4.2.2 Peningkatan Membaca Cepen dengan Metode P2R dan Model
Berpikir-Berpasangan-Berbagi
Hasil tes keterampilan membaca cerpen menggunakan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi berupa nilai rata-rata masing-masing aspek
pada siklus I dan siklus II, yang direkap dan dihitung untuk mengetahui peningkatan membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-
berpasangan-berbagi. Peningkatan hasil tes menulis puisi dapat dilihat pada tabel 45 berikut.
Tabel 45 Hasil Tes Keterampilan Membaca Cerpen Siklus I dan Siklus II
No Aspek Penilaian
Rata-rata Skor Kelas Peningkatan
SI SII SII-SI
Persen
1. Memahami isi cerpen
61,69 80,57
18,88 30,60
2. Tema 8
9,7 1,7
21,25 3. Amanat
15,8 18,6
2,8 18,4
4. Alur 7,8
9,3 1,5
19,2 5.
Tokoh dan Penokohan 17,2
19,3 2,1
12,2 6. Latar
12,4 16,03
3,63 29,2
7. Sudut Pandang
8,11 8,15
0,04 0,4
8. Gaya Bahasa
5,3 7
1,7 32
Nilai Rata-rata Klasikal 68,15
83,82 15,67
23 Berdasarkan Tabel 45 tersebut secara klasikal dapat diketahui hasil tes
keterampilan membaca cerpen mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,67 atau 23 yaitu dari nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,15
menjadi 83,82 pada siklus II. Hasil tes keterampilan membaca cerpen siklus I dan siklus II dapat
dijelaskan bahwa keterampilan membaca cerpen pada tiap aspek mengalami
peningkatan. Rata-rata skor pada aspek memahami isi cerpen pada siklus I mencapai rata-rata 61,69 dan setelah dilakukan pembelajaran siklus II skor rata-
rata mencapai 80,57, meningkat 18,88 atau sebesar 30,60. Pada aspek tema skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 8 dan setelah pembelajaran siklus
II mencapai 9,7, meningkat 1,7 atau sebesar 21,25. Pada aspek amanat skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 15,8 dan setelah pembelajaran
siklus II mencapai 18,6, meningkat 2,8 atau sebesar 18,4. Pada aspek alur skor rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 7,8 dan setelah pembelajaran
siklus II mencapai 9,3, meningkat 1,5 atau sebesar 19,25. Pada aspek tokoh dan penokohan rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 17,2 dan setelah
pembelajaran siklus II mencapai 19,3, meningkat 2,1 atau sebesar 12,2. Pada aspek latar rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 12,4 dan setelah
pembelajaran siklus II mencapai 16,03, meningkat 3,63 atau sebesar 29,2. Pada aspek sudut pandang rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 8,11 dan
setelah pembelajaran siklus II mencapai 8,15 atau sebesar 0,4. Pada aspek gaya bahasa rata-rata yang diperoleh pada siklus I mencapai 5,3 dan setelah
pembelajaran siklus II mencapai 7 atau sebesar 32. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan
metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi dapat membantu siswa dalam membaca cerpen. Hal ini terbukti dengan adanya hasil tes yang termasuk
kategori baik. Nilai rata-rata pada siklus I 68,15 atau dalam kategori cukup dan belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Pada siklus II mengalami
peningkatan sebesar 15,67 atau 23 menjadi 83,82.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai peningkatan hasil tes membaca cerpen dari siklus I ke siklus II disajikan dalam diagram batang berikut ini.
Diagram 3 Peningkatan Memahami Isi Cerpen dari Siklus I ke Siklus II
Diagram 4 Peningkatan Menemukan Unsur Intrinsik dari Siklus I ke Siklus II
Diagram 5 Peningkatan Keterampilan Membaca Cerpen dari Siklus I ke Siklus II
Peningkatan hasil belajar atau nilai siswa dari siklus I ke siklus II pada sebuah kajian membaca cerpen dilakukan oleh Rasiti 2008 melakukan penelitian
yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Cerpen dengan Model Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC pada Siswa Kelas IXF
SMP Negeri 6 Semarang Tahun Ajaran 20072008. Hasil tes keterampilan
membaca cerpen siswa kelas IX F SMPN 6 Semarang pada tes awal mencapai rata-rata 58,95. Setelah dilakukan tindakan berupa penerapan model Cooperative
Integrated Reading and Composition CIRC, rata-rata keterampilan membaca
cerpen siswa pada siklus I meningkat menjadi 71,86 atau sebesar 21,90 dari rata-rata tes awal. Rata-rata pada siklus II adalah 80,20 atau sebesar 11,61 dari
rata-rata siklus I. Tingkah laku siswa kelas IX SMP Negeri 6 Semarang setelah
mengikuti pembelajaran membaca cerpen dengan model Cooperative Integrated Reading and Composition CIRC
juga mengalami perubahan. Pada siklus I siswa kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, siswa tampak masih pasif
dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, diskusi kelompok juga belum berjalan dengan kompak. Pada siklus II, siswa terlihat lebih aktif dan antusias
dalam pembelajaran membaca cerpen. Perbandingan hasil penelitian yang dilakukan Rasiti dengan penelitian
yang dilakukan penelitian Rasiti untuk hasil siklus I mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata siswa sebesar 58,95 dan untuk hasil siklus II nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 71,86. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti siklus I mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata siswa sebesar 68.15
dan hasil siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 83.82. Oleh karena itu, hasil rata-rata siswa yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan peneliti lebih
besar daripada hasil yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan Rasiti 2008. Berdasarkan data nontes pada penelitian yang dilakukan oleh Rasiti
2008, siswa juga mengalami perubahan sikap atau perilaku, seperti adanya keseriusan belajar, tidak gaduh sendiri, dan kesiapan siswa selama proses
pembelajaran. Pada penelitian ini, perubahan perilaku dialami siswa setelah mengikuti pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan CIRC perilaku
siswa menjadi lebih positif siklus I dan siklus II. Hal ini merupakan implementasi dari perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik saat proses pembelajaran.
Perilaku tersebut meliputi kenatusiasan siswa, keaktifan siswa, tanggung jawab
siswa, dan kejujuran siswa. Siswa selalu menunjukkan perubahan perilaku positif saat proses pembelajaran berlangsung.
Peningkatan keterampilan membaca cerpen siswa kelas IX-F SMP N 2 Kudus merupakan suatu prestasi yang patut dibanggakan. Keberhasilan yang
dicapai siswa sangat memuaskan. Sebelum dilakukan tindakan pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi,
nilai siswa hanya mencapai kategori cukup. Siswa beranggapan bahwa
keterampilan menulis puisi sangat susah dan membosankan. Selama ini pembelajaran yang diberikan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia
belum menggunakan metode yang inovatif. . Penelitian peningkatan membaca cerpen dilakukan dilakukan oleh
Emiliya 2009 yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Metode Membaca Kalimat dengan Model Cooperatif Integrated Reading
and Composition Siswa Kelas VIIA MTs NU 06 Sunan Abinawa menemukan
bahwa metode membaca kalimat dan model cooperatif integrated reading and composition
dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas VII A MTs NU 06 Sunan Abinawa. Peningkatan ini diketahui dari tes prasiklus,
siklus I, dan siklus II. Hasil tes pada prasiklus menunjukkan nilai rata-rata kelas sebesar 54,17. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 63,2. Dengan
demikian, adanya peningkatan sebesar 9,03 dari prasiklus. Pada siklus II, nilai rata-rata yang dicapai sebesar 77,75. Dengan demikian, terjadi peningkatan dari
siklus I sebesar 23,02 dan 43,52 dari hasil prasiklus.
Perbandingan penelitian yang dilakukan Emiliya 2009 dan penelitian ini terletak pada meningkatnya nilai rata-rata dan perubahan perilaku setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Cooperatif Integrated Reading and Composition
. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa siklus I pada penelitian Emiliya sebesar 63,2. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,75,
dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 23,02, sedangkan pada penelitian 82,82 pada siklus II.
Penelitian lain tentang membaca cerpen Widaka 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Cerpen dengan Teknik
Membaca Retensi Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Belik Pemalang”. Hasil analaisis data penelitian keterampilan membaca pemahaman cerpen siswa pada prasiklus,
siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II. Pada tes awal rata-rata skor yang dicapai adalah 66,23 atau 66,23,
pada siklus I terjadi peningkatan sebesar 4,15 dan rata-rata sklor menjadi 70,38 atau 70,38. Pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 79,24 atay 79,24.
Hal ini terjadi peningkatan sebesar 8,86. Hasil yang dicapai pada siklus II tersebut sudah memenuhi target ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 71,00.
Adapun hasil tes adalah kemmapuan siswa dalam menentukan dan memahami unsur-unsur intrinsik cerpen. Hasil tersebut menunjukkan keseluruhan nontes juga
menunjukkan bahwa teknik membaca retensi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca cerpen.
Perbandingan penelitian yang dilakukan Widaka 2010 dan penelitian ini terletak pada meningkatnya nilai rata-rata dan perubahan perilaku setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunaka teknik membaca retensi. Nilai rata- rata yang diperoleh siswa siklus I pada penelitian Widaka sebesar 66,23. Pada
siklus II nilai rata-rata sebesar 79,24, dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 8,862.
Penelitian membaca cerpen selanjutnya tentang pembelajaran membaca cerpen juga dilakukan oleh Yessy 2010, dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Keterwmpilan Membaca Pehamahaman Cerpen dengan Metode Trio Peta Cerita pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepiring Tahun Ajaran
20092010”. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan ada peningkatan keterampilan siswa dalam membaca pemahaman untuk memenukan
gagasan utama dari pratindakan, siklus I dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan rata-rata klasikal membaca pemahaman untuk menemukan gagaran
utama dari pratindakan, siklus I, dan siklus II. Sebelum dilakukan tindakan nilai rata-rata klasikal membaca pemahaman siswa sebesar 56,23. Pada siklus I terjadi
peningkatan sebesar 10,33 dengan nilai rata-rata skor 66,56 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 17,28 dengan nilai rata-rata 83,84.
Perbandingan penelitian yang dilakukan Yessy 2010 dan penelitian ini terletak pada meningkatnya nilai rata-rata dan perubahan perilaku setelah
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode trio peta cerita. Nilai rata- rata yang diperoleh siswa siklus I pada penelitian Yessy sebesar 66,56. Pada
siklus II nilai rata-rata sebesar 77,75, dengan demikian mengalami peningkatan sebesar 17,28, sedangkan pada penelitian 83,84 pada siklus II.
Setelah dilakukan tindakan pembelajaran membaca cerpen menggunakan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi pada siklus I, hasil
keterampilan membaca cerpen siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 68,15 dan berada dalam kategori cukup. Pencapaian nilai tersebut belum maksimal
meskipun sudah menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa dengan strategi pembelajaran dan siswa belum memahami sepenuhnya
penerapan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi. Namun, setelah guru merefleksi kekurangan-kekurangan pada siklus I dan melakukan perbaikan
pada siklus II, nilai rata-siswa meningkat menjadi sebesar 83,82 dengan angka peningkatan sebesar 15,67 dan persentase peningkatan sebesar 23 . Pada siklus
II, nilai rata-rata setiap aspek sudah mencapai kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil perbandingan tes tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode
P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca cerpen.
4.2.3 Perubahan Perilaku Siswa setelah Mengikuti Pembelajaran