dalam membaca cerpen, namun sudah beberapa siswa tampak bersikap tanggung jawab dalam membaca dan menemukan unsur intrinsik. Hal ini dapat dibuktikan
dengan dokumentasi foto berikut.
4.1.2.4 Refleksi Hasil Penelitian Siklus I
Secara umum, pembelajaran membaca cerpen menggunakan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi yang dilakukan guru dapat diikuti siswa
dengan baik, walaupun masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan dan kurang antusias dalam membaca
cerpen. Setelah dilakukan pembelajaran tersebut juga terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif terhadap pembelajaran membaca cerpen. Beberapa siswa
yang awalnya tidak senang dengan pembelajaran membaca cerpen menjadi senang terhadap pembelajaran membaca cerpen. Sebagian besar siswa menjadi
lebih antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran menulis puisi disebabkan oleh cerpen yang menarik dan model pembelajaran yang baru bagi siswa.
Berdasarkan data tes yang diperoleh pada siklus I, skor rata-rata siswa membaca cerpen 67,44 termasuk dalam kategori cukup. Hasil tersebut belum
mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 70 atau dalam kategori baik. Perolehan skor rata-rata tiap aspek membaca cerpen antara lain: aspek tema mencapai skor
rata-rata 8, aspek amanat mencapai skor rata-rata 15,8, aspek alur mencapai skor rata-rata sebesar 7,8, aspek tokoh dan penokohan mencapai skor rata-rata sebesar
17,2, aspek latar mencapai skor rata-rata 12,4, sudut pandang mencapai skor 8,11,dan gaya bahasa mencapai skor 5,3. Semuanya termasuk dalam kategori
baik, dan cukup. Pembelajaran yang belum maksimal ini karena masih mengalami kekurangan. Kekurangan terjadi pada siklus I seperti siswa belum maksimal
dalam menceritakan kembali isi cerpen dan alam unsur intrinsik aspek alur dan gaya bahasa pemahaman siswa kurang.
Kurangnya pemahaman siswa dalam materi menceriatakan kembali isi cerpen dan unsur intrinsik aspek latar dan gaya bahasa menyebabkan belum
tercapainya skor yang ditargetkan. Pemahaman siswa mengenai menceritkaan kembali isi cerpen belum maksimal karena banyak siswa yang melewatkan
beberapa bagian penting dalam cerpen tersebut, dan rendahnya aspek latar dan gaya bahasa karena beberapa siswa ada yang tidak memperhatikan guru seperti
bercanda dengan teman sebangku. Cara mengatasi kekurangan tersebut, pada siklus II guru mengulang materi mengenai menceritakan kembali isi cerpen
dengan mengingatkan siswa agar tidak melewatkan bagian penting dalam menceritakan kembali isi cerpen dan memberi materi kembali unsur-usnur
intrinsik cerpen terutama dalam aspek latar dan gaya bahasa. Dalam menjelaskan materi, guru juga menjelaskan materi dengan pelan agar siswa mudah menangkap
penjelasan yang diberikan guru. Hal ini dilakukan agar siswa lebih konsentrasi menerima penjelasan materi dari guru dan pemahaman materi mengenai puisi
lebih mudah dipahami oleh siswa. Kurangnya minat beberapa siswa dalam membaca cerpen sehingga siswa
cenderung bermalas-malasan untuk memulai menulis mengerjakan tugas. Untuk mengatasi kekurangan siklus I tersebut, pada siklus II guru memberikan motivasi
kepada siswa bahwa siswa harus senang membaca cerpen agar menambah
perbendaharaan kata untuk siswa. Pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II juga akan dibuat lebih menyenangkan dan dibuat semenarik mungkin sehingga
menumbuhkan minat siswa dan siswa tidak merasa jenuh dan bosan dengan melakukan ice breaker.
Hasil observasi atau pengamatan siklus I dapat diketahui bahwa siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan
model berpikir-berpasangan-berbagi karena merupakan pengalaman pertama mereka. Penggunaan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi cukup
membantu siswa dalam menemukan menemukan unsur intrinsik dalam cerpen dengan baik karena siswa dapat berpasangan dengan temannya untuk
mendiskusikan unsur inrtisnsik yang belum mereka pahami. Untuk siklus II nanti, guru akan memberikan contoh cerpen yang berbeda dan menarik namun masih
sesuai jenjang usia agar siswa lebih berminat untuk membaca cerpen. Berdasarkan hasil refleksi baik dari tes maupun nontes pada siklus I
pembelajaran yang dilakukan belum mencapai hasil yang maksimal. Hasil refleksi ini digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
terjadi pada pembelajaran siklus I. Oleh karena itu, masih perlu dilanjutkan penelitian siklus II untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I
sehingga target yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Guru mengadakan perbaikan-perbaikan pada siklus II yaitu: 1 guru lebih bersemangat lagi dalam
menumbuhkan minat siswa sehingga siswa yang sebelumnya kurang berminat menjadi sangat berminat mengikuti pembelajaran menulis puisi, 2 guru
menerangkan agar siswa memperhatikan isi cerpen yang penting dalam
menceritakan kembali isi cerpen, 3 mengulang materi tentang unsur-unsur intrinsik cerpen guru lebih detail memberikan pengarahan dalam aspek latar dan
gaya bahasa 4 dalam menjelaskan materi, guru lebih pelan dan tidak terlalu cepat. Tujuannya agar siswa lebih paham dengan materi yang diajarkan, 5 guru akan
memberikan contoh cerpen yang lebih menarik agar siswa lebih tertarik dalam membaca cerpen, 6 dalam menentukan unsur-unsur intrinsik puisi, siswa diminta
bertanya apabila menemui kesulitan dalam pembelajaran, 7 guru lebih aktif lagi membimbing dan mendampingi siswa ketika siswa mencerikan kembali isi cerpen
dan menemukan unsur inrtrinsik cerpen. Guru juga bersikap tegas agar siswa mendengarkan instruksi yang diberikan oleh guru. Selain itu, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi membaca cerpen. Dengan mengetahui kekurangannya tersebut, diharapkan siswa yang bersangkutan
khususnya dan siswa yang lain pada umumnya mempunyai semangat yang tinggi untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Berdasarkan hasil refleksi baik dari tes maupun nontes pada siklus I pembelajaran yang dilakukan belum mencapai hasil yang maksimal. Maka
Berdasarkan hasil tes dan nontes siswa dalam pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi secara keseluruhan
menunjukkan bahwa siswa tertarik dengan pembelajaran membaca cerpen. Penggunaan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi yang
digunakan memudahkan siswa untuk membaca cerpen, dan pembelajaran seperti ini merupakan pengalaman pertama bagi siswa dalam membaca cerpen.
Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak menegangkan membuat siswa lebih
mudah menerima pembelajaran karena siswa tidak merasa tertekan dengan pelajaran. Dari hasil tes dan nontes yang telah dicapai oleh siswa selama proses
pembelajaran membaca cerpen pada siklus I tersebut belum bersil sehingga masih perlu dilakukan pelaksanaan siklus berikutnya.
Dengan beberapa perbaikan tersebut, pada pembelajaran membaca cerpen dengan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi, diharapkan hasil tes
siswa akan meningkat dan perilaku positif siswa yang mendukung pelaksanaan pembelajaran yang efektif pada hasil nontes akan semakin meningkat pula.
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan siklus II dilakukan karena pada siklus I pembelajaran keterampilan membaca cerpen belum mencapai target yang diharapkan. Kriteria
pada siklus II yaitu siswa dapat membaca cerpen dengan menggunakan metode P2R dan model berpikir-berpasangan-berbagi dengan target ketuntasan nilai 70
dengan kategori baik. Selain itu, masih terdapat perilaku siswa yang kurang mendukung pembelajaran. Perubahan perilaku dalam membaca cerpen masih
tergolong kategori cukup, namun belum tampak perubahan berarti. Oleh karena itu, tindakan siklus II dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca
cerpen dan mengubah perilaku siswa dalam belajar. Pada siklus II penelitian dilaksanakan dengan rencana dan persiapan
yang lebih matang dari pada siklus I. Tindakan siklus II ternyata dapat mengatasi masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran siklus I. Hal ini dibuktikan
dengan terdapatnya beberapa siswa yang memperoleh nilai dengan kategori