Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca

buku kecuali hanya bentuknya, tidak memahami bacaan kecuali hanya lewat begitu saja. g. Panjangnya pembahasan atau judul kajian h. Salah memulai, yaitu membaca buku-buku klasik dalam bidang tertentu sebelum membaca buku-buku yang mudah atau dasar. i. Tidak adanya teman yang memberikan semangat kepada sesama temannya untuk membaca, atau malahan adanya teman-teman yang menghalanginya untuk belajar ilmu. j. Mengubah gizi dengan lemak atau sibuk membaca buku-buku yang membahayakan seperti majalah-majalah yang tidak ada manfaatnya. k. Tidak adanya dorongan dari masyarakat untuk membaca dan keterbatasan pelajar dalam membaca hanya pada buku-buku wajib saja. l. Keliru meminta nasihat atau meminta nasihat kepada orang yang bukan ahlinya. m. Tidak memakai kaidah bahasa dan minimnya kemampuan dalam memahami kalimat-kalimatnya serta kurangnya pengetahuan tentang susunan kalimat yang mengandung makna kiasan. n. Sibuk dengan dunia hiburan seperti menonton film, drama, sinetron, aktifitas yang menghabiskan waktu, mengikuti lomba-lomba olahraga secara berlebihan, bermain kartu, dan duduk-duduk yang tidak ada gunanya. Dari daftar di atas, tampak berbagai permasalahan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mengenai hambatan-hambatan untuk melakukan aktifitas membaca. Hal ini tentu harus segera diubah paradigma orang-orang atau pelajar, sehingga budaya membaca semakin terbangun. Faktor pendukung pembentukan budaya baca juga turut ikut andil dalam memengaruhi kecepatan membaca. Berikut ini beberapa faktor yang memengaruhi membaca khususnya dalam kecepatan membaca menurut Widiatmoko 2011: 28: a. Pengalaman Membaca adalah hal yang kompleks, yang membutuhkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Dalam membaca, orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati dan mengingat-ingat. b. Bahasa Bahasa sangatlah berperan penting dalam suatu bacaan. Contoh, bila Anda membaca buku atau majalah yang tulisannya menggunakan bahasa-bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, Perancis, Italia, dan sebagainya, apa yang terjadi? c. Metode Satu lagi yang perlu dijadikan modal dalam membaca yaitu metode membaca. Tanpa menggunakan metode, membaca satu buah buku akan memakan waktu yang lama untuk menghabiskannya, bisa seharian, mingguan, atau bahkan sampai berganti bulan. d. Tujuan Dan yang paling penting dalam modal membaca adalah tujuan dari membaca. Apa yang menjadi tujuan Anda untuk membaca buku ini atau sebuah buku tertentu. Beberapa faktor di atas menandakan bahwa dalam kegiatan membaca, calon pembaca harus memperhatikan berbagai aspek penting dalam menunjang aktifitas membaca tersebut. Seperti suatu pengalaman membaca, sebagai pembaca akan merasakan kesulitan ketika harus mencerna isi bacaan, bila pengalaman membaca belum ada. Di sisi lain, yakni mengenai bahasa, sebagai aspek komunikasi, bahasa memegang peran penting dalam kegiatan membaca. Hal ini tampak ketika pembaca menemukan istilah-istiah asing, baik istilah latin maupun bahasa asing, sehingga kecepatan membaca dan pemahaman mengenai isi bacaan akan rendah. Kemudian metode yang digunakan untuk membaca juga berperan penting dalam meningkatkan kecepatan dan keefektifan dalam membaca, semisal membaca tanpa metode-metode membaca, pembaca akan mengalami ketidakefektifan membaca, mulai dari tenaga, konsentrasi, dan waktu. Hal ini membutuhkan pengetahuan mengenai metode-metode membaca yang kini telah semakin berkembang. Kemudian pada aspek tujuan membaca, pembaca harus memiliki suatu tujuan mengapa Ia harus membaca buku tersebut, sehingga akan memudahkan pembaca untuk menyelesaikan bacaan dan memahami isi bacaan dengan cepat.

2.2.5 Tes Kemampuan Membaca Pemahaman

Tes merupakan aktivitas untuk mengukur seberapa tinggikah level kemampuan sample, berupa soal dan menghasilkan angka-angka. Hal ini didukung oleh Nurgiyantoro 2010: 7 bahwa Tes merupakan sebuah instrument atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab pertanyaan “seberapa baik tinggi kinerja seseorang” yang jawabnya berupa angka. Tes sendiri terdapat berbagai macam, tes uraian, tes objektif, tes uraian objektif, serta tes lisan dan kinerja. Menurut Tampubolon 1990: 7 kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Dari pernyataan tersebut, dapat dimaknai bila suatu kemampuan membaca individu dapat diamati melalui kecepatan dan juga pemahaman isi bacaan yang telah dibaca. Semakin cepat dan semakin paham mengenai isi bacaan, maka pembaca memiliki kemampuan membaca yang bagus. Sebaliknya, bila kecepatan dan pemahaman mengenai isi bacaannya lambat atau rendah, maka kemampuan membaca pembaca tersebut buruk. Kemampuan membaca sejatinya dapat dilihat dari pemahaman pembaca mengenai informasi di dalam wacana atau bacaan yang dibaca. Secara koginitif, kemampuan membaca individu dapat diamati dari tingkatannya. Hal ini mengacu pada tingkatan membaca dalam penerapan teori Bloom, yakni C1 tingkatan mengingat, C2 tingkatan pemahaman, C3 tingkatan penerapan, C4 tingkatan analisis, C5 tingkatan sintesis, dan C6 tingkatan evaluasi. Setelah mengetahui pengertian tes dan kemampuan membaca, maka dapat dipahami bahwa tes kemampuan membaca adalah aktivitas mencari tingkat atau level kemampuan membaca dari seseorang melalui pertanyaan. Melalui tes, kemampuan membaca seseorang dapat diketahui tingkatan atau levelnya, apakah sebatas mengingat, memahami, penerapan, menganalisis, sintesis, atau bahkan tahap evaluasi.

2.2.6 Strategi Pengembangan Budaya Baca

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Strategi memiliki arti cara yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Hal ini dapat dimaknai sebagai sesuatu cara yang terencana dan sistematis guna mencapai tujuan yang akan dicapai. Bila dihubungkan dengan kegiatan membaca tentu tujuan utama pembaca adalah memahami isi atau informasi yang terdapat dalam bacaan. Akan tetapi, tujuan- tujuan yang hendak dicapai mengalami hambatan apabila pembaca kurang memiliki minat atau motivasi untuk membaca. Pada dasarnya individu memiliki kemampuan untuk membaca, akan tetapi belum menjadi sebuah budaya bagi individu tersebut. Berbagai faktor-faktor menjadi penyebab budaya baca menjadi rendah di kalangan masyarakat seperti telah dijelaskan pada bab 1. Menurut Putra 2008: 107 dalam Sareb 2008 Budaya baca tidaklah linear, yang diawali dari seseorang mulai mengenal huruf dan dapat membaca, sampai jadi kutu buku, dan hingga Ia merasa buku benar-benar menjadi bagian dari kehidupannya. Dari pernyataan tersebut, budaya baca tidaklah lahir dari awal seseorang dapat membaca, melainkan pada momentum tertentu seseorang mulai tertarik dan menyukai aktivitas untuk membaca. Budaya membaca juga mengalami proses dan waktu yang sangat lama. Setiap individu memiliki teknik yang berbeda dalam membaca, ada yang hanya membaca awal paragrafnya saja, ada yang membaca inti wacananya saja tanpa membaca keseluruhan teks, dan ada yang membaca keseluruhan teks beserta menyiapkan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan yang hendak dibaca. Berikut adalah macam-macam teknik membaca:

a. SQ3R

SQ3R merupakan singkatan dari Survey, Question, Read, Recite Recall, Review, teknik tersebut dikemukakan oleh Francis P. Robinson tahun 1941. Menurut Tarigan 1994: 35 metode SQ3R merupakan suatu rencana membaca yang terdiri atas mensurvei isi, membuat pertanyaan, membaca isi, menceritakan isi bacaan dan meninjau kembali bacaam. SQ3R terdiri urutan atau langkah-langkah Survey, Question, Read, Recite Recall, Review dalam membaca, yakni sebelum membaca pembaca melakukan survei pada bacaan yang akan dibaca, tujuannya untuk menemukan gagasan secara umum yang akan dibaca. Survei atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ihktisar umum yang akan dibaca Soedarso, 2000: 60. Survei dilakukan untuk mempercepat menangkap arti, mendapat abstrak, mengetahui ide-ide yang penting, melihat susunan organisasi bahan bacaan tersebut, mendapatkan minat perhatian yang saksama terhadap bacaan, dan memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Seiring dengan survei, pembaca membuat pertanyaan-pertanyaan atau question mengenai isi bacaan yang disurvei. Bersamaan pada saat survei, ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu, dengan mengubah judul dan subjudul serta sub dari subjudul menjadi suatu pertanyaan. Gunakan kata-kata siapa, apa, kapan, di mana, atau mengapa Soedarso, 2000: 63. Hal itu akan membantu pembaca untuk lebih aktif dan lebih mudah dalam memahami isi bacaan secara sistematis. Pada tahap selanjutnya, Pembaca baru melakukan aktivitas membaca atau read. Pembaca akan digiring dalam pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga pembaca akan secara cepat menemukan gagasan yang diungkapkan oleh bacaan tersebut. Menurut Soedarso 2000: 63 pada tahap ini read konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok. Beberapa hal yang jangan dilakukan pada tahap membaca ini adalah jangan membuat catatan-catatan, hal ini akan memperlambat dalam membaca dan jangan membuat tanda-tanda seperti garis bawah pada kata maupun frasa tertentu, hal ini dapat membuat pembaca selesai membaca merasa terjadi kekeliruan dalam menandai. Tahap selanjutnya adalah Recite atau Recall, pada tahap ini pembaca akan mengutarakan bahasan-bahasan yang telah dibaca berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat. Menurut Soedarso 2000: 64 tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Dari pertanyaan tersebut juga didukung mengenai aktivitas mengulang kembali membaca, Soedarso menambahkan bahwa menyediakan waktu setengah dari waktu membaca kembali sangat penting pada tahap ini. Tahap terakhir dalam teknik SQ3R ini adalah tahap review atau menelusuri ulang bagian-bagian penting dalam bacaan. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali terlewati sebelumnya Soedarso 2000: 64. Hal ini merupakan bagian pembaca mengulas ulang bahkan menelusuri ulang bacaan untuk mengonfirmasi info yang didapat sekaligus mengoreksi apakah info atau ide-ide dalam bacaan telah didapatkan secara lengkap.

b. Skimming

Menurut Soedarso 2000: 88 Skimming adalah mencari hal-hal yang penting dari bacaan itu, yaitu ide pokok dan detail yang penting yang dalam hal ini tidak selalu di permukaan awal tetapi terkadang di tengah atau di dasar bagian akhir. Teknik skimming ini mengutamakan keefisienan dalam membaca, karena hanya berpusat mencari gagasan-gagsan penting dalam membaca. Secara umum, Soedarso 2000: 88 membagi beberapa tujuan dari teknik skimming ini, yaitu 1 untuk mengenali topik bacaan, biasanya skimming untuk melihat bahan yang akan dibaca, sekadar untuk memilih artikel di majalah atau surat kabar; 2 untuk mengetahui pendapat orang opini, di sini pembaca biasanya langsung mencari di paragraf awal atau akhir saja, karena opini sudah jelas masalahnya dan biasanya gagasan penulis berada di awal atau akhir paragraf; 3 untuk mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17