43 b
a
Gambar 12. Ilustrasi konstruksi mesin refiner
Tabel 9. Hasil pengamatan subjektif output proses refining
Refining ke- Waktu
Kondisi Output
Awal 0 menit
Kasar 1
55 menit Kasar, agak berpasir
2 50 menit
berpasir, agak halus 3
45 menit Halus
4 50 menit
Halus 5
60 menit sangat haluslembut
Waktu keseluruhan 260 menit
Keterangan termasuk waktu untuk persiapan
termasuk  waktu  untuk  membersihkan  sisa  adonan  yang  menempel di alat
Hasil  pengamatan  terhadap  kesetimbangan  massa  proses  ini menunjukkan  bahwa  dengan  massa  input  sebesar  4000  gram  akan
menghasilkan  massa  output  sebesar  3710  gram.  Jadi,  massa  yang hilang  selama  proses  ini  process  loss  adalah  290  gram.  Sehingga,
persentase  rendemen  proses  ini  adalah  92.75  .  Kehilangan  massa diasumsikan terjadi akibat ada bagian adonan yang menempel di mesin
refiner,  menempel  di  sendok,  dan  terbuang  ke  lingkunganjatuh  ke lantai out of machine.
44
c. Proses konsing adonan conching
Prinsip  mesin  konsing  adalah  seperti  roda  yang  berputar  yang dengan  berputarnya  roda  akan  menggiling  adonan.  Sehingga,  adonan
dapat menjadi lebih halus. Namun, pada praktiknya roda konsing tidak dapat  berputar.  Setelah  diteliti,  ternyata  roda  mesin  konsing  sudah
tidak  lagi  menyentuh  dasar  adonan.  Akibatnya,  adonan  yang seharusnya  menerima  tekanan  penghalusan  selama  konsing,  hanya
menerima gaya dorong. Proses konsing pada pengamatan proses produksi ini dilakukan
selama 20 jam. Setting suhu adalah pada suhu 50
o
C. Karena tera suhu pada  pengatur  suhu  sudah  tidak  dapat  dibaca,  akibatnya  pengaturan
dilakukan  secara  kira-kira.  Pengukuran  suhu  pada  setengah  jam  di awal  menunjukkan  bahwa  suhu  plat  T
plat
adalah  40
o
C  dan  suhu adonan T
adonan
adalah 38
o
C. Penambahan  lesitin  dan  vanilli  pada  adonan  dilakukan  pada
jam  ke-17.  Suhu  terukur  pada  saat  penambahan  lesitin  dan  vanilli  ini adalah  48
o
C.  Waktu  tunggu  untuk  penambahan  lesitin  dan  vanilli  ini adalah  10  menit,  sehingga  proses  keseluruhan  ditambah  10  menit
proses  menjadi  20  jam  10  menit.  T
adonan
akhir  terukur  pada  kondisi 49
o
C. Hasil  pengamatan  terhadap  kesetimbangan  massa  proses  ini
menunjukkan bahwa dengan massa input sebesar 3725 gram termasuk 12  gram  lesitin  dan  3  gram  vanilli  akan  menghasilkan  massa  output
sebesar 3540 gram. Jadi, massa yang hilang selama proses ini process loss  adalah  185  gram.  Sehingga,  persentase  rendemen  proses  ini
adalah  95.03  .  Kehilangan  massa  diasumsikan  terjadi  akibat  ada bagian adonan yang tertinggal di mesin konsing, menempel di sendok,
dan terbuang ke lingkunganjatuh ke lantai out of machine. Hasil  uji  tekstur  dan  kesan  adonan  di  mulut  secara  subjektif
menunjukkan  bahwa  adonan  input  yang  awalnya  masih  halus  dan lembut,  adonan  outputnya  berkesan  berpasir.  Hal  ini  perlu  dilakukan
pengamatan  ulang  pada  produksi  berikutnya  dan  studi  referensi.
45 Hipotesis  sementara,  menjadi  berpasirnya  adonan  output  konsing
adalah  akibat  fluktuasi  suhu  dan  pengaruh  roda  mesin  konsing  yang tidak berputar.
d. Proses tempering adonan tempering
Proses  tempering  merupakan  proses  lanjutan  dari  proses konsing.  Proses  tempering  bertujuan  menstabilkan  kristal  lemak
cokelat  dengan  cara  mengkondisikan  adonan  pada  suhu  dan  waktu yang sesuai. Lemak cokelat mempunyai sifat khusus, yaitu penyusutan
volume  kontraksi  pada  saat  didinginkan  sehingga  padatan  lemak yang  dihasilkan  saat  kompak  dan  mempunyai  penampilan  fisik  yang
menarik.  Sifat  ini  sangat  penting  pada  proses  pembuatan  makanan cokelat.  Gradien  suhu  dan  waktu  pendinginan  saat  berpengaruh
terhadap  pembentukan  kristal  padatan  lemaknya.  Mekanisme pendinginan yang kurang tepat menyebabkan warna permukaan lemak
cokelat berubah kurang menarik. Permukaan adonan cokelat ditumbuhi bintik  kecil-kecil  terkesan  seperti  terserang  jamur,  padahal  bintik-
bintik  tersebut  adalah  kristal  lemak  atau  gula  yang  terdifusi  ke permukaan adonan blooming Mulato et al., 2005.
Perbedaan  kandungan  gliserida  di  dalam  lemak  cokelat  juga berpengaruh  pada  proses  kristalisasi  sehingga  lemak  yang  terbentuk
mempunyai  sifat  polimorphis.  Komponen  utama  kristal  lemak  terdiri atas  bentuk
γ ,
α ,  dan
β .  Masing-masing  mempunyai  sifat  berbeda
dalam  hal  mekanisme  pembentukan  kristalnya.  Bentuk γ
mempunyai sifat  sangat  tidak  stabil  dan  mempunyai  suhu  leleh  17
o
C.  Bentuk α
berasal  dari  transformasi  bentuk γ
dan  mempunyai  suhu  leleh  antara 21-24
o
C.  Sedangkan  bentuk β
berasal  dari  transformasi  bentuk α
dan mempunyai  sifat  sangat  stabil  dengan  suhu  leleh  antara  34-35
o
C. Untuk  mendapatkan  adoanan  dengan  lemak  kristal  yang  stabil,  ruang
tempering dimana
adonan cokelat
disimpan harus
mampu mempertahankan suhu seperti disyaratkan Mulato et al., 2005.