sehingga cerita itu merupakan keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh. Alur menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca.
Kemenarikan tersersebut terbentuk melalui jalinan peristiwa-peristiwa secara menyeluruh, padu, bulat, dan utuh sehingga cerita tersebut menjadi indah.
Jadi alur dalam cerita yaitu jalinan peristiwa dalam sebuah prosa fiksi yang memperhatikan hubungan sebab akibat sehingga cerita itu meriupakan
keseluruhan yang padu, bulat, dan utuh.
2.2.3.4 Tokoh dan Penokohan
Cerita sastra merupakan cerita yang mengisahkan kehidupan manusia dengan segala serbaneka kehidupannya. Dengan pemahaman tersebut tentulah
diwajibkan adanya tokoh sebagai perwujudan dari manusia dan kehidupannya yang akan diceritakan. Tokoh dalam cerita ini akan melakukan tugasnya menjadi
“sumber cerita”. Tokoh merupakan benda hidup manusia yang memiliki fisik
dan memiliki watak.
Aminudin 2009:79 berpendapat bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin
suatu cerita. Niko dan Rafa 2004:12 menyatakan tokoh adalah orang-orang
dalam cerita. Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh fiksi dibedakan menjadu dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan
Sayuti:1988:31. Amiruddin 2002:7 cara pengarang menyajikan pelaku dalam tokoh itu disenut penokohan”.
Penokohan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita; baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pendangan hidupnya, sikapnya,
keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Suharianto 1982:20. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro 2002:165 penokohan adalah
gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Pengertian ini mengacu pada bagaimana cara pengarang memberikan perwatakan
pada tokoh-tokoh ceritanya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tokoh adalah individu
rekaan pengarang yang bersifat fiktif yang mengemban peristiwa dalam cerita. Sehubungan dengan hal itu, dalam menulis cerita pendek tokoh merupakan unsur
yang penting karena tanpa adanya tokoh tidak akan terjalin sebuah cerita.
2.2.3.5 Latar atau Setting
Suharianto 2005:22 menyatakan bahwa setting atau yang biasa disebut latar yaitu waktu terjadi cerita. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah lukisan
peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu disuatu tempat. Latar dalam sebuah cerita tidak
hanya sebagai petunjuk kapan dan dimana peristiwa itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai pengarang melalui ceritanya tersebut.
Nugiantoro 2005:217 menyatakan bahwa latar adalah pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh akan terjadi. Dengan demikian pembaca merasa dipermudah untuk mengapresiasikan
daya imajinasinya, disamping itu dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis Menurut pendapat Aminuddin 2004:67-68 membedakan dua buah latar,
yaitu latar yang bersifat fisikal dan latar yang bersifat psikologis. Latar yang bersifat fisikal adalah latar yang berhubungan dengan tempat, misalnya kota
Semarang, daerah kumuh, sungai, pasar, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak menuansakan makna apa-apa. Latar fisikal hanya terbatas pada
sesuatu yang bersifat fisik. Sedangkan latar psikologis adalah latar yang berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu
menuansakan suatu makna serta mampu memengaruhi emosi pembaca. Latar psikologis dapat berupa suasana maupun sikap.
Latar atau setting adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi
psikologis Aminuddin 2004:67. Abrams dikutip oleh Nurgiyantoro 2005:216 menambahi bahwa latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Istilah latar adalah terjemahan dari istilah Inggris setting. Suatu cerita terjadi di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Latar adalah gambaran tentang
tempat, waktu atau masa, dan kondisi sosial terjadinya cerita. Itu berarti bahwa
latar terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi terjadinya cerita. Latar waktu atau masa menunjuk pada
kapan atau bilamana cerita itu terjadi. Latar sosial menunjuk pada kondisi sosial yang melingkupi terjadinya cerita Nuryatin 2010:13.
Pengarang menampilkan latar cerita sedemikian rupa sehingga latar tidak hanya sekadar sebagai petunjuk tetapi juga menjadi tempat pengambilan nilai-
nilai yang ingin diungkapkan oleh pengarang melalui cerita tersebut. Jadi seting atau latar yaitu tempat atau waktu terjadinya cerita. Setting atau latar dalam prosa
fiksi meliputi segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan lingkungan terjadinya peristiwa dalam cerita.
2.2.3.6 Sudut Pandang point of view