Richards dan Schmidt 2002:443 membaca adalah perceiving written text in order to understand its contents. Bahwa membaca adalah penerimaan suatu teks tertulis agar
dipahami isinya. Senada dengan Iskandarwassid dan Sunendar 2008: 246 bahwa membaca adalah kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks.
Dari pernyataan tersebut tampak bahwa para responden masih belum maksimal dalam mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Hal ini akan mempengaruhi
responden dalam mengetahui keseluruhan isi dari bacaan yang dibaca secara lengkap. Berikut adalah tabel hasil tes kemampuan membaca dalam aspek menyimpulkan:
Tabel 4.29 Hasil Tes Kemampuan Membaca Aspek Menyimpulkan
Aspek No.
Soal Jumlah
Jawaba
n Benar Persentase
Jumlah Jawaba
n Salah
Persentase Jumlah
Respon
den
Kemampuan Menyimpulkan
9 24
29,27 58
70,73
82 12
48 58,54
34 41,46
15 53
64,63 29
35,37 18
26 31,70
56 68,30
21 41
50 41
50 24
34 41,46
48 58,54
31 54
65,86 28
34,14 37
16 19,51
66 80,49
38 27
32,92 55
67,08 40
52 63,41
30 36,59
41 51
62,19 31
37,81
Selain masih kurang dalam tiga aspek di atas, para responden memiliki kelebihan di aspek yang lain, yakni aspek kemampuan menangkap makna tersirat,
kemampuan memprediksi, dan kemampuan mengevaluasi. Pada aspek makna tersirat, para responden berhasil menjawab dengan mayoritas benar sebanyak 6 soal, sedangkan
sisanya 5 soal masih salah. Berikut adalah tabel hasil tes kemampuan membaca aspek menangkap makna tersirat.
Tabel 4.30 Hasil Tes Kemampuan Membaca Aspek Menangkap Makna Tersirat
Aspek No.
Soal Jumlah
Jawaban Benar
Persentase Jumlah
Jawaban Salah
Persentase Jumlah
Respon
den
Menangkap Makna
Tersirat 5
7 8,54
75 91,46
82 10
55 67,08
27 32,92
16 64
78,05 18
21,95 17
55 67,08
27 32,92
20 58
70,73 24
29,27 23
25 30,49
57 69,51
25 45
54,87 37
45,13 28
19 23,17
63 76,83
35 37
45,13 45
54,87 36
29 35, 36
53 64,64
42 69
84,14 13
15,86
Selain aspek kemampuan menangkap makna tersirat, para responden mendapatkan hasil yang baik dalam aspek kemampuan memprediksi. Dari soal aspek
kemampuan memprediksi yang diujikan sebanyak 6 soal, 4 soal berhasil dijawab benar oleh para responden, dan 2 soal masih banyak yang salah. Dari hasil tersebut
menggambarkan, bahwa kemampuan memprediksi para responden adalah baik. Berikut adalah tabel hasil kemampuan memprediksi para responden.
Tabel 4.31 Hasil Kemampuan Memprediksi
Aspek No.
Soal Jumlah
Jawaban Benar
Persentase Jumlah
Jawaban Salah
Persentase Jumlah
Respon
den
Kemampuan Memprediksi
11 63
76,82 19
23,18
82 13
31 37,81
51 62,19
29 51
62,19 31
37,81 30
75 91,46
7 8,54
32 13
15,86 69
84,12 39
47 57,31
35 42,69
Aspek selanjutnya yang jumlah jawaban benarnya lebih banyak adalah aspek kemampuan mengevaluasi. Pada tes kemampuan ini, sebanyak 3 soal yang diujikan,
dari 3 soal tersebut para responden berhasil menjawab soal dengan benar sebanyak 2
soal, sedangkan 1 soal masih banyak yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengevaluasi para responden cukup baik.
Dari ketiga aspek yang lebih tinggi jawaban benarnya, para responden berhasil memaksimalkan kemampuan intelektual mereka berkaitan dengan aspek menangkap
makna tersirat, kemampuan memprediksi, dan kemampuan mengevaluasi. Berdasarkan Rubin 1982: 106 dalam Somadayo 2011: 7 bahwa membaca pemahaman adalah
proses intelektual yang kompleks yang mencakup dua kemampuan utama, yaitu penguasaan makna kata dan kemampuan berpikir tentang konsep verbal.
Tabel 4.32 Hasil Kemampuan Mengevaluasi
Aspek No.
Soal Jumlah
Jawaba
n Benar Persentase
Jumlah Jawaban
Salah Persentase
Jumlah Respon
den
Kemampuan Mengevaluasi
14 59
71,95 23
28,05 82
26 28
34,14 54
65,86 27
47 57,32
35 42,68
Total 3
134 54,47
112 45,53
246
4.3.2 Faktor-Faktor Pendukung Budaya Baca Mahasiswa PBSI
Faktor pendukung pembentukan budaya baca didapatkan dengan pembagian angket yang terdiri atas 100 pernyataan atau subindikator. Dari 100 pernyataan tersebut
berisi 49 faktor internal dan 51 faktor eksternal. Dari jumlah 82 responden, hanya 66
responden yang mengembalikan angket tersebut. Berikut beberapa pernyataan negatif dan pernyataan positif dalam angket faktor pendukung pembentukan budaya baca.
Berdasarkan hasil angket faktor pendukung pembentukan budaya baca tersebut diketahui bahwa tingkat budaya baca para responden sebesar 34,28, sehingga
termasuk dalam kategori rendah. Sebesar 51,52 responden tidak setuju bila
“membaca sudah menjadi kebutuhan hidup saya yang tidak dapat saya tinggalkan”. Pernyataan selanjutnya berkaitan dengan kebiasaan membaca mengenai menyusun
jadwal teratur untuk membaca setiap hari, sebesar 48,49 responden tidak setuju dengan cara seperti itu. Berkaitan dengan subindikator kesehatan responden, para
responden mengalami kesulitan memahami suatu bacaan ketika kondisi kesehatan sedang tidak baik yakni sebesar 78,78.
Hambatan para
responden merasa
kesulitan untuk memperoleh bahan bacaan yang dibutuhkan juga sangat mempengaruhi sebesar 45,45. Kata-kata yang tidak diketahui artinya juga menjadi hambatan para
responden untuk memahami suatu bacaan, sebesar 80,30 respoden kesulitan memahami bacaan ketika menemui kata-kata yang tidak diketahui artinya, selain kata-
kata yang tidak diketahui artinya, para responden juga mengalami kesulitan ketika menemui kata-kata asing dalam memahami bacaan sebesar 69,69 responden.. Hal ini
menunjukkan bahwa para responden belum maksimal dalam memahami bacaan, dirunut dari Turner 1988:159 dalam Somadayo 2011: 10 mengungkapkan bahwa
seorang pembaca dikatakan memahami bahan bacaan secara baik apabila pembaca dapat:
1 Mengenal kata-kata atau kalimat yang ada dalam bacaan dan mengetahui
maknanya, 2
Menghubungkan makna dari pengalaman yang dimiliki dengan makna yang ada dalam bacaan,
3 Memahami seluruh makna secara kontekstual, dan Membuat pertimbangan nilai
isi bacaan berdasarkan pengalaman membaca. Secara mengejutkan, 74,24 responden juga mengalami kesulitan dalam memahami
suatu bacaan yang berkaitan dengan bidang yang dipelajarinya. Pengaruh media elektronik cukup menghambat aktivitas responden dalam memahami suatu bacaan,
karena sebesar 53,03 responden memilih meninggalkan bacaan demi acara televisi yang menarik.
Selain pernyataan-pernyataan negatif di atas, terdapat pernyataan-pernyataan positif yang mendukung pembentukan budaya baca para responden. Berikut beberapa
pernyataan positif tersebut, sebesar 75,76 responden memiliki keyakinan bahwa membaca bukan dari dorongan orang lain, melainkan dari dalam diri sendiri. Menurut
DePorter 2007: 16 AMBAK Apa Manfaatnya Bagiku sangat penting karena bisa membantumu terhubung ke motivasi intrinsikmu. Motivasi tipe ini adalah yang paling
efektif untuk belajar, karena ini adalah sesuatu yang kamu lakukan untuk dirimu sendiri, bukan untuk guru atau orang tuamu. Dari pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa motivasi dari dalam diri sendiri sangat berperan besar dalam memahami suatu bacaan. Kemudian sebesar 83,33 responden melalui membaca, mampu berpikir lebih
kritis ketika memberi tanggapan pendapat orang lain. Selanjutnya sebesar 72,73 responden merasa ingin tahu perkembangan sesuatu yang pernah terjadi melalui
membaca. Kemudian sebesar 75,76 responden menggunakan bahasa sendiri untuk memahami isi bacaan. Selanjutnya sebesar 74,24 responden yakin dengan ketekunan
dan rajin membaca pasti dapat memahami isi bacaan daripada mengandalkan intelegensi saja. Dari sisi ekonomi, sebesar 72,73 responden tetap mendapatkan uang
dari orang tua untuk membeli buku. Sisi lingkungan dan rumah tangga dari 68,18 responden sangat nyaman untuk membaca.
Pernyataan-pernyataan negatif dan positif di atas telah disertai jumlah persentase sebanyak 66 responden, sehingga dapat dilihat faktor-faktor mana yang
menghambat dan mendukung pembentukan budaya baca para responden. Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa semakin tinggi jumlah pemilih pernyataan
positif, maka kemampuan membaca pemahaman akan lebih baik. Sebaliknya, bila jumlah pemilih negatif lebih banyak, maka kemampuan membaca pemahaman akan
rendah. Beberapa faktor internal dan faktor eksternal sangat mempengaruhi tingkatan
pemahaman dalam aktivitas membaca para responden. Hal itu diperjelas oleh pendapat Gray dalam Winardi, 2008 yang menyatakan bahwa motivasi merupakan sejumlah
proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat disandingkan dengan hasil angket faktor pendukung pengembangan budaya baca, bahwa motivasi sangat mempengaruhi
perasaan antusiasme terhadap suatu kegiatan tertentu, dalam hal ini adalah kegiatan membaca. Minat membaca seseorang akan tercermin dari perilakunya mengahapi suatu
bahan bacaan, seperti akan berusaha mendapatkan bahan bacaan walau ada keterbatasan, selalu menyempatkan waktu untuk membaca, dan berusaha untuk
mencari segala sesuatu melalui buku. Hal itu senada dengan Rahim 2007:28 yang menyatakan bahwa orang yang mempunyai minat baca yang kuat akan diwujudkan
dalam kesediaan untuk mendapatkan bahan bacaan kemudian membacanya atas dasar kesadaran sendiri.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pengembangan budaya baca sangat mempengaruhi tingkatan seseorang dalam membaca, baik secara
umum maupun hingga tahap membaca pemahaman. Para responden dapat diketahui sikap terhadap kegiatan membaca melalui angket faktor pendukung pengembangan
budaya baca. Pada angket tersebut diketahui bahwa minat dan motivasi para responden sangat tinggi, yakni sebesar 86,36 responden memiliki kesadaran sendiri untuk
membaca. Besaran persentase para responden sebenarnya cukup tinggi, akan tetapi permasalahan ekonomi, kebiasaan membaca, keterbacaan teks, kebermanfaatan, dan
kondisi fisik para responden membuat menjadi berkurang dalam kegiatan membaca.
4.3.3 Strategi Pengembangan Budaya Baca Mahasiswa PBSI
Hasil tes kemampuan membaca pemahaman para responden menunjukkan hasil yang rendah. Hasil tersebut dilihat dari keenam aspek kemampuan membaca