memusatkan perhatiannya pada tokoh utama dan permasalahannya yang paling menonjol dan menjadi tokoh cerita pengarang, dan juga mempunyai efek tunggal,
karakter, alur dan latar yang terbatas. Cerpen memuat penceritaan kepada satu peritiwa pokok, peristiwa pokok itu tidak selalu “sendirian” ada peristiwa lain
yang sifatnya mendukung peristiwa pokok.
2.2.3 Unsur-unsur Pembangun Cerpen
Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara satu dengan yang lainnya. Berkaitan antara unsur-unsur pembangun
cerita tersebut membentuk totalitas yang bersifat abstrak, koherensi dan keterpaduan semua unsur cerita yang membentuk sebuah totalitas amat
menentukan keindahan dan keberhasilan cerpen sebagai suatu bentuk ciptaan sastra. Unsur-unsur dalam cerpen terdiri atas: tema, amanat, alur atau plot, tokoh
dan penokohan, latar setting, sudut pandang point of view, dan gaya bahasa.
2.2.3.1 Tema
Cerpen harus mempunyai tema atau dasar. Dasar itu adalah tujuan dari cerpen itu, dengan dasar ini pengarang dapat melukiskan watak-watak dari orang
yang diceritakan dalam cerpen itu dengan maksud yang tertentu, demikian juga segala kejadian yang dirangkaikan berputar kepada dasar itu.
Menurut Stanton dikutip oleh Nurgiyantoro 2005:70 tema sebagai makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya
dengan cara yang sederhana. Tema suatu karya sastra dapat tersurat dan dapat pula tersirat. Disebut tersurat apabila tema tersebut dengan jelas dinyatakan oleh
pengarangnya. Disebut tersirat apabila tidak secara tegas dinyatakan, tetapi terasa dalam keseluruhan cerita yang dibuat pengarang.
Amiruddin 2002:91 tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan
karya fiksi yang diciptakannya. Seorang pengarang harus memahami tema cerita yang akan dipaparkan
sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara kita sebagai pembaca baru memahami tema setelah kita selesai memahami unsur-unsur pembangun
yang menjadi media pemaparan tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami tema kita harus terlebih dahulu memahami unsur-unsur pembangunnya, menyimpulkan
makna yang dikandungnya serta menghubungkannya dengan tujuan penciptaan pengarangnya.
Unsur lain yang dapat kita peroleh sewaktu berusaha memahami tema cerita adalah unsur pokok pikiran atau subject matter. Melalui pemahaman
terhadap pokok pikiran tersebut pada langkah lebih lanjut kita akan dapat mememukan nilai-nilai ditaktis yang berhubungan dengan masalah manusia dan
kemanusiaan serta hidup kehidupan. Untuk mementukan nilai-nilai yang terkandung di dalam prosa fiksi tidaklah mudah. Prosa fiksi itu harus dibaca
secara sungguh-sungguh dan disikapi secara kritis. Perhatian pembaca tidak boleh
hanya diarahkan pada jalan ceritanya saja semua kata dan kalimat harus benar- benar dirasakan dan diresapi sebab penyampaian nilai-nilai dalam prosa fiksi
berbeda dengan karangan tentang ajaran budi, misalnya. Penyampaian nilai-nilai dalam prosa fiksi bukan secara tersurat melainkan secara tersirat.
Waluyo 2003:17 mengemukakan bahwa tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair melalui melalui puisinya. Tema mengacu pada
penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut. Karena itu, tema bersifat khusus
diacu dari penyair, objektif, semua pembaca harus menafsirkan sama, dan lugas bukan makna kias yang diambil dari konotasinya.
Menurut beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema
inilah pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan, sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.
2.2.3.2 Amanat