebih baik bagi peserta didik, yakni peserta didik mendapatkan hasil belajar yang diharapkan.

b. Proses pembelajaran

Berdasarkan Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1) Kegiatan pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a) Mempersiapkan peserta didik, baik secara psikis maupun fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

b) Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengkaitkan pengetahuan yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari.

c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan pada silabus.


(53)

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yaitu melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. a) Eksplorasi

Dalam eksplorasi, guru:

(1) Melibatkan peserta didik dalam mencari informasi yang luas dan mendalam tentang suatu tema/ topik dari materi yang akan dipelajari.

(2) Menggunakan pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar yang bervariasi.

(3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar.

(4) Melibatkan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran secara aktif.

(5) Memfasilitasi peserta didik dalam melaksanakan percobaan di laboratorium, studio, ataupun lapangan.

b) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

(1) Memberikan tugas-tugas tertentu yang bermakna dengan melibatkan peserta didik untuk membaca dan menulis.

(2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi dengan tujuan untuk memunculkan ide baru secara lisan maupun tulisan.

(3) Memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah.


(54)

(4) Memfasilitasi peserta didik secara kooperatif dan kolaboratif dalam pembelajaran.

(5) Memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi secara sehta dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar.

(6) Memfasilitasi peserta didik untuk membuat laporan eksplorasi, baik secara individual maupun kelompok.

(7) Memfasilitasi peserta didik dalam menyajikan hasil kerja, baik individual maupun kelompok.

(8) Memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan pameran, turnamen, festival dan produk yang dihasilkan.

(9) Memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan yang dapat menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya dri peserta didik.

c) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

(1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan, baik secara lisan, tulisan, isyarat, ataupun haidah atas keberhasilan peserta didik.

(2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik. (3) Memfailitasi peserta didik untuk melaksanakan refleksi dengan tujuan untuk

mendapatkan pengalaman belajar yang telah dialami.

(4) Memfasilitasi peserta didik untuk mendapatkan pengalaman bermakna dalam mencapai KD:

(a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.


(55)

(c) Memberikan pedoman supaya peserta didik dapat melaksanakan pengecekan terhaap hasil eksplorasi.

(d) Memberikan informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

(e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang tidak ataupun kurang berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.

3) Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a) Bersama-sama dengan peserta didik untuk membuat rangkuman terhadap pelajaran yang telah dilaksanakan.

b) Melaksanakan penilaian dan/ atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d) Merencanakan kegiatan tindak lanjut, baik dalam bentuk remedial, pengayaan, layanan konseling, dan/ atau memberikan tugas sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

e) Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya.

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 81 a Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum, Proses pembelajaran merupakan suatu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup.

1) Kegiatan pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru :

a) Menyiapkan peserta didik, baik secara psikis maupun fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.


(56)

b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari.

c) Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

d) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

2) Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dengan menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Berikut ini adalah contoh aplikasi dari kegiatan inti:

a) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,


(57)

prosedur, ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih membutuhkan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan oleh peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

c) Mengumpulkan atau mengasosiasikan

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut, terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

d) Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.


(58)

3) Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling, dan /atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pertemuan berikutnya.

c. Pembelajaran Kimia 1) Hakekat ilmu Kimia

Menurut Sudarmo (2013), ilmu Kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari struktur dan sifat materi (zat), perubahan materi (zat), dan energi yang menyertai perubahan tersebut, sedangkan menurut Purba (1994), ilmu Kimia merupakan salah satu di antara ilmu-ilmu IPA yang mencakup semua ruang lingkup Kimia atau ilmu rekayasa materi, yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Lain halnya menurut Goldberg (2008), ilmu Kimia merupakan kajian yang berkaitan dengan materi, energi, dan interaksi di antara keduanya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu Kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari tentang ilmu rekayasa materi.

2) Pembelajaran Kimia

Menurut Arifin (1995), pembelajaran kimia merupakan suatu pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan konsep, yaitu bahwa


(59)

pemahaman terhadap ilmu Kimia dicapai melalui pemahaman terhadap konsep-konsep dasar Kimia, sehingga peserta didik dapat menguasai konsep-konsep-konsep-konsep tersebut dan menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah sebagai bekal dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Sastrawijaya (1988), yaitu bahwa tujuan pembelajaran kimia adalah untuk mendapatkan pemahaman yang bersifat tahan lama mengenai berbagai fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, memiliki keterampilan dalam penggunaan laboratorium, serta memiliki sikap ilmiah yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia merupakan suatu pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan konsep, yaitu dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai suatu konsep Kimia sehingga dalam pelaksanaannya peserta didik dapat memiliki sikap ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

3) Strategi, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran.

Menurut Kozma dan Gafur (dalam Hamzah dan Nurdin, 2015), strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, sedangkan Gerlach dan Ely (dalam Hamzah dan Nurdin, 2015) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan cara dengan tujuan materi pembelajaran dapat tersampaikan dalam proses pembelajaran tertentu yang terdiri dari sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran sehingga terbentuknya pengalaman belajar bagi peserta didik. Selain


(60)

itu Kemp (dalam Sanjaya, 2006), menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dengan tujuan supaya tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan maksud supaya materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik oleh guru sehingga terbentuknya pengalaman belajar bagi peserta didik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Menurut Sanjaya (2006), pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang masih bersifat umum. Menurut Killen (dalam Sanjaya, 2006) memberikan contoh bahwa terdapat dua macam pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik (student-centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta pembelajaran induktif. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan suatu strategi yang menekankan kepada proses penyampaian secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan tujuan supaya mereka menguasai materi pembelajaran secara optimal, sedangkan strategi pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis


(61)

untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu masalah yang diberikan oleh guru kepada peserta didik.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan dengan tujuan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata supaya tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal. Metode pembelajaran ini digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Jadi, keberhasilan implementasi dari strategi pembelajaran sangatlah tergantung pada metode pembelajaran yang digunakan oleh guru (Sanjaya, 2006). sedangkan menurut Hamzah dan Nurdin (2015), menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menjalankan fungsinya dan merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran supaya tercapainya tujuan pembelajaran yang telah disusun.

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Hamzah dan Nurdin, 2015), teknik pembelajaran merupakan suatu cara atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang akan dicapai. Teknik pembelajaran bersifat implementatif, artinya bersifat implementasi dari suatu metode pembelajaran yang telah diterapkan. Dengan kata lain, implementasi metode pembelajaran sangatlah tergantung dari teknik pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

6. Kota Yogyakarta

Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus


(62)

Kota di samping 4 daerah tingkat II lainnya yang berstatus Kabupaten Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah Provinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Sleman

Sebelah timur : Kabupaten Bantul dan Sleman Sebelah selatan : Kabupaten Bantul

Sebelah barat : Kabupaten Bantul dan Sleman

Di Kota Yogyakarta, terdapat 11 SMA Negeri. Daftar nama SMA tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, terdapat 30 guru Kimia SMA Negeri yang telah bersertifikasi (memiliki sertifikat pendidik). Daftar nama guru Kimia yang telah bersertifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2.

Daftar Nama SMA Negeri di Kota Yogyakarta

No. NIPSN Nama Sekolah

1. 20403174 SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA

2. 20403177 SMA NEGERI 2 YOGYAKARTA

3. 20403178 SMA NEGERI 3 YOGYAKARTA

4. 20403179 SMA NEGERI 4 YOGYAKARTA

5. 20403180 SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA

6. 20403171 SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA

7. 20403170 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA

8. 20403161 SMA NEGERI 8 YOGYAKARTA

9. 20403162 SMA NEGERI 9 YOGYAKARTA

10. 20403175 SMA NEGERI 10 YOGYAKARTA


(1)

261

Aspek Indikator Total Skor Responden Persen Skor (%)

Rata-Rata (%)

A B C D E F G A B C D E F G

(tujuan)

Rata-Rata (%) 62,50 50,00 62,50 62,50 50,00 100,00 62,50 64,29

F. Penggunaan bahasa

1. Menggunakan bahasan lisan dan tulis secara jelas, baik, dan benar.

4 4 4 4 4 4 4 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 2. Menyampaikan pesan dan

gaya yang sesuai. 4 4 3 3 4 4 3 100,00 100,00 75,00 75,00 100,00 100,00 75,00 89,29

Rata-Rata (%) 100,00 100,00 87,50 87,50 100,00 100,00 87,50 94,64 Rata-Rata Kegiatan Inti (%) 73,75 80,00 73,75 78,75 73,75 83,75 80,00 77,68

III. Kegiatan

Penutup a. Tindakan reflektif

1 1 1 1 2 2 1 25,00 25,00 25,00 25,00 50,00 50,00 25,00 32,14 B. Tindak lanjut 2 2 3 2 2 2 2 50,00 50,00 75,00 50,00 50,00 50,00 50,00 53,57

Rata-Rata Kegiatan Penutup (%) 37,50 37,50 50,00 37,50 50,00 50,00 37,50 42,86 Rata-Rata keseluruhan (%) 57,92 55,83 62,08 55,42 57,92 65,42 55,83 58,63


(2)

262

Tabel 19. Data, Skor, dan Kategori Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Aspek Skor

Maks.

Total Skor Responden Persen Skor (%)

Rata-Rata (%)

Kategori

A B C D E F G A B C D E F G

A. Kegiatan Pendahuluan 8 5 4 5 4 4 5 4 62,50 50,00 62,50 50,00 50,00 62,50 50,00 55,36 Sedang B. Kegiatan Inti

80 59 64 59 63 59 67 64 73,75 80,00 73,75 78,75 73,75 83,75 80,00 77,68

Tinggi C. Kegiatan Penutup

8 3 3 4 3 4 4 3 37,50 37,50 50,00 37,50 50,00 50,00 37,50 42,86

Sedang

Total Skor 96 67 71 68 70 67 76

Rata-Rata Keterlaksanaan (%) 57,92 55,83 62,08 55,42 57,92 65,42 55,83 58,63 Sedang

Tabel 20. Kompetensi Pedagogik Guru Kimia

No. Aspek Rata-rata persentase (%) Kategori

1. 10 Aspek kompetensi pedagogik guru Kimia (hasil kuesioner

dan observasi) 73,64 Tinggi

2. Perancangan pembelajaran 72,58 Tinggi

3. Pelaksanaan pembelajaran 58,63 Sedang


(3)

263

Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

Observasi di SMA N 3 Yogyakarta


(4)

264

Observasi di SMA N 6 Yogyakarta


(5)

265

Observasi di SMA N 10 Yogyakarta


(6)