Faktor-Faktor Pendukung Budaya Baca Mahasiswa PBSI

perasaan antusiasme terhadap suatu kegiatan tertentu, dalam hal ini adalah kegiatan membaca. Minat membaca seseorang akan tercermin dari perilakunya mengahapi suatu bahan bacaan, seperti akan berusaha mendapatkan bahan bacaan walau ada keterbatasan, selalu menyempatkan waktu untuk membaca, dan berusaha untuk mencari segala sesuatu melalui buku. Hal itu senada dengan Rahim 2007:28 yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai minat baca yang kuat akan diwujudkan dalam kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas dasar kesadaran sendiri. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pengembangan budaya baca sangat mempengaruhi tingkatan seseorang dalam membaca, baik secara umum maupun hingga tahap membaca pemahaman. Para responden dapat diketahui sikap terhadap kegiatan membaca melalui angket faktor pendukung pengembangan budaya baca. Pada angket tersebut diketahui bahwa minat dan motivasi para responden sangat tinggi, yakni sebesar 86,36 responden memiliki kesadaran sendiri untuk membaca. Besaran persentase para responden sebenarnya cukup tinggi, akan tetapi permasalahan ekonomi, kebiasaan membaca, keterbacaan teks, kebermanfaatan, dan kondisi fisik para responden membuat menjadi berkurang dalam kegiatan membaca.

4.3.3 Strategi Pengembangan Budaya Baca Mahasiswa PBSI

Hasil tes kemampuan membaca pemahaman para responden menunjukkan hasil yang rendah. Hasil tersebut dilihat dari keenam aspek kemampuan membaca pemahaman, yakni kemampuan arti kata dan istilah, menangkap makna tersurat, menangkap makna tersirat, kemampuan memprediksi, kemampuan menyimpulkan, dan kemampuan mengevaluasi. Dari keenam aspek tersebut, responden masih lemah dalam aspek kemampuan memahami arti kata dan istilah, menangkap makna tersurat, dan kemampuan menyimpulkan. Ketiga aspek tersebut berpengaruh besar dalam hasil penilaian para responden. Akan tetapi para responden masih menunjukkan hasil yang positif, yakni pada aspek menangkap makna tersirat, kemampuan memprediksi, dan kemampuan mengevaluasi. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga kemampuan yang masih rendah yakni kemampuan memahami arti kata dan istilah, menangkap makna tersurat, dan kemampuan menyimpulkan harus diperbaiki untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman para responden secara maksimal. Hasil analisis angket faktor pendukung budaya baca menunjukkan bahwa para responden dalam kategori yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan membaca pemahaman dan hasil angket faktor pendukung budaya baca para responden berbanding lurus, yakni dalam kategori rendah. Pada hasil angket tersebut para responden menunjukkan beberapa sikap yang negatif dalam aktivitas membaca, yakni para responden mayoritas tidak setuju bila aktivitas membaca sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan. Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan sikap-sikap budaya membaca. Sikap selanjutnya yang menghambat para responden untuk memiliki sikap budaya baca adalah para responden merasa kesulitan memahami suatu bacaan yang mengandung kata-kata yang tidak diketahui artinya. Selain itu, para responden juga kesulitan bila menemui kata-kata asing. Selain dari segi kebahasaan tersebut, para responden masih sering tergoda untuk menggunakan gadget atau media elektronik lainnya dibandingkan untuk membaca. Sikap-sikap yang memberikan dampak positif bagi responden menunjukkan bahwa para responden masih dapat ditingkatkan budaya bacanya. Beberapa sikap positif tersebut ialah para responden melakukan aktivitas membaca bukan dari dorongan orang lain, melainkan dari diri sendiri. Kemudian para responden mampu mengembangkan pemikiran kritisnya setelah membaca. Para responden juga memiliki pemikiran yang baik berkaitan dengan memahami bacaan yang telah dibaca, yakni dengan meringkas menggunakan bahasa sendiri. Dari resume hasil analisis tes kemampuan membaca dan hasil angket faktor pendukung budaya baca di atas, maka peneliti menemukan beberapa strategi alternatif bagi para responden. Peneliti akan mengombinasikan teknik MURDER mood, understand, recall, digest, expand, review dengan strategi yang berdasarkan kondisi para responden. Hal ini dilihat dari unsur-unsur teknik MURDER sendiri. Pertama adalah mood, yakni keterampilan seseorang untuk mengatur perasaan, sehingga perasaan menjadi lebih kondusif dan tenang. Hal ini dilihat dari sikap para responden yang merasa kesulitan memahami isi bacaan apabila kondisi perasaan sedang sedih atau galau. Akan tetapi para responden memiliki kesadaran diri bahwa membaca lahir dari diri sendiri bukan dari dorongan orang lain, sehingga membantu para responden untuk dapat mengatur suasana hati. Berdasarkan Uno 2006: 82 yang menyatakan bahwa secara umum ranah suasana hati meliputi optimisme yaitu kemampuan untuk mempertahankan sikap positif yang realistis dalam menghadapi masa-masa sulit dan kebahagiaan yaitu kemampuan untuk menyukai diri sendiri dan orang lain serta bergairah dalam melakukan setiap kegiatan. Oleh karena itu para responden harus piawai mengatur suasana hati atau perasaan sebelum melakukan aktivitas membaca. Hal ini berguna untuk membangkitkan rasa percaya diri, optimis, rasa senang, semangat dan nyaman, sehingga dalam menjalankan aktivitas membaca, para responden menjadi mudah untuk memahami bacaan apapun. Kedua, unsur understand yakni proses memahami sesuatu, dalam hal ini adalah memahami isi bacaan. Pada tahap ini responden tidak hanya sekedar mengerti bacaan secara kebahasaan saja, tetapi juga memahami isi bacaan secara mendalam. Pada hasil tes kemampuan membaca pemahaman tampak masih rendah dalam hal kemampuan arti kata dan istilah, sehingga perlu adanya strategi yang mudah dan dapat meningkatkan kemampuan membaca para responden. Selain itu dari angket faktor pendukung budaya baca, para responden kesulitan memahami bacaan bila menemui kata-kata yang belum tahu artinya atau juga kata-kata asing. Richards dan Schmidt 2002:443 membaca adalah perceiving written text in order to understand its contents. Senada dengan Iskandarwassid dan Sunendar 2008: 246 bahwa membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Hal ini menunjukkan bahwa proses membaca tidaklah hanya mengetahui informasi luaran saja seperti dalam pernyataan melainkan memahami isi secara mendalam informasi baik dari segi kebahasaan dan makna-makna yang ada dalam bacaan, baik makna tersirat dan tersuratnya. Oleh karena itu, untuk membantu memahami bacaan tersebut, para responden dapat menandai bagian-bagian yang belum dimengerti. Para responden dapat menggaris bawahi, menandai dengan warna, membuat catatan sendiri perihal kata-kata maupun kalimat yang belum tahu maknanya. Setelah itu, para responden dapat mencari tahu maknanya. Ketiga, unsur recall yakni proses untuk mengomunikasikan kembali hasil ingatan terhadap suatu aktivitas, dalam hal ini adalah ingatan mengenai isi bacaan yang telah dibaca. Para responden mengulangi membaca bacaan yang telah diketahui makna dari bagian-bagian yang sebelumnya belum diketahui. kemudian para responden akan berperan aktif dalam merangkum apa yang telah dibaca dengan bahasa sendiri dan gaya permakanaan sendiri. Me-recall bertujuan agar siswa memiliki kesempatan membentuk atau menyusun kembali informasi yang telah mereka terima Jamarah, 2005: 108. Senada dengan Soedarso 2005: 77 dengan membuat rangkuman, mengambil intisari suatu bab, bagian, atau paragraf, kita akan menguasai ide yang dikandungnya. Hal ini akan membuat responden semakin memahami secara mendalam dan luas terhadap isi suatu bacaan. Selain itu, ilmu yang telah didapatkan tidak mudah untuk terlupakan, karena telah secara mendalam memahami bacaan tersebut, baik menelaah arti kata dan kalimat-kalimat yang belum diketahui artinya, selanjutnya membaca ulang dan membuat rangkuman dengan bahasa sendiri.

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17