Pembahasan Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
77,92. Pada kedua kelas, baik eksperimen I dan II dilakukan kegiatan diskusi kelompok. Kegiatan diskusi kelompok akan membiasakan sikap saling bekerja sama
pada diri peserta didik. Karena diskusi kelompok yang dilakukan pada setiap proses pembelajaran untuk bersama-sama memecahkan masalah dan menemukan konsep.
Hal ini juga menunjukkan bahwa peserta didik mampu bertoleransi terhadap teman kelompoknya dengan baik. Peserta didik memiliki cara pandang yang berbeda
melihat suatu permasalahan. Cara pendang yang berbeda membuat peserta didik memiliki pendapat yang berbeda pula. Dalam banyaknya perbedaan peserta didik
mampu menunjukkan sikap menghargai pendapat maupun jawaban yang berbeda. Pada aspek sikap tekun, perbedaan persentase rata-rata pada kelompok
eksperimen I dan II 70,48 dan 66,41 adalah sebesar 4,07. Diantara keenam aspek sikap ilmiah yang diujikan pada penelitian ini, sikap tekun menduduki
peringkat terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tekun kedua kelompok ini tumbuh kurang baik saat pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini, peserta didik
menunjukkan bahwa mereka mudah bosan dalam melakukan percobaan, serta mudah putus asa jika percobaan yang dilakukan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sebagian besar peserta didik mudah terpengaruh dengan teman kelompok lain yang selesai lebih awal. Hal ini terjadi dari beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal
6
. Faktor internal terdiri dari minat dan motivasi dari diri peserta didik tersebut. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa peserta didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi dapat juga diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan peserta didik yang
berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu dan sama sekali tak menghiraukan sesuatu yang
lain. Minat merupakan alat motivasi yang utama untuk dapat membangkitkan kegairahan belajar peserta didik dalam rentang waktu tertentu. Peserta didik yang
mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
6
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011, h. 166-167
mana perbuatan yang diabaikan. Dengan tekun peserta didik belajar. Dengan penuh konsentrasi peserta didik belajar agar tujuannya mencari sesuatu yang ingin diketahui
dan dimengerti itu cepat tercapai. Pada aspek sikap peka terhadap lingkungan sekitar kelas eksperimen I sebesar
74,72 lebih rendah dibandingkan dengan kelas eksperimen II sebesar 79,15. Hal ini disebabkan peserta didik kelas eksperimen II sudah terbiasa untuk selalu menjaga
kebersihan ruanganlaboratorium setelah proses pembelajaran selesai. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peserta didik bahwa pada kelompok eksperimen II terbiasa
untuk selalu menjaga kebersihan ruangan setelah proses pembelajaran selesai karena sesama peserta didik selalu mengingatkan temannya untuk membersihkan ruangan
setelah pembelajaran selesai. Hal ini terjadi setelah peserta didik tersebut mendapatkan teguran dari petugas kebersihan kelas.
7
Teguran atau suatu hukuman jika dilakukan dengan tepat dan bijak akan menjadi alat motivasi yang baik dan
efektif jika dilakukan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif maksudnya sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan memperbaiki sikap dan perbuatan
peserta didik yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman yang diberikan itu peserta didik tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran.
8
Berdasarkan penilaian lembar observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung, sikap ilmiah dari pertemuan I, II, dan III mengalami penurunan dan
kenaikan. Aspek yang mengalami kenaikan dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada kelas eksperimen I adalah rasa ingin tahu sebesar 4,62,aspek berpikir
kritis sebesar 3,65, aspek berpikir terbuka dan kerja sama sebesar 1,82, dan aspek peka terhadap lingkungan sekitar sebesar 17,7. Sedangkan tidak ada kenaikan dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada kelas eksperimen II di setiap aspeknya. Hal ini dikarenakan banyak peserta didik pada kelas ekperimen II di pertemuan kedua
tidak melakukan proses pembelajaran dengan sungguh-sungguh dan masih banyak
7
Lampiran 19
8
Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., h. 164
peserta didik yang melakukan kegiatan di luar pembelajaran seperti mengobrol dan mengganggu teman kelompok lain.
Pada pertemuan ketiga berbanding terbalik dari pertemuan kedua, dari aspek yang dinilai kelompok eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation mengalami kenaikan terutama pada aspek berpikir kritis yaitu sebesar 25,17. Kenaikan ini disebabkan karena peserta didik merasa tertarik dengan
materi yang dibahas yaitu liken dan mikoriza. Dengan ketertarikan tersebut peserta didik jadi termotivasi untuk mencari tahu dan tekun dalam melakukan penyelidikan.
Terlihat jelas bahwa pada pertemuan ketiga aspek peka terhadap lingkungan kelompok eksperimen I hanya mendapatkan rata-rata persentase sebesar 37,8. Hal
ini disebabkan karena setelah pembelajaran selesai dari 6 kelompok hanya 1 kelompok yang membersihkan ruanganlaboratorium.
Suatu hipotesis penelitian yang didasarkan atas asumsi atau landasan teoritis yang kuat serta didukung pula oleh langkah-langkah ilmiah yang benar, maka pada
umumnya hipotesis yang diuji itu akan terbukti benar. Namun kenyataannya berdasarkan uji hipotesis dengan uji-t dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
sikap ilmiah antara penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan group investigation. Kesalahan penarikan kesimpulan dalam pengujian hipotesis ini bisa
disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan sampel, salah dalam pemilihan teori, dan salah dalam pembuatan rancangan penelitian.
9
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tiap sampel yang diteliti kemungkinan mengandung kesalahan
sampling, besar atau kecil. Salah satu sumber yang pasti dari kesalahan sampling itu adalah kenyataan bahwa populasi tidak pernah homogen secara sempurna. Sumber
kesalahan lainnya adalah keterbatasan peneliti dalam mengatur waktu saat melakukan aksi dalam kelas, dengan melakukan pembelajaran menggunakan metode praktikum
dengan alokasi 3 x 45 menit selama 3 kali pertemuan peserta didik merasa terburu- buru dalam melakukan pengamatan sehingga proses pembelajaran tidak berjalan
9
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, h. 9
dengan maksimal. Selain itu, peserta didik mengalami kesulitan dalam pengoprasian mikroskop untuk mengamati objek sehingga praktikum berjalan lebih lama dari
waktu yang sudah ditetapkan dalam RPP. Hal ini sesuai dengan kelemahan dari masing-masing model yang digunakan, bahwa model pembelajaran inkuiri dan group
investigation memerlukan jumlah jam pelajaran yang banyak dan juga waktu di luar kelas dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. Idealnya untuk
membiasakan peserta didik bersikap ilmiah dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan group investigation membutuhkan waktu yang tidak sebentar atau
relatif lama, dengan penelitian selama tiga kali pertemuan dengan alokasi 3 x 45 menit tenyata belum dapat meningkatkan atau membiasakan peserta didik untuk
bersikap ilmiah. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwi dan Fransisca bahwa untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa secara maksimal diperlukan waktu yang lama dan
konsisten.
10
10
Dwi Indah Suryani dan Fransisca Sudargo, Pengaruh Model Pembelajaran Open Inquiry dan Guided Inquiry terhadap Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Tema Suhu dan Perubahan, Jurnal
EDUSAINS, Vol. 7, 2015. h. 132
63