merumuskan kesimpulan. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar peserta didik.
Tahap kedua adalah merumuskan masalah. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabanya,
dan peserta didik didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Tahap ketiga adalah merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban
sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
Tahap keempat adalah mengumpulkan data. Menggumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
Tahap kelima menguji hipotesis. Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan
hanya berdasarkan argument, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tahap keenam adalah merumuskan kesimpulan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik data mana yang relevan.
Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah dipaparkan, peneliti menggunakan sintaks inkuiri menurut Wina Sanjaya yang lebih kompleks dan sesuai dengan
indikator yang digunakan untuk menilai sikap ilmiah peserta didik. Pada tahapan orientasi, sikap ilmiah peserta didik yang muncul seperti berpikir terbuka dan kerja
sama. Pada saat merumuskan masalah peserta didik dibawa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang peserta didik untuk memecahkan teka-teki itu yang akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik. Pada tahap merumuskan hipotesis sikap imiah yang
dapat dinilai adalah berpikir kritis, dan rasa ingin tahu. Pada tahap mengumpulkan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya jadi
sikap ilmiah yang akan muncul pada tahapan ini seperti tekun dan respek terhadap data dan fakta. Sedangkan pada tahapan menguji hipotesis dan merumuskan
kesimpulan sikap ilmiah yang diharapkan muncul yaitu berpikir kritis dan respek terhadap data. Hal ini karena pada tahapan menguji hipotesis dan merumuskan
kesimpulan dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argument, akan tetapi harus
didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Setiap model pembelajaran yang digunakan pasti mempunyai keunggulan serta kelemahan masing-masing. Dalam hal ini Strategi Pembelajaran Inkuiri SPI
memiliki beberapa keunggulan.
14
Pertama, membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif.
Kedua, peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. Ketiga, dapat membangkitkan
14
Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama, 2012, h.79
motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi. Keempat, memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan
minat masing-masing. Kelima, memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta
didik dengan peran guru yang sangat terbatas. Selain memiliki kelebihan, Inkuiri juga mempunyai beberapa kekurangan.
15
Pertama, inkuiri memerlukan jumlah jam pelajaran kelas yang banyak dan juga waktu di luar kelas dibandingkan dengan metode pembelajaran lainnya. Kedua, inkuiri
memerlukan proses mental yang berbeda, seperti perangkat analitik dan kognitik. Hal ini mungkin kurang berguna untuk semua bidang pembelajaran. Ketiga, inkuiri dapat
berbahaya bila dikaitkan dengan beberapa problema inkuiri terutama isu-isu controversial. Keempat, Peserta didik lebih menyukai pendekatan bab per bab yang
tradisional. Kelima, inkuiri sulit untuk dievaluasi dengan menggunakan tes prestasi tradisional, misalnya, bagaimana anda mengevaluasi proses pemikiran yang
digunakan oleh peserta didik ketika mereka sedang mengerjakan program-program inkuiri?.
2. Pembelajaran Kooperatif a. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ngalimun dalam bukunya
mengatakan bahwa, pembelajaran kooperatif cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
16
Heterogen maksudnya adalah peserta didik berada dalam kelompok kecil dengan peserta didik yang memiliki
tingkat keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan
15
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013, h. 41
16
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, h.174
pemahaman mereka pada sebuah subyek mata pelajaran.
17
Selain itu, pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
18
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan.
19
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran di dalam kelompok
kecil yang berjumlah 4-6 orang, dengan tingkat keahlian yang berbeda serta memiliki keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya
demi mencapai tujuan pembelajaran.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu peserta didik berkelompok untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas dalam proses
pembelajaran, peserta didik saling bergantung secara positif, peserta didik belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 peserta didik, peserta didik
menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial, setiap peserta didik secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka.
20
Untuk itu dibutuhkan niat para peserta didik dan para anggota kelompoknya untuk bekerja sama yang saling menguntungkan dan saling menguasai materi
pembelajaran dan menyadari peran masing-masing serta setiap anggota kelompoknya berhak memberi pandangan atau bertukar ide dalam penyelesaian masalah agar dapat
diterima dan dipahami oleh semua peserta didik. Tujuan pembelajaran tidak akan tercapai jika penyelesaiannya hanya dilakukan oleh seorang peserta didik saja.
17
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009,h. 130
18
Rusman, Model-model Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011, h. 204
19
Ibid, h. 205
20
Zulfiani, dkk., op cit, h. 131
c. Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
mempunyai beberapa
tujuan, diantaranya
meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik, dapat menciptakan kerjasama yang baik dengan kelompoknya yang mempunyai berbagai perbedaan
latar belakang sehingga dapat menghargai pendapat orang, berbagi tugas dan kerjasama dalam kelompok. selain itu pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, memancing rasa ingin tahu peserta didik, memotivasi peserta didik menjelaskan ide atau pendapat.
21
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada peserta didik keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting
untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya semakin beragam.
22
Jadi, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, perbedaan terhadap
individu, dan pengembangan keterampilan sosial, juga memperbaiki prestasi peserta didik atau tugas akademis penting lainnya. Model pembelajaran kooperatif bertujuan
untuk menerima secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif
memberi peluang bagi peserta didik dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
d. Keterampilan dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi peserta didik juga harus mempelajari keterampilan khusus yang disebut keterampilan
kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja
21
Abdul Majid, op.cit., h. 175
22
Rusman, op. cit., h. 210