1
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan jangka panjang. Kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki suatu bangsa akan sangat menentukan kemajuan di masa yang akan datang. Salah satu upaya yang sangat menentukan dalam penciptaan sumberdaya
manusia yang berkualitas bagi masyarakat Indonesia adalah tercukupinya kebutuhan protein hewani. Seiring dengan peningkatan laju pertumbuhan
penduduk, pendidikan, pendapatan, daya beli masyarakat, serta kesadaran akan perlunya pangan yang bergizi, menyebabkan permintaan terhadap produk
peternakan juga semakin meningkat, sehingga ini merupakan potensi bagi pengembangan usaha peternakan di masa yang akan datang.
Itik di Indonesia merupakan salah satu komoditas peternakan yang mempunyai nilai ekonomis dan potensi yang cukup menjanjikan untuk
dikembangkan, baik untuk pemenuhan kebutuhan protein hewani maupun sebagai sumber pendapatan dalam menunjang kebutuhan keluarga. Perkembangan
peternakan Itik di Indonesia, dapat dilihat dari jumlah populasi ternak Itik yang semakin meningkat dari tahun-ke tahun, seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Unggas Indonesia Tahun 2004-2009 Tahun ribuan ekor
Jenis Unggas 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Ayam Buras
276.989 278.954
291.085 272251
243.423 261.398 Ayam Ras Petelur
93.416 84.790
100.202 111.489
107.955 110.106 Ayam Ras Pedaging
778.970 811.189
797.527 891.659
902.052 930.318 Itik
32.573 32.405
32.481 35.867
39.840 42.090
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009
Data pada Tabel 1 tersebut menunjukkan ada kenaikan populasi Itik dari tahun-ke tahun, meskipun terjadi penurunan pada tahun 2005. Penyebabnya antara
lain karena terjadi inflasi pada tahun 2004 sebesar 6,4 persen dan terus meningkat mencapai angka 17,1 persen pada tahun 2005 yang disebabkan adanya kenaikan
harga bahan bakar minyak dan beras. Kejadian tersebut menyebabkan kerugian bagi peternak karena terjadinya penurunan daya beli masyarakat, sehingga daya
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
2
serap pasar terhadap produk hasil ternak tersebut tidak optimal, sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan peternak cenderung menaik karena terjadinya kenaikan
harga bahan bakar minyak. Kenaikan tersebut secara langsung menyebabkan terjadinya peningkatan harga komoditi pakan.
Bahan makanan berupa telur Itik mempunyai beberapa kelebihan, telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna,
menimbulkan rasa segar dan kuat dan tubuh, serta dapat menjadi berbagai macam produk makanan. Telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning
telur sebanyak 17 persen sedangkan pada putihnya 11 persen. Protein telur Itik terdiri dari ovalbumin putih telur dan ovavitelin kuning telur. Protein telur Itik
mengandung semua asam amina esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat. Suatu penelitian dengan percobaan diketahui bahwa telur Itik mempunyai
kandungan nilai keguaan protein Net Protein Utilization 100 persen, bandingkan dengan daging ayam 80 dan susu 75. Fungsi trigliserida dan fosfolipida
bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur Itik berbentuk emulsi bergabung dengan
air, sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.
Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi masyarakat. Dari sebutir telur didapatkan gizi
yang cukup sempurna karena mengandung zat-zat gizi yang lengkap dan mudah dicerna. Telur merupakan bahan pangan yang sangat baik untuk anak-anak yang
sedang tumbuh dan memerlukan proten dalam jumlah banyak. Telur juga sangat baik dikonsumsi oleh ibu yang sedang hamil dan menyusui. Bahkan telur juga
dianjurkan diberikan kepada orang yang sedang sakit untuk mempercepat proses kesembuhannya.
Menurut data statistika Direktorat Jendral Peternakan, konsumsi telur Itik pada periode tahun 2007-2009 mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan
konsumsi tersebut tidak diimbangi oleh produksi dalam negeri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
3 Tabel 2. Neraca Telur Itik Nasional Tahun 2007-2009 dalam ribu ton
Tahun Produksi
Konsumsi 2007
167,6 194,6
2008 182,1
186,9 2009
193,8 197,1
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009 Diolah
Data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi permintaan akan telur Itik di dalam negeri, dan populasi ternak Itik yang ada
sekarang ternyata tidak mampu untuk memenuhi tingkat konsumsi telur Itik secara nasional. Adanya permintaan pasar telur Itik yang semakin meningkat,
tentunya akan memberikan dampak yang baik yaitu terbukanya peluang pasar yang besar.
Kebutuhan telur Itik di Indonesia saat ini dipenuhi dari dua sumber yaitu peternakan Itik dalam negeri dan impor dari luar negeri. Adanya impor telur Itik
ini dikarenakan agar tidak adanya perbedaan yang terlalu jauh antara tingkat produksi dan konsumsi di dalam negeri. Keterangan jumlah impor telur Itik pada
periode tahun 2007-2009 disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 tersebut menjelaskan tentang perkembangan jumlah impor telur Itik selama tiga tahun terakhir. Dari
data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 terjadi penurunan impor telur Itik, ini dikarenakan adanya wabah virus flu Babi yang mengancam Negara
pengekspor telur Itik di dunia seperti Cina dan Vietnam, kemudian terjadi kenaikan kembali impor telur Itik pada tahun 2009.
Tabel 3. Jumlah Impor Telur Itik Tahun 2007-2009 dalam ribu ton Tahun
Jumlah Impor 000 Ton 2007
25,20 2008
2,15 2009
2,34
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan, 2009 Diolah
Meskipun terdapat telur Itik impor ternyata tidak menyebabkan harga telur Itik didalam negeri menurun, ini disebabkan karena jumlah telur Itik impor
ternyata kurang dari 1,5 persen dari jumlah total telur itik yang ada. Seperti yang bisa dilihat pada Tabel 3, Tabel tersebut menunjukan adanya peningkatan harga
telur Itik di tingkat peternak yang ada di Kabupaten Cirebon pada kurun waktu
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
4
tahun 2006-2009, meskipun sempat terjadi penurunan pada tahun 2007 akibat dari efek belum pulihnya kepercayaan masyarakat pada isu flu burung dan keamanan
pangan asal unggas.
Tabel 4. Harga Telur Itik Di Tingkat Peternak Kabupaten Cirebon Tahun 2006-2009 dalam Rupiah per Butir
Tahun RupiahButir No
Bulan 2006
2007 2008
2009 1
Januari 675
620 841
1.119 2
Februari 741
643 848
1.025 3
Maret 732
647 1.043
1.125 4
April 747
655 841
950 5
Mei 768
655 965
1.119 6
Juni 777
655 965
1.025 7
Juli 733
655 965
1.025 8
Agustus 733
655 965
1.025 9
September 733
655 655
1.025 10 Oktober
750 655
655 1.125
11 November 750
655 1.083
1.119 12 Desember
745 661
900 1.025
Harga Telur Rata-Rata 740,33
650,92 893,83 1.058,92
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2009 Diolah
Pola pengusahaan ternak Itik di Indonesia sampai saat ini masih didominasi oleh peternakan rakyat skala kecil. Walaupun demikian peran
ekonomi usaha ternak Itik bagi peternak sangat penting sehingga perlu untuk terus ditingkatkan. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu upaya yang dapat
mendorong peningkatan produktivitas usaha, sehingga peternak bisa mencapai tingkat usaha yang ekonomis. Apabila kondisi tersebut dapat tercapai maka usaha
ternak Itik akan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap tingkat pendapatan keluarga peternak dan sumber pendapatan daerah melalui retribusi
usaha. Wilayah Kabupaten Cirebon yang terletak di ujung Timur Provinsi Jawa
Barat di era otonomi daerah kini terus berbenah diri, dengan luas wilayah mencapai 989,7 km
2
, garis pantai sepanjang 54 Km. Secara adminisratif, Kabupaten Cirebon mempunyai 31 kecamatan yang terdiri dari 412 desa serta 12
kelurahan, masyarakatnya sebagian besar tidak lagi mengandalkan hasil pertanian dan home industri, tapi sudah bergerak pada tataran pengolahan industri
manufaktur, agribisnis, di samping home industri lainnya yang masih bertahan. Kondisi demikian menjadikan kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar 2,2 juta
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
5
jiwa ini bertindak sebagai daerah penyangga bagi daerah di sekitarnya terutama bagi Kota Cirebon yang merupakan satu-satunya outlet Jawa Barat yakni sebagai
pintu gerbang ekspor impor barang dan jasa. Karena letak geografisnya yang berada di Pantai Utara Laut Jawa Pantura serta aspek kehidupan dan dinamika
sosiokulturnya itu, Kabupaten Cirebon mempunyai komoditas unggulan lain di sektor agribisnis peternakan unggas, yakni ternak Itik. Tabel 5 menggambarkan
dengan jelas bahwa peternakan Itik diwilayah Kabupaten Cirebon semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel 5. Produksi Telur Kabupaten Cirebon Dirinci Menurut Jenis Unggas 2003 s.d 2007 Tahun
Jenis Produksi
Satuan 2003
2004 2005
2006 2007
Ayam Ras
000 kg 510,97
327,05 179,28
178,33 246,34
Ayam Kampung
000 kg 1.058,44
1.284,86 1.053,72 1.279,08
1.138,82 Itik
000 kg 1.037,59
2.281,60 2.167,55 2.167,55
2.578,98
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2009
Bahkan jika dilihat dari nilai produksi telur sudah mampu mengalahkan Ayam Kampung yang pada tahun 2003 ke bawah sempat menjadi produk
unggulan, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Produksi Telur Kabupaten Cirebon Dirinci Menurut Jenis Unggas 2003 s.d 2007
Tahun Jenis
Produksi Satuan
2003 2004
2005 2006
2007
Ayam Ras 000
Rupiah 3.321.318
2.223.940 1.568.700 1.426.640
2.709.687 Ayam
Kampung 000
Rupiah 6.879.873 25.697.200 23.698.800 31.977.000 28.470.560
Itik 000
Rupiah 6.744.309 27.379.200 32.377.650 30.887.588 36.750.403
Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2009
Populasi Itik tahun 2008 di Kabupaten Cirebon mencapai 339.500 ekor dengan produksi telur sebanyak 3.329 ton per tahun, produksi DOD anak Itik
mencapai 2.808.058 ekor per tahun, digarap oleh sekitar 2.708 Rumah Tangga Peternak RTP. Hingga kini ada sekitar 60 kelompok peternak itik, dan tiap
kelompok beranggotakan 30 peternak Lahan yang digunakan berupa lahan sawah seluas 59.131 hektar dan tegalan 24.731 hektar. Telur Itik yang dihasilkan RTP di
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
6
Kabupaten Cirebon, bisa memenuhi kebutuhan wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan DKI Jakarta, sementara DOD anak Itik dan bibit siap bertelur selain dikirim
ke wilayah tadi juga dikirim ke Jawa Timur, Sumatera, Papua dan Kalimantan. Meski demikian, ternyata produksi yang dihasilkan RTP di Kabupaten Cirebon
masih jauh dari kebutuhan untuk wilayah pengiriman yang mencapai 44.000 ton telur dan 4.243.404 ekor DOD setiap tahunnya. Sentra produksi Itik di Kabupaten
Cirebon ini terletak di wilayah sepanjang jalur Pantura yang meliputi wilayah Kecamatan Kapetakan, Panguragan, Babakan, Losari dan Gunung Jati.
Pengembangan usaha agribisnis peternakan Itik di Kabupaten Cirebon bukan tanpa masalah. Permasalahan umum yang sering dihadapi peternak Itik
adalah biaya pakan yang semakin mahal. Biaya pakan memiliki komposisi lebih dari 70 persen dari total biaya pemeliharaan. Untuk mengatasi masalah tersebut
adalah perlu adanya pemanfaatan bahan-bahan pakan alternatif yang layak secara teknis maupun menguntungkan secara ekonomis, juga ketersediannya bisa terjaga
sepanjang tahun, sehingga pencapaian tingkat usaha yang ekonomis bisa tercapai, dan peternak akan bisa lebih sejahtera.
Keong Mas dalam pandangan petani adalah hama yang rakus dan keberadaannya tidak berguna serta hanya menimbulkan bencana. Petani hanya
memikirkan bagaimana mencari cara untuk membasmi Keong Mas agar tidak mengganggu lahan garapannya, tanpa memikirkan ada atau tidaknya manfaat
yang terkandung didalam tubuh keong mas tersebut. Padahal menurut hasil penelitian Crop Protection Division, Philippine Rice Research Institute dalam
Sulistiono 2007, menerangkan bahwa setiap 100 gram daging Keong Mas mengandung: Energi 83 kalori, Protein 12.2 gram, Lemak 0.4 gram, Karbohidrat
6.6 gram, Abu 3.2 gram, Fosfor 61 mg, Natrium 40 mg, Kalium 17 mg, Riboflavin 12 mg, Niacin 1.8 mg, dan kandungan makanan yang lain: Vitamin C,
Zn, Cu, Mn dan Iodium. Hal ini juga di perkuat dengan hasil penelitian Tim Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan IPB pada tahun 1999
yang menyatakan kandungan Zat Makanan Tepung Keong Mas adalah seperti yang tertera di Tabel 7.
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
7 Tabel 7. Kandungan Zat Makanan Tepung Keong Mas.
Zat Makanan Komposisi
Bahan Kering 92,49
Abu BK 9,03
Protein BK 30,68
Lemak BK 3,20
Serat Kasar BK 2,45
BETN BK 24,20
Ca BK 7,50
P BK 0,97
Sumber : Tim Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, IPB 1999
Beberapa hasil penelitian yang menunjukan bahwa Keong Mas sangat bermanfaat dalam pembuatan pakan ternak diantaranya sebagai berikut: Menurut
Sulistiono 2007 Di Sumatra Selatan, pemberian ramuan keong mas 10 persen memberikan pertumbuhan yang baik bagi Itik pada periode layer bertelur. Di
Pasaman, penggunaan keong mas untuk pakan itik mampu menaikkan hasil telurnya mencapai 80 persen.
Tepung tubuh dan cangkang keong mas memberikan nilai pertumbuhan yang cukup baik bagi peternakan ayam. Hal yang cukup mengejutkan bahwa
penggunaan tepung yang berasal dari cangkang keong mas juga memberikan nilai pertumbuhan yang bagus. Selain dalam bentuk tepung, silase daging keong mas
juga telah terbukti menjadi sumber pakan ternak bagi ruminansia dan ayam buras Pakan yang berbasis protein keong mas pernah diujicobakan pada peternakan
burung puyuh Coturnix coturnix dan memberikan pertumbuhan yang baik. BP2TP Sumatra Utara dalam Sulistiono 2007.
Tepung keong mas sejak tahun 1999 telah diujicobakan. Pada penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung Keong Mas sebanyak 25-75 persen
memberikan pengaruh yang cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak Sholikhati dalam
Sulistiono 2007. Pemeliharaan ikan patin Pangasius sp. di Bengkalis, dengan pakan
keong mas memberikan hasil yang cukup baik bagi pertumbuhan ikan tersebut. Pada budi daya ikan nila Orochromis niloticus, komposisi 50 tepung ikan dan
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
Click here to buy A
w w
w .ABBYY.c o m
8
50 telung keong mas memberikan pertumbuhan yang cukup baik, dengan nilai konversi pakan yang rendah Abdullah, 2000 dalam Sulistiono 2007
Dilihat dari sisi budidaya Keong Mas sangat layak untuk di budidayakan, menurut Sudarto 1991 perkawinan Keong Mas dilakukan sepanjang musim, dan
seekor Keong Mas dewasa mampu memproduksi 1000–1200 butir telur setiap bulannya. Daya tetas rata-rata telur induk Keong Mas adalah 76,27 persen dengan
masa inkubasi 11-13 hari Prihandini, 1995. Keong mas mempunyai siklus hidup yang singkat dari fase telur sampai dewasa yaitu hanya membutuhkan waktu 60
hari. Setelah 60 hari Keong mas siap untuk bertelur sepanjang musim sampai dengan umur Tiga tahun Susanto, 1995. Menurut Tarupay et al. 1991, Keong
Mas bersifat pemakan segala omnivora, secara spesifik keong ini memakan lumut, semua tanaman air, umbi-umbian, daun-daunan, sayur-sayuran, sampah
dapur organik, sisa tanaman yang telah mati, dan lain sebagainya. Berdasarkan data-data hasil pengujian kandungan nutrisi dan beberapa
hasil penelitian tersebut, maka Keong Mas secara teknis dapat dibudidayakan dan dapat dikatakan layak serta berpotensi untuk dijadikan sebagai sumber protein
pakan ternak alternatif pengganti konsentrat buatan pabrik, khususnya untuk Itik. Adanya regulasi kebijakan kenaikan bea masuk impor untuk produk bahan
baku pakan berimplikasi pada kenaikan pakan ternak hasil produksi. Keadaan inilah yang menyebabkan kerugian bagi peternak yang menggantungkan
pakannya pada pakan produksi pabrik.
1.2 Perumusan Masalah