39 supir angkot dan berdagang sembako. Pekerjaan utama ditentukan dengan
pendekatan tenaga kerja maupun waktu terbesar yang diluangkan oleh seseorang dalam bekerja untuk memperoleh pendapatan baik dalam bentuk uang maupun
bentuk pendapatan lain seperti hasil pertanian maupun peternakan. Tabel 9, menunjukan bahwa sebagian besar 91,67 persen responden
menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai pekerjaan utama. Sedangkan responden yang menjadikan usaha ternak sapi perah sebagai pekerjaan tambahan
yang memiliki pekerjaan sampingan hanya sebesar 8,33 persen. Besarnya persentase yang menjadikan usaha ternak sapi perah dijadikan mata pencaharian
utama dikarenakan kontinuitas penerimaan tunai didapatkan responden setiap hari ketika sapi perah dalam masa laktasi.
5.3.2. Umur
Umur responden peternak sapi perah di daerah penelitian mayoritas berusia 35 sampai 55 tahun yaitu 80,56 persen. Selain itu, terdapat 11,11 persen
responden yang berusia kurang dari 35 tahun dan 8,33 persen responden yang berusia lebih dari 55 tahun ke atas. Jadi secara keseluruhan responden terbanyak
berusia 35 sampai 55 tahun. Hal ini disebabkan pada usia dewasa madya 35 sampai 55 tahun, responden telah memiliki kemantapan dalam berwirausaha di
bidang peternakan ini. Sedikitnya responden yang memiliki usia kurang dari 35 tahun dewasa awal disebabkan seseorang pada usia ini masih dalam tahap
pencarian bidang usaha yang sesuai dengan minat dan kemampuan. Responden usia 55 tahun ke atas tergolong sedikit. Hal ini dikarenakan
faktor usia yang sudah tidak sesuai untuk melakukan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam pengelolaan ternak sapi. Berdasarkan pengamatan di lapangan,
responden pada usia ini sebagian besar telah melimpahkan atau mewariskan usaha ternaknya kepada anak atau kerabatnya sehingga responden pada usia ini cukup
sedikit.
5.3.3. Pendidikan
Tingkat pendidikan responden berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh responden yang diwawancarai
pernah mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh
40 responden tersebut masih rendah. Sebagian besar tingkat pendidikan responden
adalah pendidikan Sekolah Dasar SD yaitu 64,86 persen. Hanya sebagian kecil responden yang mencapai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP yaitu
18,92 persen dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA yaitu 8,11 persen, ada juga responden yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali yaitu sekitar 8,11
persen. Tingkat pendidikan responden menjadi faktor utama dalam penerapan
transformasi teknologi yang ada dalam usahaternak sapi perah tersebut. Pada umumnya tingkat pendidikan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam
mengadopsi teknologi dan memahami Informasi, baik dalam hal budidaya maupun perlakuan pasca pemerahan.Tingkat pendidikan yang rendah ini
diperngaruhi oleh pola pikir responden yang masih menganggap bahwa pekerjaan yang mereka lakukan sudah turun-temurun dilakukan, sehingga mereka berpikir
bahwa pendidikan bukan hal yang utama.
5.3.4. Pengalaman Beternak Sapi Perah
Pengalaman beternak sapi perah yang dialami oleh responden selain mendapatkan pengalaman beternak sapi perah dengan berusaha ternak sendiri,
peternak juga mendapatkan pengalaman sejak membantu orang tua maupun keluarga yang memiliki usahaternak. Sebagian besar responden telah lama
berprofesi sebagai peternak hewan khususnya sapi perah. Karakteristik ternak sapi perah ini yang bisa menghasilkan pendapatan tiap hari dari hasil penjualan susu
dan relatif mudah dalam melakukan budidaya ternaknya, sehingga menjadikan usaha sapi perah ini sudah lama dibudidayakan oleh responden di daerah
penelitian. Tabel 9, menggambarkan karakteristik responden dari lama pengalaman
beternak sapi perah. Sebagian besar peternak yang dijadikan responden memiliki pengalaman bertenak sapi perah selama 16-20 tahun dengan persentase 38,89
persen. Pengalaman berusaha ternak yang dimiliki oleh responden menunjukan lamanya responden berperan aktif dalam usahaternak sapi perah. Semakin lama
pengalaman berusaha ternak sapi perah maka dapat disimpulkan bahwa responden sudah memahami teknik budidaya dalam kegiatan usahaternak yang dijalankan.
41
5.3.5. Lama Menjadi Anggota Koperasi