Keterbacaan Teks Faktor Eksternal

struktur teks tidak sistematis. Kemudian sebanyak 35 responden memilih setuju dan 6 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 41 responden dengan persentase sebesar 62,12 responden dikategorikan kuat dan dipandang sebagai sikap negatif, karena kesulitan memahami bacaan yang struktur teksnya tidak sistematis. Selanjutnya sebanyak 13 responden dengan persentase sebesar 19,70 responden dikategorikan sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator keenam, yakni “Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang saya pelajari, saya sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya” sebanyak 1 responden memilih sangat tidak setuju dan 15 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 24,24 responden dikategorikan lemah dan dipandang sebagai sikap positif, karena walau bacaan yang tidak berkaitan dengan bidangnya, tidak mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaannya. Kemudian sebanyak 26 responden memilih setuju dan 8 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 34 responden dengan persentase sebesar 51,52 responden dikategorikan cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena Bacaan yang tidak berkaitan dengan bidang yang dipelajari, sering mengalami kesulitan untuk memahami isinya. Selanjutnya sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 24,24 responden dikategorikan lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator ketujuh, yakni” Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, saya akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan” sebanyak 1 responden memilih sangat tidak setuju dan 4 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 7,57 responden dikategorikan sangat lemah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena walau bacaan tersebut merupakan bidang pembaca, tetapi isi dalam bacaan sulit, bukan berarti pemahaman isi bacaannya akan mudah dipahami. Kemudian sebanyak 39 responden memilih setuju dan 13 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 52 responden dengan persentase sebesar 78,79 responden dikategorikan kuat dan dipandang sebagai sikap positif, karena Sesulit apapun isi dalam bacaan, jika berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, maka akan berusaha sampai dapat memahami isi bacaan. Selanjutnya sebanyak 9 responden dengan persentase sebesar 13,64 responden dikategorikan sangat lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator kedelapan, yakni “Meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang saya pelajari, kadang-kadang saya mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan” sebanyak 1 responden memilih sangat tidak setuju dan 6 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 7 responden dengan persentase sebesar 10,60 responden dikategorikan sangat lemah dan dipandang sebagai sikap yang positif, karena berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, tidak mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Kemudian sebanyak 45 responden memilih setuju dan 4 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 49 responden dengan persentase sebesar 74,24 responden dikategorikan kuat dan dipandang sebagai sikap negatif, karena meskipun berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari, kadang-kadang mengalami kesulitan untuk memahami isi bacaan. Selanjutnya sebanyak 10 responden dengan persentase sebesar 15,15 responden dikategorika sangat lemah dan tidak memiliki jawaban.

4.2.3.2.4 Masih Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan dan Kuatnya Pengaruh Media

Elektronik Budaya lisan disekitar masyarakat sangatlah kuat, sehingga mempengaruhi kegiatan membaca seseorang untuk memahami suatu bacaan. Terdapat satu subindikator yang berkaitan dengan masih kuatnya pengaruh budaya lisan. Kuatnya pengaruh media elektronik juga semakin menjadi “bom waktu” bagi masyarakat. Hal itu dlihat dari semakin canggih dan pesatnya dunia teknologi, khususnya televisi. Acara televisi yang kian menarik menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi membaca pemahaman. Ada satu subindikator yang termasuk dalam indikator kuatnya pengaruh media elektronik, yakni; jika acara televisi menarik kegiatan membaca mahasiswa ditinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut. Tabel 4.22 Indikator Masih Kuatnya Pengaruh Budaya Lisan Dan Kuatnya Pengaruh Media Elektronik NO SUBINDIKATOR RENTANG SKOR 1 2 3 4 5 STS TS N S SS 1 Masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan 2 20 19 17 8 2 Jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. 4 12 15 22 13 Tabel di atas merupakan indikator mengenai masih kuatnya pengaruh budaya lisan dan kuatnya pengaruh media elektronik. Pada subindikator yang pertama, yakni “masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup saya, sering mempersulit pemahaman isi bacaan ” sebanyak 2 responden memilih sangat tidak setuju dan 20 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 22 responden dengan persentase sebesar 33,33 responden dikategorikan lemah dan dipandang sebagai sikap positif, meskipun masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup responden, tidak mempersulit pemahaman isi bacaan. Kemudian sebanyak 17 responden memilih setuju dan 8 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 25 responden dengan persentase sebesar 37,88 responden dikategorikan lemah dan dipandang sebagai sikap negatif, karena masih kuatnya pengaruh bahasa lisan dalam hidup responden, sering mempersulit pemahaman isi bacaan. Selanjutnya sebanyak 19 responden dengan persentase sebesar 28,79 responden dikategorikan lemah dan tidak memiliki jawaban. Pada subindikator kedua, yakni “jika acara televisi menarik, kegiatan membaca saya tinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi” sebanyak 4 responden memilih sangat tidak setuju dan 12 responden memilih tidak setuju, sehingga sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 24,24 responden dikategorikan lemah dan dipandang sebagai sikap positif, walaupun acara televisi menarik, responden tidak meninggalkan kegiatan membacanya. Kemudian sebanyak 22 responden memilih setuju dan 13 responden memilih sangat setuju, sehingga sebanyak 35 responden dengan persentase sebesar 53,03 responden dikategorikan cukup dan dipandang sebagai sikap negatif, karena jika acara televisi menarik, kegiatan membaca akan ditinggalkan terlebih dahulu untuk menonton acara televisi. Selanjutnya sebanyak 15 responden dengan persesntase sebesar 22,73 responden dikategorikan lemah dan tidak memiliki jawaban. Hasil tabulasi angket faktor pendukung pembentukan budaya baca di atas telah menunjukkan sikap para responden yakni para mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta terhadap aktivitas membaca. Berikut ini adalah penghitungan total skor dengan rumus jumlah responden yang memilih T dikalikan dengan pilihan angka skor likert Pn. Maka dari itu ditemukan total skor sebesar 11311. Setelah total skor diketahui, peneliti melanjutkan mencari skor ideal dan skor rendah. Penghitungan skor ideal dengan cara jumlah seluruh responden dikalikan 5, sehingga 5 x 66= 330 x 100 = 33000. Jadi, diketahui skor idealnya sebesar 33000. Penghitungan skor rendah dengan cara jumlah seluruh responden dikalikan 1, sehingga 1x 66= 66 x 100 = 6600. Jadi diketahui skor rendahnya sebesar 6600. Tahap selanjutnya peneliti mulai menginterpretasi hasil angket tersebut, namun terlebih dahulu dilakukan penghitungan index . Penghitungan index dengan rumus Total skor : Skor ideal x 100 = 11311 : 33000 x 100 = 34,28. Berdasarkan hasil penghitungan di atas berkaitan dengan faktor pendukung pembentukan budaya baca menunjukkan sikap para responden yakni para mahasiswa semester V angkatan 2013 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta terhadap aktivitas membaca masuk dalam kategori rendah. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa faktor pendukung pembentukan budaya baca para responden rendah, sehingga disimpulkan bahwa hasil faktor pendukung pembentukan budaya baca para responden berbanding lurus dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman, yakni berada pada kategori rendah.

4.2.4 Pengelompokkan Tingkatan Faktor Pendukung Pembentukan Budaya

Baca dan Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Subbab ini akan dipaparkan pengelompokkan tingkatan faktor pendukung pembentukan budaya baca. Tingkatan-tingkatan tersebut adalah kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Kelompok-kelompok tersebut akan disandingkan dengan hasil tes kemampuan membaca pemahaman, apakah berbanding lurus atau berbanding terbalik? Maka dari itu, berikut pemaparan kelompok-kelompok tersebut.

4.2.4.1 Faktor Pendukung Pembentukan Budaya Baca

Faktor pendukung pembentukan budaya baca terdiri atas 100 subindikator dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang dikemas menjadi suatu angket. Dala angket tersebut, terbagi atas dua kelompok, yakni kelompok faktor internal dan kelompok faktor eksternal. Dari 100 subindikator tersebut, terdapat 49 subindikator faktor internal dan 51 subindikator faktor eksternal. Jumlah responden yang diberikan angket ini berjumlah 82 responden, akan tetapi hanya 66 angket yang diterima oleh peneliti. Pedoman pembagian kelompok tersebut berasal dari hasil modifikasi teori Likert yang berjumlah 5 kategori menjadi 3 kategori. Berikut tabel kategori pembagian kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Tabel 4.23 Kategori Pembagian Kelompok Tinggi, Sedang, dan Rendah Rentangan persentase skor Kategori 61 - 100 Tinggi 41 - 60 Sedang 0 - 40 Rendah Berikut adalah pengelompokkan setiap faktor yang terdiri atas tingkatan tinggi, sedang, dan rendah.

Dokumen yang terkait

Strategi pengembangan budaya baca melalui membaca pemahaman pada mahasiswa kelas A semester IV Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2016.

0 0 2

Faktor - faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester V program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 3 172

Pengembangan strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa kelas B semester IV program studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

0 2 228

Pengembangan modul pembelajaran membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

3 31 446

Pengembangan kebiasaan membaca pemahaman mahasiswa semester VI Pprogram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tahun akademik 2015/2016.

1 16 334

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra indonesia semester VI Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 265

Strategi pembelajaran kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca kritis pada mahasiswa semester VI kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2015.

0 7 241

Strategi kemampuan membaca pemahaman berdasrakan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.

0 0 229

Strategi pembelajaran kemampuan membaca pemahaman berdasarkan faktor membaca dan hasil tes kemampuan membaca pemahaman pada mahasiswa semester VI kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun ajaran 2

0 1 239

MANAJEMEN WAKTU MAHASISWA TERHADAP KURIK

0 1 17