Matriks Interaksi Parameter Mutu dan Persyaratan Desain
                                                                                73 Tabel 25. Analisis interaksi parameter mutu dan persyaratan desain produk permen cokelat ‘Jimbarwana’
Bahan Baku  Tambahan Kondisi Proses
Kemasan
Parameter Organoleptik
Parameter Mutu T
in g
k a
t K ep
en tin
g a
n
K ad
ar le
m ak
c o
k el
at K
ad ar
p as
ta c
o k
el at
K ad
ar s
u su
K ad
ar g
u la
h al
u s
K ad
ar e
m u
ls if
ie r l
es iti
n K
ad ar
p en
ci ta
ra sa
v an
ili T
ah ap
p en
y an
g ra
ia n
T ah
ap p
em as
ta an
T ah
ap p
en g
em p
aa n
T ah
ap p
en ca
m p
u ra
n T
ah ap
p en
g h
al u
sa n
T ah
ap k
o n
si n
g T
ah ap
te m
p er
in g
T ah
ap p
en ce
ta k
an T
ah ap
p en
d in
g in
an T
ah ap
p en
g em
as an
B ah
an k
em as
an P
er m
ea b
ili ta
s k em
as an
Bercak putih 6.90  ●
● ●
● ●
□ ○
● ●
● ●
Penampakan
Kesan meleleh di tangan 7.80  ●
● ●
● ●
● Kepahitan
7.30 ●
● Kemanisan
8.13 ●
Keutuhan kokoa 7.87  ●
● ●
● ●
●
Rasaflavor
Rasa susu 7.40
● Kesan gigitan pertama
7.83  ● ●
● ○
● ●
● ●
Kesan berminyak di mulut   6.90  ● ●
● ●
● ●
Kehalusan 7.63  ●
● ●
● ●
● ●
○
Tekstur
Kesan meleleh di mulut 7.90  ●
● ●
● ●
●
74 Berikut  adalah  penjelasan  interaksi  parameter  mutu  dan
persyaratan desain produk permen cokelat ‘Jimbarwana’. 1.
Bercak putih spot Parameter mutu bercak  putih merupakan parameter mutu  yang
penting  untuk  diperhatikan  pada  produk  cokelat.  Bercak  putih  pada produk  cokelat  merupakan  kondisi  yang  tidak  dikehendaki  ada  pada
produk  cokelat.  Terjadinya  bercak  putih  disebut  juga  blooming,  yang pada produk cokelat dapat disebabkan oleh dua hal yaitu fat blooming
spot  akibat  migrasi  lemak  cokelat  dan  sugar  blooming  spot  akibat perubahan kondisi kelembapan bahan baku gula.
Menurut  Harris  et  al.  1998  dan  Minifie  1999  fat  blooming pada  permukaan  permen  cokelat  tampak  seperti  berminyak  greasy
dan  apabila  disentuh  dengan  jari  akan  mudah  terhapus.  Fat  blooming terjadi  akibat  proses  tempering  yang  salah,  metode  pendinginan  yang
tidak  tepat,  kondisi  penyimpanan  yang  hangat,  penambahan  lemak selain lemak cokelat yang tidak sesuai incompatible, dan abrasi serta
sidik  jari  pada  kondisi  yang  hangat.  Menurut  Briones  dan  Aguilera 2005,  fluktuasi  suhu  dan  proses  tempering  yang  salah  dapat
menyebabkan  migrasi  lemak  cokelat  melalui  partikel  matriks  cokelat yang kemudian akan merekristalisasi di permukaan.
Mulato et al. 2005 juga menyatakan bahwa gradien suhu dan waktu  pendinginan  sangat  berpengaruh  terhadap  pembentukan  kristal
padatan  lemak  pada  produk  permen  cokelat.  Mekanisme  pendinginan yang  kurang  tepat  menyebabkan  warna  permukaan  lemak  cokelat
berubah kurang menarik. Permukaan adonan cokelat ditumbuhi bintik kecil-kecil  terkesan  seperti  terserang  jamur,  padahal  bintik-bintik
tersebut  adalah  kristal  lemak  atau  gula  yang  terdifusi  ke  permukaan adonan  blooming.  Menurut  Rousseau  2006,  ada  tiga  faktor
penyebab  terjadinya  blooming,  yaitu  komposisi,  proses  produksi,  dan kondisi penyimpanan. Kondisi penyimpanan dengan suhu di atas 30
o
C dapat meningkatkan pembentukan bercak putih secara signifikan.
75 Perbedaan  kandungan  gliserida  di  dalam  lemak  cokelat  juga
berpengaruh  pada  proses  kristalisasi  sehingga  lemak  yang  terbentuk mempunyai  sifat  polimorfis.  Komponen  utama  kristal  lemak  terdiri
atas  bentuk γ
, α
,  dan β
.  Masing-masing  mempunyai  sifat  berbeda dalam  hal  mekanisme  pembentukan  kristalnya.  Bentuk
γ mempunyai
sifat  sangat  tidak  stabil  dan  mempunyai  suhu  leleh  17
o
C.  Bentuk α
berasal  dari  transformasi  bentuk γ
dan  mempunyai  suhu  leleh  antara 21-24
o
C.  Sedangkan  bentuk β
berasal  dari  transformasi  bentuk α
dan mempunyai  sifat  sangat  stabil  dengan  suhu  leleh  antara  34-35
o
C. Untuk  mendapatkan  adoanan  dengan  lemak  kristal  yang  stabil,  ruang
tempering dimana
adonan cokelat
disimpan harus
mampu mempertahankan  suhu  seperti  disyaratkan  Mulato  et  al.,  2005.
Menurut  Gaonkar  dan  McPherson  2006  kondisi  lemak  cokelat  yang tidak tempered akan memperpendek umur simpan permen cokelat.
Menurut  Harris  et  al.  1998  dan  Minifie  1999  sugar blooming pada permukaan permen cokelat tampak keabuan seperti fat
blooming,  namun  ketika  disentuh  dengan  jari,  bercak  putih  tersebut tidak  terhapus.  Blooming  ini  terjadi  akibat  penyimpanan  produk  pada
lingkungan  yang  buruk  tanpa  perlindungan  yang  baik  dari  kemasan, penggunaan gula mutu rendah dan konstituen yang bersifat higroskopis
dalam  formulasi,  dan  pemindahan  produk  ruang  penyimpanan  dingin tanpa kemasan pelindung.
Oleh  karena  itu,  adanya  bercak  putih  erat  kaitannya  dengan kadar  lemak  cokelat,  kadar  pasta  cokelat,  kadar  susu,  dan  gula  halus
yang digunakan sebagai  bahan baku permen  cokelat. Selain itu, kadar emulsifier  lesitin  juga  erat  kaitannya  dengan  terbentuknya  bercak
putih.  Menurut  Minifie  1999,  lesitin  dapat  meningkatkan  resistensi terjadinya  blooming,  meningkatkan  kilap  permukaan  glossy,  dan
memperbaiki  latitud  dalam  penanganan  proses  tempering  adonan permen cokelat.
76 Bercak putih terjadi akibat kondisi proses yang kurang tepat, di
samping kadar bahan baku yang digunakan. Proses yang berkaitan erat dengan  terbentuknya  bercak  putih  adalah  proses  konsing,  proses
tempering, proses pencetakan, dan proses pendinginan. Proses konsing yang  salah  akan  menyebabkan  emulsi  padatan  kakao  berasal  dari
pasta cokelat, susu bubuk, dan gula halus yang buruk di dalam lemak cokelat  fase  pendispersi.  Proses  tempering  yang  tidak  sesuai  juga
akan menyebabkan struktur kristal lemak cokelat yang terbentuk tidak stabil.  Terlebih,  apabila  suhu  pencetakan  dan  suhu  pendinginan  tidak
sesuai.  Hal  ini  akan  menyebabkan  lemak  cokelat  yang  tidak  stabil tersebut  pada  produk  permen  cokelat  mudah  bermigrasi  dan
membentuk  bercak  putih.  Selain  itu,  proses  pencampuran  dan penghalusan  sedikit  banyak  berkontribusi  dalam  menciptakan  kondisi
adonan permen cokelat yang homogen. 2.
Kesan meleleh di tangan melting in hand Parameter mutu kesan meleleh di tangan merupakan parameter
mutu  yang  berhubungan  dengan  perilaku  konsumen  dalam pengonsumsian  suatu  produk  permen  cokelat.  Produk  permen  cokelat
yang  mudah  meleleh  ketika  dipegang  tentunya  akan  menyulitkan konsumen  dalam  mengonsumsinya.  Mudah  meleleh  tidaknya  suatu
produk  permen  cokelat  dipengaruhi  oleh  beberapa  faktor.  Dalam  hal bahan  baku,  kadar  lemak  cokelat  baik  yang  langsung  ditambahkan
sebagai  lemak  cokelat  ataupun  yang  terkandung  dalam  pasta  cokelat berperan  penting  pada  parameter  mutu  ini.  Karena  lemak  cokelat
meleleh  pada  suhu  tubuh  sekitar  36-37
o
C,  maka  semakin  banyak lemak  cokelat  yang  terkandung  akan  menyebabkan  semakin  mudah
melelehnya produk permen cokelat tersebut. Menurut  Gaonkar  dan  McPherson  2006  proses  kristalisasi
dan  pelelehan  dalam  produk  permen  cokelat  dipengaruhi  oleh kandungan  lemak  padat  Solid  Fat  ContentSFC.  Puncak  suhu
pelelehan lemak akan menurun apabila kandungan SFC berkurang. Hal ini  disebabkan  oleh  dua  faktor,  yaitu  mobilitas  molekuler  yang  lebih
77 besar  dan  proses  kristalisasi  yang  lebih  lambat  yang  keduanya  akan
menyebabkan  pembentukan  struktur  kristal  lemak  yang  lebih  murni dan stabil pada persentase yang lebih tinggi.
Dengan demikian, parameter mutu kesan meleleh di tangan erat hubungannya  dengan  kadar  lemak  dalam  hal  ini  berasal  dari  lemak
cokelat  dan  pasta  cokelat  dalam  formulasi  dan  proses  yang berhubungan  dengan  pembentukan  kristal  lemak  yang  stabil,  yaitu
proses  konsing,  proses  tempering,  proses  pencetakan,  dan  proses pendinginan. Sama halnya dengan parameter mutu bercak putih, proses
konsing,  tempering,  pencetakan,  dan  pendinginan  yang  salah  akan menyebabkan  struktur  kristal  lemak  cokelat  yang  tidak  stabil.
Akibatnya, lemak cokelat menjadi mudah meleleh. 3.
Kepahitan bitterness Parameter  mutu  kepahitan  merupakan  parameter  mutu  yang
perlu  diperhatikan  pada  produk  permen  cokelat  karena  berhubungan dengan  selera  konsumen.  Parameter  mutu  ini  berkaitan  erat  dengan
kadar  pasta  cokelat  digunakan  sebagai  bahan  baku  produk  permen cokelat.  Karena  rasa  dasar  dari  cokelat  adalah  pahit,  maka  semakin
banyak pasta cokelat akan menjadikan produk permen cokelat semakin pahit.
Selain  itu,  juga  perlu  diperhatikan  kondisi  proses  yang diterapkan  pada  proses  penyangraian  roasting.  Suhu  dan  lama
penyangraian  akan  menentukan  terbentuknya  rasa  pahit  pada  nib cokelat.  Menurut  Wollgast  dan  Anklam  2000,  proses  penyangraian
untuk  permen  cokelat  susu  umumnya  menggunakan  suhu  yang  tidak terlalu tinggi. Proses pemanasan awal sebaiknya dilakukan pada 100
o
C kemudian  ditingkatkan  perlahan  hingga  130
o
C.  Tentunya  semakin tinggi  suhu  penyangraian  danatau  semakin  lama  waktu  penyangraian
yang  digunakan,  akan  menyebabkan  nib  cokelat  semakin  pahit gosong.  Menurut  Stark  et  al.  2006,  rasa  pahit  pada  biji  kakao
sangrai berasal dari senyawa 2,5-diketopiperazin dan flavan-3-ols.
78 4.
Kemanisan sweetness Parameter  mutu  kemanisan  erat  kaitannya  dengan  parameter
mutu kepahitan. Kombinasi yang tepat antara rasa pahit dan rasa manis akan  menghasilkan  produk  permen  cokelat  yang  disukai  konsumen.
Parameter  mutu  kemanisan  ini  tentunya  dipengaruhi  oleh  kadar  gula halus  yang  digunakan  sebagai  bahan  baku  produksi  permen  cokelat.
Semakin  tinggi  kadar  gula  halus  yang  digunakan  akan  menyebabkan produk permen cokelat semakin manis.
5. Keutuhan kokoa cocoa body
Parameter  mutu  keutuhan  kokoa  merupakan  parameter  mutu penting  yang  harus  ada  di  produk  permen  cokelat.  Tanpa  adanya
komponen  parameter  mutu  ini  baik  dalam  hal  rasa,  aroma,  ataupun karakteristik  lemak  cokelat,  suatu  produk  cokelat  tidak  dapat
dikatakan  sebagai  produk  cokelat  yang  baik.  Parameter  mutu  ini tentunya  berkaitan  erat  dengan  kadar  lemak  cokelat  dan  kadar  pasta
cokelat  yang  digunakan  sebagai  bahan  baku  permen  cokelat.  Kedua bahan  baku  ini  akan  menentukan  kesan  kokoa  yang  dihasilkan  pada
produk akhir, baik dalam hal rasa, aroma, tekstur, dan karakteristik lain yang menjadi khas cokelat.
Menurut Minifie
1999 aroma
cokelat utamanya
dikembangkan dari proses fermentasi dan pengeringan yang tepat, dan penyempurnaan  flavor  cokelat  adalah  pada  proses  penyangraian.
Knapp  1937  dalam  Minifie  1999  menjelaskan  bahwa  flavor  lemak cokelat  dalam  formulasi  cokelat  susu  sedikit  banyak  berkontribusi
terhadap  flavor  keseluruhan.  Flavor  lemak  cokelat  yang  alami tergantung  pada  metode  ekstraksi
yang  digunakan,  derajat penyangraian,  dan  perlakuan  terhadap  nib  dibasakan  atau  tidak
dibasakan. Makalah  Rohan  1969  dalam  Minifie  1999  menyatakan
bahwa  flavor  cokelat  dikembangkan  oleh  beberapa  komponen kimiawi,  yaitu  flavonoid  katekin  dan  antosianin,  asam  amino
beberapa  di  antaranya  mempunyai  intensitas  rasa  yang  tinggi  dan
79 berkontribusi  dalam  menghasilkan  rasa  manis  dan  rasa  pahit,  asam
organik dan asam fenolik, serta golongan karbohidrat kandungan gula kemudian bereaksi dengan asam amino menghasilkan reaksi Maillard.
Reaksi  Maillard  ini  terjadi  pada  proses  penyangraian  Bonvehi  dan Coll, 1997.
Dengan  demikian,  proses  yang  penting  untuk  diperhatikan dalam  memenuhi  parameter  mutu  ini  adalah  proses  penyangraian,
proses  pemastaan,  proses  konsing,  dan  proses  tempering.  Proses penyangraian pada kondisi tertentu akan menciptakan rasa, aroma, dan
flavor  cokelat  seutuhnya,  dikenal  sebagai  full  body  of  cocoa.  Proses pemastaan pun turut membentuk diperolehnya kesan cokelat yang utuh
karena  penghancuran  nib  yang  baik  pada  pemastaan  akan menghasilkan butiran pasta yang halus. Hal ini akan semakin menggali
keutuhan citarasa cokelat. Demikian halnya dengan proses konsing dan proses  tempering  yang  akan  semakin  menyempurnakan  keutuhan
kokoa dengan cara membentuk konsistensi emulsi cokelat yang baik. 6.
Rasa susu milk flavor Parameter mutu rasa susu adalah faktor penting penentu kedua
yang  harus  diperhatikan  pada  produk  permen  cokelat  susu,  seperti dalam produk permen cokelat ‘Jimbarwana’ ini. Rasa susu baik hanya
akan  diperoleh  dari  bahan  susu  bubuk  yang  berkualitas.  Karena permen  cokelat  ‘Jimbarwana’  hanya  mendapatkan  rasa susu  dari  susu
bubuk  yang  digunakan  sebagai  bahan  baku  tanpa  adanya  bahan tambahan  pangan  pencitarasa  susu,  maka  karakteristik  susu  bubuk
yang digunakan akan menentukan rasa susu yang dihasilkan. 7.
Kesan gigitan pertama first bite Parameter  mutu  kesan  gigitan  pertama  berkaitan  erat  dengan
kesukaan  konsumen  terhadap  tekstur  suatu  produk  permen  cokelat. Kesan lembut atau kerasnya suatu produk permen cokelat pada analisis
kesan  gigitan  pertama  ditentukan  oleh  beberapa  faktor.  Dalam  hal bahan  baku,  kadar  lemak  cokelat  dan  kadar  pasta  cokelat  akan
menentukan  kondisi  kekerasan  produk  akhir.  Hal  ini  disebabkan  oleh
80 lemak cokelat  yang merupakan fase pendispersi yang secara langsung
kestabilannya akan menentukan kesan kekerasan yang dihasilkan. Oleh karena  itu,  proses  yang  terkait  erat  dengan  pembentukan  struktur
kristal  lemak  cokelat  yang  stabil  dan  konsistensi  adonan  yang homogen  adalah  proses  penghalusan,  proses  konsing,  proses
tempering, proses pencetakan, dan proses pendinginan. Gaonkar  dan  McPherson  2006  menyatakan  bahwa  kekerasan
pada  produk  permen  cokelat  merupakan  hasil  dari  kristalisasi campuran  antara  lemak  cokelat  dan  lemak  susu.  Jenis  dan  persentase
fraksi pelelehan
lemak susu,
yaitu tinggi
High Melting
FractionHMF,  medium  Medium  Melting  FractionMMF,  dan rendah  Low  Melting  Melting  FractionLMF,  akan  mempengaruhi
proses kristalisasi lemak keseluruhan dan akan menentukan kekerasan produk akhir permen cokelat.
8. Kesan berminyak di mulut oily mouthcoating
Parameter  mutu  kesan  berminyak  di  mulut  merupakan parameter  mutu  yang  kritis  untuk  diperhatikan  pada  suatu  produk
permen  cokelat.  Konsumen  tentunya  tidak  mengharapkan  kondisi kesan  tidak  berminyak  atau  bahkan  terlalu  berminyak  pada  produk
permen  cokelat  yang  dikonsumsinya.  Konsumen  menginginkan kondisi  kesan  berminyak  pada  taraf  tertentu.  Dan  inilah  yang  perlu
dianalisis  lebih  lanjut.  Parameter  mutu  kesan  berminyak  di  mulut tentunya  dipengaruhi  oleh  bahan  baku  utama  yang  digunakan  dalam
permen  cokelat  yaitu  lemak  cokelat  dan  pasta  cokelat,  karena  lemak cokelat akan langsung meleleh ketika berada di suhu tubuh.
Proses  yang  penting  untuk  diperhatikan  dalam  memenuhi parameter  mutu  ini  adalah  proses  konsing,  proses  tempering,  proses
pencetakan,  dan  proses  pendinginan.  Sama  halnya  dengan  parameter lain,  kondisi  struktur  lemak  cokelat  yang  baik  hanya  akan  dihasilkan
apabila  proses-proses  ini  berlangsung  dengan  benar,  termasuk  dalam menghasilkan kesan berminyak yang sesuai di mulut.
81 9.
Kehalusan smoothness Parameter  mutu  kehalusan  merupakan  parameter  mutu  yang
penting sehubungan dengan tekstur produk. Parameter mutu kehalusan permen  cokelat  tentunya  berhubungan  langsung  dengan  ukuran
partikel  bahan  baku  yang  digunakan.  Oleh  karena  itu,  ukuran  ukuran partikel  padatan  cokelat  berasal  dari  pasta  cokelat,  susu  bubuk,  dan
gula  halus  menjadi  penting  untuk  diperhatikan  dalam  penentuan formulasi. Selain itu, kadar lemak cokelat dan kadar pasta cokelat juga
menentukan  jumlah  fase  pendispersi  yang  dibutuhkan  untuk mengemulsikan seluruh padatan sehingga diperoleh emulsi  yang baik.
Bahan  tambahan  emulsifier  lesitin  juga  turut  menentukan  kondisi emulsi  cokelat  yang  terbentuk.  Semakin  baik  dan  homogen  emulsi,
maka produk akhir akan semakin halus. Proses  penting  yang  perlu  diperhatikan  dalam  menghasilkan
produk  permen  cokelat  yang  halus  adalah  tahap  penghalusan,  tahap konsing,  dan  tahap  pendinginan.  Tahap  penghalusan  dengan  kondisi
proses tertentu akan menghasilkan adonan permen cokelat dengan taraf kehalusan  tertentu.  Selain  itu,  tahap  konsing  juga  berkaitan
sehubungan  dengan  peranannya  yang  semakin  menghaluskan  adonan permen  cokelat.  Kondisi  pengkristalan  lemak  cokelat  juga  turut
menentukan  kehalusan  produk  akhir,  yaitu  ditentukan  proses  konsing dan proses pendinginan.
Menurut  Minifie  1999  kandungan  laktosa  dalam  susu  bubuk dapat  memperlambat  proses  kristalisasi  adonan  dan  perlambatan
kristalisasi  dapat  menyebabkan  terbentuknya  struktur  kristal  yang besar.  Oleh  karena  itu,  kandungan  laktosa  dalam  susu  bubuk  yang
digunakan di formulasi permen cokelat ‘Jimbarwana’ perlu diketahui. 10.
Kesan meleleh di mulut melting in mouth Parameter  mutu  kesan  meleleh  di  mulut  dapat  dikatakan
sebagai  parameter  utama  dalam  analisis  kesukaan  konsumen.  Karena ketika  pertama  kali  dikonsumsi,  tentunya  sensasi  yang  yang  pertama
kali dirasakan adalah kesan meleleh di mulut. Parameter mutu ini erat
82 kaitannya dengan bahan baku yang digunakan yaitu lemak cokelat dan
pasta cokelat. Proses  produksi  permen  cokelat  yang  penting  untuk
diperhatikan  dalam  menghasilkan  kesan  meleleh  di  mulut  baik  baik adalah  proses  yang  berhubungan  dengan  pembentukan  kristal  lemak
yang  stabil.  Proses  yang  dimaksud  adalah  proses  konsing,  proses tempering, proses pencetakan, dan proses pendinginan.
                