WAKTU DAN TEMPAT PENDAHULUAN

5

II. KEADAAN UMUM KOPERASI WANITA SRIKANDI JIMBARWANA

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KOPERASI

Pengembangan sektor pertanian kakao di Jembrana diawali dengan adanya program Bappenas tahun 1995 yang melalui program ini telah dibentuk kawasan cepat tumbuh berbasis agribisnis kakao. Masing-masing daerah di Bali pada dasarnya mempunyai fokus pengembangan agribisnis tertentu, misalnya Tabanan merupakan daerah untuk pengembangan sayuran, Bangli merupakan daerah untuk pengembangan kopi, dan daerah lainnya termasuk Jembrana yang fokus pada pengembangan kakao. Konsep program Bappenas ini adalah terpadu. Oleh karena itu, sektor agribisnis yang dijalankan merupakan interaksi terpadu pada aspek hulu hingga hilir yang melibatkan berbagai instansi, terutama pihak pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah kabupaten yang bersangkutan. Agribisnis kakao di Kabupaten Jembrana dikelola oleh Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya pada aspek primer dengan melibatkan petani kakao subak setempat. Lokasi koperasi ini adalah di Jalan Raya Negara- Gilimanuk. Bangunan dan peralatan pengolahan kakao primer ini berasal dari pemerintah provinsi Bali. Untuk menambah value produk yang dihasilkan, dibentuklah Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana yang mempunyai misi mengolah biji kakao kering yang dihasilkan Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya menjadi produk cokelat. Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana ini berlokasi di area yang sama dengan koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya. Denah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya menghasilkan biji kakao kering hasil fermentasi perdananya pada akhir tahun 2006. Sehingga, Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana yang telah mulai beroperasi awal tahun 2007 dapat memanfaatkan biji kakao kering tersebut. Tahun 2007 merupakan tahun pembelajaran bagi Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana untuk mendalami mengenai formulasi dan proses yang diperlukan tahap uji coba. Dan tahun 2008 ini ditargetkan Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana telah melakukan penetrasi pasar ke target pasar yang dibidik. Untuk sementara, 6 bahan baku disuplai dari subak, Dinas Perkebunan Daerah, ataupun Perusahaan Daerah. Struktur Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana pada divisi yang menangani usaha pengolahan cokelat lini sekunder ini belum jelas. Divisi ini terdiri atas 5 orang tim produksi termasuk satu orang koordinator yang bertugas menyiapkan bahan baku produksi, melaksanakan produksi, hingga pemasaran produk. Lima orang tim produksi tersebut adalah Nobertha Yohana Lima koordinator, Ni Nengah Yudiantari, I Kadek Bajra Sana, I Wayan Nirta, dan Ni Komang Rediti Eka Nilawati.

B. PEMASARAN

Pemasaran produk permen cokelat ‘Jimbarwana’ masih terbatas pada area lokal Jembrana. Hal ini dikarenakan belum teridentifikasinya segmen pasar yang dibidik sebagai konsumen potensial potencial costumers. Tidak jelasnya pasar produk permen cokelat ‘Jimbarwana’ ini berdampak pada skala produksi yang dilakukan. Pasar yang belum jelas mengakibatkan kecenderungan produksi hanya dilakukan dalam skala terbatas untuk memperkecil resiko produk tidak terjual.

C. EVALUASI UMUM KOPERASI

Tabel 1 menunjukkan hasil evaluasi umum Koperasi Wanita Srikandi Jimbarwana berdasarkan hasil Focus Group Discussion FGD dengan tim produksi koperasi tersebut. Hasil evaluasi meliputi identifikasi masalah dan beberapa alternatif solusi yang ditawarkan. Masalah yang teridentifikasi terdiri atas beberapa aspek, yaitu pengadaan bahan baku, produksi, produk, pemasaran, dan sumber daya manusia. Alternatif solusi yang diberikan dapat berupa konsep program ataupun perihal teknis.