Trade-Off Persyaratan Desain IDENTIFIKASI LANGKAH PERBAIKAN MUTU
                                                                                87 Bahan Baku
Tambahan Kondisi Proses
Kemasan
K ad
ar l
em ak
c o
k el
at
K ad
ar p
as ta
c o
k el
at
K ad
ar s
u su
K ad
ar g
u la
h al
u s
K ad
ar e
m u
ls if
ie r
le si
ti n
K ad
ar p
en ci
ta ra
sa v
an il
i
T ah
ap p
en y
an g
ra ia
n
T ah
ap p
em as
ta an
T ah
ap p
en g
em p
aa n
T ah
ap p
en ca
m p
u ra
n
T ah
ap p
en g
h al
u sa
n
T ah
ap k
o n
si n
g
T ah
ap t
em p
er in
g
T ah
ap p
en ce
ta k
an
T ah
ap p
en d
in g
in an
T ah
ap p
en g
em as
an
B ah
an k
em as
an
p er
m ea
b il
it as
k em
as an
Gambar 14. Analisis trade-off produk permen cokelat ‘Jimbarwana’
Penjelasan trade-off atau korelasi antar persyaratan desain pada produk permen cokelat ‘Jimbarwana’ adalah sebagai berikut.
1. Kadar lemak cokelat vs kadar pasta cokelat -
Kebutuhan lemak cokelat pada formulasi permen cokelat ‘Jimbarwana’ dapat  dipenuhi  dari  pasta  cokelat  ataupun  penambahan  lemak  cokelat
dari  luar.  Oleh  karena  itu,  semakin  banyak  pasta  cokelat  yang digunakan  dalam  formulasi,  maka  kadar  lemak  cokelat  yang
ditambahkan relatif semakin berkurang.
+ +
+ +
+ +
- +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+ +
+ -
- -
- -
-
88 2.
Kadar lemak cokelat vs kadar susu + Permen cokelat ‘Jimbarwana’ merupakan kategori permen cokelat susu
milk  chocolate.  Oleh  karena  itu,  kadar  susu  harus  berbanding  lurus dengan penambahan volume produksi. Artinya, semakin banyak lemak
cokelat  yang  digunakan  harus  diimbangi  dengan  meningkatnya  kadar susu dalam formulasi.
3. Kadar lemak cokelat vs kadar gula halus +
Lemak  cokelat  pada  formulasi  permen  cokelat  ‘Jimbarwana’ merupakan  bahan  baku  utama  yang  berperan  sebagai  pelarut  bahan
baku  lainnya  fase  pendispersi.  Oleh  karena  itu,  peningkatan  volume produksi  dengan  menambah  lemak  cokelat  harus  diimbangi  dengan
penambahan kadar gula halus. 4.
Kadar lemak cokelat vs tahap pemastaan + Tahap
pemastaan merupakan
tahap yang
penting sebelum
dilakukannya  tahap  pengempaan  untuk  memperoleh  jumlah  lemak cokelat  yang  dibutuhkan.  Semakin  lamabanyak  ulangan  proses
pemastaan  dilakukan,  butiran  pasta  akan  semakin  halus  dan  lemak cokelat yang dapat diekstrak pun semakin bertambah.
5. Kadar lemak cokelat vs tahap pengempaan +
Kondisi  proses  pengempaan  tertentu  akan  menghasilkan  kadar  lemak cokelat  dengan  jumlah  tertentu  pula.  Optimasi  proses  pengempaan
salah  satunya  dapat  dilakukan  dengan  meningkatkan  waktu  dan tekanan  yang  dibutuhkan  pada  proses  pengempaan,  sehingga  lemak
cokelat yang dihasilkan menjadi lebih banyak. 6.
Kadar pasta cokelat vs kadar susu + Permen  cokelat  ‘Jimbarwana’  merupakan  permen  kategori  cokelat
susu.  Semakin  semakin  tinggi  kadar  pasta  cokelat  yang  digunakan sebagai  bahan  baku  akan  meningkatkan  rasa  cokelat  pada  produk
akhir. Dan hal ini harus diimbangi dengan ditingkatkannya kadar susu supaya rasa susu tetap terasa.
89 7.
Kadar pasta cokelat vs kadar gula halus + Komponen  pasta  cokelat  adalah  padatan  cokelat  dan  lemak  cokelat.
Padatan cokelat akan memberikan citarasa khas cokelat cocoa body, termasuk rasa pahit yang memang khas cokelat. Oleh karena itu, dalam
formulasi  permen  cokelat,  penambahan  pasta  cokelat harus  diimbangi kadar  gula  halus  untuk  memperoleh  keselarasan  rasa  sebuah  permen
cokelat, yaitu antara rasa pahit cokelat dan rasa manis. 8.
Kadar pasta cokelat vs tahap pemastaan + Tahap  pemastaan  merupakan  proses  yang  mengolah  nib  cokelat  hasil
penyangraian menjadi bentuk pasta. Oleh karena itu, peningkatan skala proses pemastaan akan meningkatkan jumlah persediaan pasta cokelat.
9. Kadar pasta cokelat vs tahap pengempaan -
Pasta  cokelat  di  Koperasi  Wanita  Srikandi  Jimbarwana  ini  digunakan untuk  dua  lini  proses,  yaitu  pasta  cokelat  sebagai  pasta  cokelat  untuk
formulasi permen cokelat dan pasta cokelat sebagai input untuk proses pengempaan. Oleh karena itu, jika kadar pasta cokelat dalam formulasi
ditingkatkan,  maka  ketersediaan  pasta  cokelat  untuk  proses pengempaan akan berkurang.
10. Kadar pasta cokelat vs tahap penghalusan +
Pasta  cokelat  adalah  salah  satu  komponen  yang  menyumbang  total padatan pada formulasi permen cokelat ‘Jimbarwana’. Banyaknya dan
halusnya  pasta  cokelat  dalam  formulasi,  akan  menentukan  kehalusan produk  akhir.  Oleh  karena  itu,  semakin  tinggi  kadar  pasta  cokelat
dalam  formulasi,  tahap  penghalusan  juga  harus  dilakukan  semakin baik, sehingga spesifikasi ukuran partikel akhir  yang diinginkan dapat
dipenuhi. 11.
Kadar pasta cokelat vs tahap konsing + Sama  halnya  dengan  tahap  penghalusan,  tahap  konsing  salah  satunya
juga  berperan  dalam  menghasilkan  struktur  partikel  produk  akhir permen cokelat ‘Jimbarwana’ dengan tingkat kehalusan tertentu. Oleh
karena itu, semakin banyak kadar pasta cokelat yang digunakan, tahap konsing  harus  semakin  diperhatikan,  misalnya  dengan  mengatur  lama
90 rotasi  konsing,  jarak  roda  konsing  dengan  dasar  mesin  konsing,
ataupun dengan mengatur temperatur. 12.
Kadar susu vs kadar emulsifier lesitin + Susu  adalah  salah  satu  komponen  yang  menyumbang  padatan  pada
permen  cokelat  ‘Jimbarwana’.  Hal  inilah  yang  menjadi  alasan  bahwa banyaknya  kadar  susu  akan  menentukan  kehalusan  produk  akhir
permen cokelat ‘Jimbarwana’. Kehalusan produk akhir sebuah permen cokelat  akan  dihasilkan  apabila  tepat  dalam  proses  dan  bahan  baku.
Dalam hal bahan baku, emulsifier lesitin akan sangat berperan penting dalam  mendispersikan  partikel  padatan  dalam  lemak  cokelat.  Oleh
karena  itu,  semakin  tinggi  kadar  susu  harus  diimbangi  dengan  kadar emulsifier lesitin yang digunakan.
13. Kadar susu vs tahap pencampuran +
Tahap  pencampuran  merupakan  tahap  awal  dalam  memproduksi permen  cokelat  ‘Jimbarwana’.  Tahap  pencampuran  berperan  dalam
menghasilkan  adonan  yang  homogen  pada  tahap  dini.  Semakin  tinggi kadar  susu  yang  digunakan  dalam  formulasi,  maka  waktu
pencampuran  yang  dibutuhkan  untuk  menghasilkan  adonan  yang homogen semakin lama.
14. Kadar susu vs tahap penghalusan +
Sama halnya seperti korelasi kadar pasta cokelat vs tahap penghalusan, susu  juga  merupakan  salah  satu  komponen  yang  menyumbang  total
padatan pada formulasi permen cokelat ‘Jimbarwana’. Banyaknya dan halusnya  susu  dalam  formulasi,  akan  menentukan  kehalusan  produk
akhir.  Oleh  karena  itu,  semakin  tinggi  kadar  susu  dalam  formulasi, tahap  penghalusan  juga  harus  dilakukan  semakin  baik,  sehingga
spesifikasi ukuran partikel akhir yang diinginkan dapat dipenuhi. 15.
Kadar susu vs tahap konsing + Sama  halnya  dengan  tahap  penghalusan,  tahap  konsing  salah  satunya
juga  berperan  dalam  menghasilkan  struktur  partikel  produk  akhir permen cokelat ‘Jimbarwana’ dengan tingkat kehalusan tertentu. Oleh
91 karena itu, semakin banyak susu yang digunakan, tahap konsing harus
semakin diperhatikan. 16.
Kadar gula halus vs kadar emulsifier lesitin + Gula  halus  merupakan  komponen  yang  juga  menyumbang  padatan
pada  permen  cokelat  ‘Jimbarwana’.  Oleh  karena  itu,  semakin  tinggi kadar gula halus harus diimbangi dengan kadar emulsifier lesitin yang
digunakan. 17.
Kadar gula halus tahap pencampuran + Semakin  tinggi  kadar  gula  halus  yang  digunakan  dalam  formulasi,
maka  waktu  pencampuran  yang  dibutuhkan  untuk  menghasilkan adonan yang homogen semakin lama.
18. Kadar gula halus vs tahap penghalusan +
Gula  halus  juga  merupakan  komponen  yang  menyumbang  total padatan pada formulasi permen cokelat ‘Jimbarwana’. Banyaknya dan
halusnya  gula  halus  dalam  formulasi,  akan  menentukan  kehalusan produk  akhir.  Oleh  karena  itu,  semakin  tinggi  kadar  gula  halus  dalam
formulasi,  tahap  penghalusan  juga  harus  dilakukan  semakin  baik, sehingga  spesifikasi  ukuran  partikel  akhir  yang  diinginkan  dapat
dipenuhi. 19.
Kadar gula halus vs tahap konsing + Sama  halnya  dengan  tahap  penghalusan,  tahap  konsing  salah  satunya
juga  berperan  dalam  menghasilkan  struktur  partikel  produk  akhir permen cokelat ‘Jimbarwana’ dengan tingkat kehalusan tertentu. Oleh
karena  itu,  semakin  banyak  kadar  gula  halus  yang  digunakan,  tahap konsing harus semakin diperhatikan.
20. Kadar emulsifier lesitin vs tahap penghalusan +
Kadar  emulsifier  yang  tepat  akan  mempengaruhi  kondisi  emulsi  yang terjadi.  Emulsifier  lesitin  pada  proses  produksi  permen  cokelat
‘Jimbarwana’  ditambahkan  pada  tahan  penghalusan  dan  konsing.  Jika jumlah  adonan  ditingkatkan,  maka  kadar  lesitin  pun  ditambah.  Dan
pertambahan  kadar  lesitin  pada  tahap  penghalusan  ini  akan  menjadi efektif apabila proses penghalusan dilakukan dengan baik.
92 21.
Kadar emulsifier lesitin vs tahap konsing + Tahap  konsing  merupakan  tahap  yang  penting  pada  produksi  permen
cokelat  karena  berperan  dalam  menghasilkan  kondisi  emulsi  adonan yang  stabil.  Jika  dilakukan  peningkatkan  jumlah  adonan,  maka  kadar
emulsifier  juga  akan  ditambah.  Dan  penambahan  lesitin  pada  tahap konsing  ini  akan  menjdi  efektif  jika  proses  konsing  dilakukan  dengn
kondisi yang tepat. 22.
Tahap penyangraian vs tahap konsing + Tahap  penyangraian  dan  tahap  konsing  berkorelasi  dalam  peranannya
menghasilkan  citarasa  dan  aroma  permen  cokelat  yang  baik.  Semakin lama  penyangraian  biji  kakao  kering  fermentasi,  maka  citarasa  yang
kurang  baik  seperti  asam  dapat  direduksi.  Namun,  penyangraian  yang terlalu lama justru akan menimbulkan rasa gosong pada biji kakao dan
akan terbawa hingga produk akhir. Tahap konsing juga berperan dalam mereduksi  citarasa  dan  aroma  yang  kurang  baik  pada  adonan  permen
cokelat. 23.
Tahap pemastaan vs tahap pengempaan - Korelasi  negatif  antara  tahap  pemastaan  dan  tahap  pengempaan  yang
dimaksud di sini adalah apabila tahap pemastaan umumnya dilakukan 2  kali  proses  dilakukan  lebih  banyak  ulangan  proses  akan
menghasilkan  partikel  pasta  cokelat  yang  lebih  halus.  Akibatnya, kandungan  minyak  yang  terdapat  di  dalam  pasta  cokelat  dapat  lebih
banyak  didapatkan  ketika  tahap  pengempaan  dilakukan.  Selain  itu, semakin halus partikel pasta cokelat akan mengurangi lama pengerjaan
tahap pengempaan. 24.
Tahap pemastaan vs tahap pencampuran - Korelasi negatif antara tahap pemastaan dan tahap pencampuran  yang
dimaksud  di  sini  adalah  semakin  lama  tahap  pemastaan  dilakukan, maka akan menghasilkan partikel pasta cokelat  yang lebih halus. Dan
hal ini akan memudahkan proses pencampuran adonan yang dilakukan setelahnya.
93 25.
Tahap pemastaan vs tahap penghalusan - Semakin lama tahap pemastaan dilakukan, maka partikel pasta cokelat
yang  dihasilkan  akan  semakin  halus.  Dan  hal  ini  akan  meringankan beban pada tahap penghalusan.
26. Tahap pemastaan vs tahap konsing -
Semakin  halus  partikel  pasta  cokelat  akibat  perlakuan  peningkatan lama  tahap  pemastaan,  akan  meringankan  beban  konsing  dalam
menciptakan kondisi adonan yang lebih halus. 27.
Tahap pencampuran vs tahap pencetakan + Semakin  banyak  adonan  yang  dicampur  pada  tahap  pencampuran,
maka  tahap  pencetakan  akan  semakin  lama  karena  jumlah  yang  yang harus dicetak semakin banyak.
28. Tahap penghalusan vs tahap konsing -
Kedua  tahap  ini  mempunyai  salah  satu  peran  yang  sama  dalam menghalusan adonan. Semakin lama tahap penghalusan, maka adonan
sudah  menjadi  halus  ketika  masuk  ke  proses  konsing.  Hal  ini  akan meringankan beban penghalusan pada proses konsing.
29. Tahap pengemasan vs bahan kemasan +
Lama  tahap  pengemasan  adalah  tergantung  dari  banyak  sedikitnya produk  permen  cokelat  yang  harus  dikemas.  Semakin  lama  tahap
pengemasan,  artinya  semakin  banyak  permen  cokelat  yang  harus dikemas dan kemasan yang digunakan pun harus semakin banyak.
30. Bahan kemasan vs permeabilitas kemasan +
Permeabilitas  suatu  kemasan  berkaitan  dengan  proses  migrasi  baik udara,  aroma,  dan  lainnya  dari  luar  kemasan  ke  dalam  kemasan
ataupun  sebaliknya.  Kondisi  permeabilitas  tertentu  suatu  kemasan adalah tergantung jenis bahan kemasan yang digunakan.
94
                