PengetahuanPengalaman yang Dimiliki Sebelumnya dan Pengetahuan

kategori sangat lemah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena tidak membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibacanya. Kemudian sebanyak 29 responden memilih setuju dan 4 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 33 responden dengan persentase sebesar 50 responden dikategorikan cukup dan dipandang dengan sikap positif, karena dapat membuat pertanyaan berdasarkan isi bacaan yang dibaca untuk menguatkan pemahamannya. Selanjutnya sebanyak 23 responden dengan persentase sebesar 34,85 responden dikategorikan lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator kelima, yakni “Agar memahami isi bacaan, saya cukup mengingat-ingat isinya saja ” sebanyak 2 responden memilih sangat tidak setuju dan 17 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 19 responden dengan persentase 28,79 responden dikategorikan lemah, akan tetapi dipandang sikap yang positif, karena aktivitas mengingat-ingat adalah aktivitas yang sangat kuno dan tidak efektif untuk membaca pemahaman. Kemudian sebanyak 27 responden memilih setuju dan 8 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 35 responden dengan persentase sebesar 53,03 responden dikategorikan cukup dan dipandang sebagai sikap yang negatif, karena tidak ada cara efektif lainnya untuk memahami isi bacaanya. Selanjutnya sebanyak 12 responden dengan persentase sebesar 18,18 responden dikategorikan sangat lemah dan tidak memliki jawaban. Pada subindikator keenam, yakni “Agar memahami isi bacaan, saya merumuska n dengan bahasa saya sendiri” sebanyak 1 responden memilih sangat tidak setuju dan 9 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 10 responden dengan persentase sebesar 15,15 responden dikategorikan sangat lemah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena tidak merumuskan bacaan dengan bahasa sendiri. Kemudian sebanyak 38 responden memilih setuju dan 12 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 50 responden dengan persentase 75,76 responden dikategorikan kuat dan dipandang sebagai suatu sikap positif karena dapat merumuskan isi bacaan dengan bahasanya sendiri. Selanjutnya sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 9,09 responden dikategorikan sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator ketujuh, yakni “Untuk mempermudah memahami isi bacaan, saya membuat sk ema gagasan setiap kali membaca” sebanyak 1 responden memilih sangat tidak setuju dan 13 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 14 responden dengan persentase sebesar 21,21 responden dikategorikan lemah dan dipandang sebagai sikap yang negatif, karena tidak membuat skema gagasan setiap kali membaca. Kemudian sebanyak 32 responden memilih setuju dan 3 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 35 responden dengan persentase sebesar 53,03 responden dikategorikan cukup dan dipandang sebagai sikap positif, karena membuat skema gagasan setiap kali membaca untuk mempermudah memahami isi bacaan. Selajutnya sebanyak 17 responden dengan persentase sebesar 25,76 responden dikategorikan lemah dan tidak memiliki jawaban

4.2.3.1.4 Kondisi Emosi dan Kondisi Kesehatan Pembaca

Kondisi emosi juga mempengaruhi pemahaman dalam membaca seseorang, rasa sedih, galau, stress, depresi, duka, suka, senang, dan gembira akan mempengaruhi sesorang dalam memahami suatu bacaan. Hal itu tidak jauh berbeda dengan kondisi kesehatan seseorang, apabila kondisi tubuh sedang sakit, bisa jadi pemahaman suatu isi bacaan menjadi kurang. Pada bagian ini, ada dua subindikator dalam indikator kondisi emosi pembaca, dan dua subindikator yang berkaitan dengan kondisi kesehatan pembaca, yaitu 1 jika perasaan sedang enak, seseorang mudah sekali memahami isi bacaan, 2 jika perasaan sedang galau, seseorang sulit sekali memahmi isi bacaan 3 jika kondisi kesehatan kurang baik, sulit berkonsentrasi dalam membaca 4 kalau menghadapi ujian meskipun kondisi kesehatan kurang baik, seseorang tetap berusaha membaca. Tabel 4.16 Kondisi Emosi Pembaca Dan Kesehatan Pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 3 3 5 27 28 2 Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca. 5 13 10 24 14 3 Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca. 3 3 8 28 24 4 Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya. 2 6 9 40 9 Pada subindikator pertama, yakni “Jika perasaan sedang enak, saya mudah sekali memahami isi bacaan yang saya baca ” sebanyak 3 responden memilih sangat tidak setuju dan 3 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 9,09 responden berada dalam kategori sangat lemah dan dipandang sebagai sikap yang negatif, karena apabila perasaan sedang enak belum tentu mudah memahami isi bacaan yang dibaca. Selanjutnya sebanyak 27 responden memilih setuju dan 28 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 55 responden dengan persentase 83,33 responden dikategorikan sangat kuat dan dipandang sebagai sikap positif, karena perasaan yang enak mempermudah pemahaman suatu isi bacaan yang dibaca. Kemudian sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 7,58 responden berada dalam kategori sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator kedua, yakni “Jika kondisi perasaan sedang galau, saya sulit sekali memahami isi bacaan yang saya baca ” sebanyak 5 responden memilih sangat tidak setuju dan 13 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 18 responden dengan persentase sebesar 27,27 responden berada dalam kategori lemah dan dipandang sebagai sikap yang positif, karena walau perasaan sedang galau, belum tentu mengurangi pemahaman isi dalam isi bacaan yang sedang dibaca. Selanjutnya sebanyak 24 responden memilih setuju dan 14 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 38 responden dengan persentase sebesar 57,58 berada dalam kategori yang cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena perasaan galau mempengaruhi dalam pemahaman isi suatu bacaan yang sedang dibaca. Kemudian sebanyak 10 responden dengan persentase sebesar 15,15 responden berada dalam kategori sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator ketiga, yakni “Jika kondisi kesehatan tidak baik, saya sulit berkonsentrasi dalam membaca ” sebanyak 3 responden memilih sangat tidak setuju dan 3 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 6 responden dengan persentase sebesar 9,10 responden berada dalam kategori sangat lemah dan dipandang sebagai sikap positif karena walau kondisi tubuh sedang tidak baik, tidak membuat sulit berkonsentrasi dalam membaca. Selanjutnya sebanyak 28 responden memilih setuju dan 24 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 52 responden dengan persentase sebesar 78,78 responden berada dalam kategori kuat dan dipandang sebagai sikap negatif karena kesehatan tidak baik membuat sulit konsentrasi dalam membaca. Kemudian sebanyak 8 responden dengan persentase sebesar 12,12 responden berada dalam kategori sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator keempat, yakni “Kalau menghadapi ujian, meskipun kondisi kesehatan tidak baik saya tetap membacanya ” sebanyak 2 responden memilih sangat tidak setuju dan 6 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 8 responden dengan persentase sebesar 12,12 responden berada dalam kategori sangat lemah dan dipandang sebagai sikap yang negatif, karena tidak dapat memahami isi bacaan untuk persiapan ujian walaupun kondisi kesehatan tidak baik. Selanjutnya sebanyak 40 responden memilih setuju dan 9 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 49 responden dengan persentase sebesar 74,24 responden berada dalam kategori kuat dan dipandang sebagai sikap yang positif, walau kesehatan tubuh sedang tidak baik, akan tetap membaca untuk menghadapi ujian. Kemudian sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 13,64 responden berada dalam kategori sangat lemah dan tidak memiliki jawaban.

4.2.3.1.5 Tingkat Intelegensi Pembaca

Tingkat intelegensi setiap orang tentu berbeda-beda. Ada sebagian orang yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi, sehingga memudahkan orang tersebut memahami suatu bacaan walau dengan hanya sekali baca. Akan tetapi ada pula orang yang memiliki tingkat intelegensi rendah, sehingga harus membaca berulang-ulang satu bacaan yang sama untuk memahami isi bacaan tersebut. Pada bagian ini, terdapat satu subindikator yang berkaitan dengan tingkat intelegensi pembaca, yakni; tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. Tabel 4.17 Tingkat Intelegensi Pembaca NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan. 4 3 10 32 17 Dari data tabel di atas, dapat dilihat bahwa subindikator “Tingkat intelegensi tidak begitu penting, jika tekun dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan ” sebanyak 4 responden memilih sangat tidak setuju dan 3 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 responden dengan persentase 10,61 responden berada dalam kategori sangat lemah dan dipandang sebagai sikap yang negatif, karena pesimis dengan tingkat intelegensi yang dimiliki untuk memahami suatu bacaan. Selanjutnya sebanyak 32 responden memilih setuju dan 17 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 49 dengan persentase sebesar 74,24 responden berada dalam kategori kuat dan dipandang sebagai sikap yang positif karena optimis dapat memahami bacaan tanpa dipengaruhi tingkat intelegensi. Kemudian sebanyak 10 responden dengan persentase sebesar 15,15 responden berada dalam kategori sangat lemah dan tidak memiliki jawaban.

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17