Data dan Instrumentasi Metode Pengumpulan Data Asumsi Dasar

36

IV METODE PENELITIAN

4. 1 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak Itik KTTI “Bebek Jaya” Desa Babadan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Kelompok Tani Ternak Itik KTTI ini sedang merencanakan proyek pendirian usaha peternakan itik petelur, dengan pemanfaatan sumber pakan alternatif yang tersedia di sekitar lokasi yang belum termanfaatkan secara optimal. Penelitian dilakukan pada bulan November 2009 – Mei 2010. waktu tersebut dipilih karena pada umumnya di bulan tersebut peternak akan melakukan peremajaan Itik kembali, dan bersiap memasuki awal periode pemeliharaan selanjutnya, sehingga kebijakan dalam pendirian atau pengembangan usaha akan diputuskan dan dilakukan pada kurun waktu tersebut.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan yaitu berupa data primer dan data sekunder, data sekunder yang digunakan adalah data yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan peternak anggota KTTI ”Bebek Jaya” maupun dengan pihak-pihak yang dianggap berkompeten dalam memberikan tambahan informasi untuk melengkapi data penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait misalnya Dinas Pertanian Perkebunan Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, BPS, juga menggunakan artikel dan literatur yang relevan dengan penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dilakukan yaitu dengan mengumpulakan seluruh data yang berhubungan dengan penelitian baik yang sekunder maupun primer, kemudian data tersebut diproyeksikan beberapa tahun kemudian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara langsung dengan peternak anggota KTTI ”Bebek Jaya” yang bersedia yaitu 30 orang dari jumlah total anggota sebanyak 38 orang peternak. Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 37

4.4 Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diolah secara deskriptif. Analisis data meliputi : analisis kelayakan usaha, dan analisis sensitifitas. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan komputer program Microsoft excel. Sebelum data diolah terlebih dahulu dilakukan pengeditan data agar tidak terjadi kekeliruan dalam proses pengolahan data, hal tersebut mutlak dilakukan demi memperbaiki kualitas data yang diperoleh.

4.4.1 Analisis Kelayakan Aspek Pasar

Dalam penelitian ini, data yang berhubungan dengan aspek pasar meliputi: data permintaan dan penawaran telur Itik. Data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. Tujuan analisis kelayakan aspek pasar adalah untuk melihat apakah kondisi pasar telur Itik yang ada saat ini memungkinkan untuk dimasuki, serta bagaimana peluang pasar usaha tersebut ke depan. Hasil analisis aspek pasar akan membawa pada kesimpulan bahwa jika terdapat permintaan pada suatu harga yang menguntungkan maka usaha tersebut dapat dikatakan layak ditinjau dari aspek pasar.

4.4.2 Analisis Kelayakan Aspek Teknis

Analisis secara teknis berhubungan erat dengan input proyek penyediaan dan output produksi berapa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek-aspek lain dalam analisis proyek hanya akan berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan. Analisis secara teknis dilakukan untuk melihat hubungan-hubungan teknis yang mungkin terjadi misalnya: keadaan geofisik lokasi budidaya, suhu udara, pengadaan input produksi, teknologi budidaya pemberian pakan, pemeliharaan dan penggunaan peralatan budidaya. Keseluruhan input ini tentunya akan mempengaruhi produktivitas usaha, yang ditunjukan oleh tingkat kelangsungan hidup yang bisa dicapai. Untuk lokasi budidaya, secara teknis lokasi akan dianalisis berdasarkan referensi berupa buku-buku tentang teknik budidaya dan publikasi hasil penelitian dari lembaga penelitian atau ahli-ahli yang berkompeten di bidang ternak unggas khususnya ternak Itik. Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 38

4.4.3 Analisis Kelayakan Aspek Manajemen

Analisis kelayakan pada aspek manajemen dilakukan terhadap informasi atau data yang berkenaan dengan manajemen usaha. Analisis secara deskriptif pada aspek ini akan dilakukan untuk menggambarkan kondisi yang ditemukan dilapangan yakni khususnya mengenai gambaran pekerjaan dari setiap tenaga kerja yang terlibat dalam usaha. Selanjutnya dari analisis secara deskriptif ini akan diturunkan ke dalam analisis kuantitatif, untuk menentukan besarnya tingkat upah tenaga kerja yang akan digunakan dalam perhitungan pada analisis finansial. Hasil akhir dari analisis kelayakan terhadap aspek manajerial ini adalah berupa informasi mengenai layak tidaknya usaha dari segi penataan manajemen usaha yang tentunya berimplikasi pada kelayakan secara finansial.

4.4.4 Analisis Kelayakan Aspek Finansial

Dalam aspek finansial usaha, analisis yang dilakukan meliputi analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi yaitu meliputi net present value NPV, internal rate return IRR, net benefit cost ratio net BC, dan analisis swithing value. Analisis biaya dan manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang akan dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama proyek tersebut dijalankan. Hasil dari analisis biaya dan manfaat kemudian diolah sehingga menghasilkan analisis laba rugi. Sementara analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar dari perhitungan kriteria investasi. Hasil dari penghitungan kriteria investasi akan menunjukan layak atau tidaknya usaha dari sisi finansial. Sedangkan analisis switching value dilakukan adalah untuk mencari batas maksimal suatu perubahan, sehingga dengan batas tersebut usaha masih dikatakan layak. 1 Net Present Value NPV NPV adalah manfaat bersih yang diterima selama umur proyek. NPV dapat diartikan sebagai selisih present value antara nilai investasi dengan penerimaan arus kas bersih pada masa yang akan datang Kadariah, 1999. Rumus NPV adalah sebagai berikut : Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 39 keterangan : Bt = Penerimaan benefit tahun ke-t Rupiah Ct = biaya cost yang dikeluarkan pada tahun ke-t Rupiah n = umur ekonomis proyek tahun i = Tingkat suku bungaDiscount rate persen t = Tahun kriteria investasi berdasarkan NPV adalah : NPV 0, proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi NPV 0, proyek merugikan tidak dapat dilaksanakan 2 Net Benefit Cost Ratio Nett BC Ratio Nett BC menunjukkan tingkat besarnya tambahan manfaat pada tambahan biaya sebesar satu satuan Kadariah, 2001. Angka ini merupakan perbandingan antara NPV positif dengan NPV negatif. Rumus Nett BC adalah sebagai berikut : n ∑ B t – C t Nett BC = t=1 1 + i t untuk Bt – Ct 0 n untuk Bt – Ct 0 ∑ B t – C t t=1 1 + i t keterangan : Bt = Penerimaan benefit tahun ke-t Rupiah Ct = biaya cost yang dikeluarkan pada tahun ke-t Rupiah n = umur ekonomis proyek tahun i = Tingkat suku bungaDiscount rate persen t = Tahun Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek layak dilaksanakan jika nilai Net Benefit Cost Ratio Net BC Ratio lebih dari satu. 3 Internal Rate of return IRR IRR adalah suatu tingkatan keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari suatu proyek sama dengan nol Kadariah, 2001. Suatu kegiatan investasi layak jika nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang ditentukan. Apabila nilai IRR lebih kecil dari discount rate maka usaha tersebut tidak layak dijalankan. Rumus IRR adalah sebagai berikut : Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 40 1 2 2 1 1 1 i i NPV NPV NPV i IRR - - + = keterangan : NPV 1 = NPV yang bernilai positif Rupiah NPV 2 = NPV yang bernilai negatif Rupiah i 1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif persen i 2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif persen 4 Payback period Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. Secara matematika rumus Payback period yaitu: I PP = Ab Keterangan: PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi TahunBulan I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Rupiah Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun Rupiah Selama proyek dapat mengembalikan modalinvestasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. 5 Analisis sensitivitas Switching Value Informasi keuangan usaha peternakan Itik petelur yang dituangkan ke dalam cashflow hanya berlaku untuk satu harga tertentu tanpa mempertimbangkan adanya perubahan yang mungkin terjadi. Faktor perubahan harga input, perubahan harga output dan tingkat produksi sering kali menjadi parameter utama yang mempengaruhi perubahan dalam analisis kelayakan usaha peternakan Itik petelur Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 41 ini. Adanya analisis sensitivitas dengan metode swithing value nilai pengganti ini adalah untuk mengatasi adanya perubahan-perubahan tersebut. Metode ini digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan yang membuat proyek tidak layak untuk diusahakan dengan melakukan perubahan pada suatu variabel. Keseluruhan dari asumsi-asumsi tersebut tidak terjadi secara bersamaan, dengan kata lain jika asumsi pertama terjadi maka faktor yang lain tidak berubah cateris paribus. Kriteria kelayakan investasi menunjukan tidak layak jika Net Present Value NPV menjadi nol, karena jika nol maka akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto yang berlaku.

4.5 Asumsi Dasar

Asumsi dasar ditentukan berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengurus KTTI ”Bebek Jaya” dan informasi-informasi yang diperoleh dari sumber-sumber luar literatur, instansi-instansi terkait dan lain sebagainya. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut yaitu: 1 Luas tanah yang digunakan adalah 2.000 M 2 dengan ukuran panjang 50 meter dan lebar 40 meter. Tanah ini merupakan tanah tegalan di sekitar pesawahan yang dibeli dengan harga Rp 65.000 per meter persegi, sehingga total pengeluaran untuk pembelian tanah sebesar Rp 130.000.000,- 2 Sumber modal yang digunakan adalah modal intern KTTI ”Bebek Jaya” dan pinjaman yang berasal dari bank. Besarnya pinjaman yaitu 75 dari besarnya total investasi. 3 Nilai sisa dari investasi sama dengan nol, kecuali barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis. 4 Tingkat suku bunga yang digunakan yaitu berdasarkan tingkat suku bunga Bank Bukopin pada saat ini yaitu 14 persen untuk suku bunga pinjaman. 5 Umur proyek adalah 10 tahun, ini berdasarkan pada umur ekonomis dari konstruksi bangunan kandang yang bersifat semi permanen. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang merupakan asset penting dalam usaha ini. 6 Kapasitas kandang yaitu 2000 ekor Itik. 7 Itik yang dipelihara adalah dari jenis Itik Tegal karena memiliki keunggulan yaitu masak kelamin lebih cepat dan mampu memproduksi telur 250-275 Butirtahun, dengan bobot telur rata-rata 65 grambutir Samosir, 1990. Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 42 8 Lamanya tiap periode pemeliharaan adalah 20 bulan atau sekitar 80 minggu, ini didasarkan pada umur produktivitas Itik petelur. 9 Harga input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga konstan yang berlaku pada bulan Juni 2010, Harga beli Itik betina siap telur yaitu sebesar Rp 36.000ekor, dengan spesifikasi sudah berusia enam bulan dan bobot minimum 1,2 kg. Sedangkan harga telur Itik hasil budidaya yaitu sebesar Rp 900butir. 10 Lamanya tiap periode pemeliharaan adalah 80 minggu, ini didasarkan pada standar usia produktif Itik petelur. 11 Tingkat mortalitas Itik petelur yaitu sebesar Empat persen setiap periode pemeliharaan, ini didasarkan pada batas toleransi minimum keberhasilan usaha peternakan unggas untuk tingkat mortalitas. 12 Keong Mas yang dipelihara adalah dari jenis Keong Mas Daging Kuning. Karena memiliki keunggulan sebagai berikut: Frekunditas mencapai 1835 butir telurgugus, Daya tetas telur mencapai 93 persen dengan rataan 76,27 persen, Mortalitas rata-rata 4 persen, laju pertumbuhan 1,68 mmminggu, Bobot Badan dewasa rata-rata 20 gramekor Khusnul Mar’ati. B.M, 1995. 13 Keong Mas berkembang biak dimulai pada usia 60 hari dan produktivitasnya bertahan sampai mencapai usia tiga tahun. Berat Keong Mas dewasa antara 10-20 gram Susanto, 1995. 14 Perkawinan Keong Mas dapat dilakukan sepanjang musim dan seekornya mampu memproduksi telur sekitar 1000-1200 butir setiap bulan, proporsi daging Keong Mas hanya sekitar 18 persen dari berat Keong Mas hidup Sudarto, 1991. 15 Keong Mas dipelihara pada kolam dengan rasio kepadatan 6 ekorliter air. Ini didasarkan pada hasil penelitian Setyadi tahun 2001 yang menyimpulkan bahwa kepadatan sangat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot Keong Mas P0,01. Kolam yang digunakan dalam pemeliharaan sebanyak 7 buah kolam, dengan ukuran masing-masing 5x3x1 meter, sehingga bisa menampung air sebanyak 15.000 liter dan bisa menampung populasi Keong Mas sebanyak 90.000 ekorkolam. Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 43 16 Formulasi pakan Itik yang digunakan adalah Kecepu menir + dedak padi 96,6 persen, dan daging giling Keong Mas 3,4 persen Bagus dalam Sulistiono 2007. Dari formulasi tersebut dapat diketahui kandungan zat makanan sebagai berikut: Tabel 10. Kandungan Zat Makanan Dalam Ransum Berdasarkan Hasil Perhitungan as feed basis Zat Makanan Nilai Satuan Bahan Kering 90,57 Protein Kasar 13,10 Serat Kasar 10,72 Lemak 12,43 Energi Metabolis 2941 kkalkg Sumber : Tim Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB 1999 Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m Click here to buy A w w w .ABBYY.c o m 44 V GAMBARAN UMUM KTTI

5.1 Sejarah KTTI