Citra Perempuan Kajian Tentang Feminisme Sastra a.

307 Kata seks dan gender dipandang suatu sifat yang melekat pada para perempuan dan laki-laki, sebagai hasil konstruksi sosial dan kultural sepanjang sejarah. Karena merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural, maka sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan, menerima perubahan”. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa feminisme adalah fahamgerakan kaum perempuan untuk memperjuangkan hak- hak serta kepentingan perempuan serta menolak segala sesuatu yang menggangap perempuan sebagai konstruksi negatif, sebagai makhluk takluk, tersisih, dan memiliki kemampuan rendah sehingga dengan mudah dapat dikesampingkan dan tidak dihargai.

b. Citra Perempuan

Citra secara umum memiliki makna: 1 rupa, gambar, gambaran; 2 gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; 3 kesan mentalbayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam pembahasan karya prosa atau puisi. Untuk merumuskan citra perempuan Indonesia, perlu adanya pemikiran yang matang. Bagaimana kodrat perempuan, bagaimana peran perempuan dalam keluarga, dalam masyarakat, dan negara aspek kultural, faham falsafahnya, serta bagaimana situasi dan perkembangan Negara. A. Wahab Ali, 1989: 123 membagi citra perempuan sebagi tolak ukur dalam beberapa tipe yaitu: 308 1 Citra Perempuan Tradisional Ciri-ciri perempuan bercitra tradisional antar lain: 1 tidak berpendidikan, 2 kurang rasional, 3 terlalu tergantung pada lelaki, 4 tidak bebas dan terikat adengan keluarga, adat, dan nilai keagamaan secara dogma. 2 Citra Perempuan Modern Ciri-ciri perempuan modern adalah perempuan yang sudah diresapi oleh pengaruh budaya barat, yang mempunyai ciri-ciri antara lain: 1 berpendidikan, 2 rasional, 3 tidak statis dan inggin maju, 4 tidak mengantungkan kehidupan kepada laki-laki, 5 lebih mementingkan keadaan, 6 bebas dari ikatan keluarga, adat,dan bersifat individual, 7 ada yang menyeleweng dari ajaran agama. 3 Citra Perempuan Transisi Ciri-ciri perempuan yang dimiliki oleh perempuan tradisional dan perempuan moder. Perempuan memiliki ciiri-ciri sebagai perempuan kriteria tradisional juga memiliki ciri-ciri pada perempuan tradisional. Pada awalnya, citra diri lelaki dan perempuan terbangun oleh citra fisisnya. Penentuan jenis kelamin dilihat dari aspek fisis menyangkut konsep genotipe dalam genetika dan fenotipe dalam endrokinologi. Dalam konsep ini, kromosom khusus X + Y menjadi penentu dasar jenis kelamin pria, sedangkan kromosom X + X sebagai penentu dasar jenis kelamin perempuan. Keduanya masih harus ditunjang oleh hormon yang biasa disebut hormon testosteron pria dan estrogen dan progesteron perempuan, meskipun hormon itu selalu hadir bersama pada kedua jenis kelamin dalam proporsi yang berbeda Heraty, 1984: 4. Dengan mempertimbangkan perbedaan yang esensial itu, maka pada dasarnya aspek fisis 309 perempuan dan pria menjadi khas dan prinsip perbedaan ini tidak dapat dielakkan lagi. Dalam tingkah lakunya, ciri dasar fisik terekspresi ke dalam berbagai wujud. Perbedaan genotipe dan fenotipe ini kemudian akan memberikan persepsi tersendiri bagi jenis kelamin yang dimiliki sesuai dengan norma genetikal, kultural, dan sosiologis. Secara umum, persepsi kultural terhadap perempuan adalah bahwa perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialiasi tersebut tidak saja berpengaruh kepada perkembangan emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tapi juga mempengaruhi perkembangan fisis dan biologis selanjutnya. Sementara itu persepsi kultural tentang lelaki adalah secara fisik harus lebih kuat dan lebih besar Fakih, 2001: 10. Persepsi ini memang lebih menguntungkan sehingga menjadikan lelaki dapat tampil dengan pengaruh yang lebih. Konsep citra diri dimaknai sebagai gambaran yang dimiliki banyak orang tentang pribadi. Dalam sastra, citra diri diartikan sebagai kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat yang merupakan unsur dasar yang khas dalam karya puisi atau prosa TPBK P3B, 1989: 169. Konsep citra diri dalam sastra ini diantaranya pernah dibicarakan oleh Pradopo 1990, Sugihastuti 1991, dan Soenardjati Djajanegara 1995. http:mwalidin.blogspot.com200712persepsi-tentang-citra-diri.html Bertolak pada uraian diatas, maka dapat disimpulan bahwa citra perempuan merupakan gambaran sifat hakiki yang tercermin pada seseorang perempuan yang membedakannya dari orang lain baik bersifat superior maupun inferior. 310 1 Perempuan dalam Tinjauan secara Biologis dan Psikologis a Perempuan dalam Tinjauan secara Biologis Untuk mengetahui citra perempuan perlu diketahui bagaimana perkembangan perempuan secara biologis, baik karakter maupun sikapnya, sedangkan eksisitensi manusia itu sendiri meliputi keberadaan jasmani dan rohani, termasuk cara menghayati dan menyadari hakikat dirinya dengan dunia lingkungannya dengan segala isinya, dan dengan sesama manusia. Kartini Kartono, 2006: 56 menyampaikan bahwa hakikat manusia hanya bisa berkembang dengan kontak aku-nya dengan yang lain. Jadi manusia itu sebagai pribadi sosial, yaitu pribadi psikologis yang memerlukan antar relasi jasmani dan psikis dengan manusia lain. Perempuan itu ingin dicintai, inggin dihargai, diakui, dan dapat mendapatkan kedudukan dalam kelompoknya. Berdasarkan pendapat di atas maka di dalam kehidupan sosial perempuan merasa menjadi perempuan yang dewasa dan matang apabila telah dapat dimanusiakan oleh orang lain. Dengan kata lain bahwa perempuan akan merasakan kesempurnaan dan kelengkapannya apabila dapat bersama dengan orang lain. Dalam lingkungan sosial kultural tertentu terdapat banyak bentuk tingkah laku, perbuatan, cara berpikir, dan gerak-gerik ekspresif yang khusus dilakukan. Tingkah laku ini dapat terjadi karena adanya relasi secara pribadi. Perempuan pada dasaranya dapat bekerja sama layaknya laki-laki, namun cara bekerjanya berbeda dengan cara laki-laki. Perempuan tidak dapat melepaskan begitu saja cirri khasnya sebagai perempuan yang kemudian berkembang menjadi tuntutan etnis, bersumber pada kasih sayang dan kecintaan seorang perempuan tanpa 311 pamrih dan disertai rasa pengorbanan yang teramat sangat dan penyerahan diri dari seorang perempuan kepada laki-laki. Tahapan perkembangan fisik perempuan disesuikan dengan fase-fase biologis, diawali dari kelahiran sampai kematian menurut Kartini Kartono, 2006:49sebagai berikut: Keterangan: 0 sampai 25 : periode progresif ekspansif 25 sampai 50 : periode stationer statis 50 sampai 70 : periode regresif Sejak usia 0 tahun sampai kira-kira usia 25 tahun, badan mansia itu terus tumbuh disebut periode pertumbuhan yang progesifekspansif, karena bertambahnya substansi. Badan yang besar serta matangnya fungsi tubuh berkembang dengan pesat. Kurang lebih sejak usia 25 sampai 50 tahun. Pertumbuhan berlangsung secara statis, maka pada masa ini disebut periode 0 10 20 30 40 50 60 70 Kurva fase biologis manusia 312 stationer, tidak adanya pertambahan substansi. Pada masa ini yang ada hanya pengantian substansi secara bologis. Fase usia 50 sampai 70 tahun disebut sebagai periode regresi, dengan kata lain pada usia ini substansi yang digunakan untuk mempertahankan hiidup mulai berkurang. Pada usia-usia tersebut yang ada adalah proses kerusakan daripada kehidupan. Walaupun begitu periode ini bias berlangsung lebih cepat atau lambat dari yang ditujukan dalam kurva di atas. Umpamanya terjadi pada orang yang sakit. Bertolak pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa biologis seorang perempuan dapat ditinjau melalui sifat atau tingkah lakunya dalam kehidupannya.Kesempurnaan dan kelengkapannya akan terlihat apabila bersama dengan subyek lain. b Perempuan dalam Tinjauan Secara Psikologis Tinjauan secara psikologis merupakan usaha untuk memahami bentuk tingkah laku manusia dalam arti yang sebenarnya dari ujud kehidupan manusia. Kartini Kartono, 2006: 50 berpendapat bahwa tinjauan psikologis bertujuan untuk mengetahui manusia dalam bentuk kemanusiaannya, mempelajari manusia sebagai subjek yang aktif dan mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu. Untuk mengatahui kemanusiaan diperlukan teknik pengenalan terhadap objek dengan cara bergaul, berdialog, berpartisipasi, serta mengikuti secara teliti perkembangan indiviidu-individu dan kelompok-kelompok sosial tertentu. Berkaitan dengan fase-fase biologis di atas, Karl Bukler membagi fase biologis menjadi tiga kategori faktor pengukur untuk mempelajari perjalanan 313 hidup manusia, yaitu: 1 tingkah laku atau semua kegiatan yang dapat diamati; 2 pengalaman; dan 3 kerja atau prestasi dari usahanya. Fase-fase itu terbagi atas: a masa anak gadis, b masa perempuan dewasa, c masa tua. 1 Masa Anak Gadis a Fase Pra-Pubertas atau Masa Pueral Adalah masa perempuan yang berusia antara 10 sampai 12 tahun. Pada fase ini ditandai dengan pertumbuhan tubuh yang sangat pesat, perkembangan intelektual yang intensif sehingga minat anak gadis sangat besar terhadap perkembangan ada di sekitarnya. Munculnya kesadaran yang semakin besar akan kejutan badan sendiri, daya tubuhnya berlangsung secara maksimal. Orang akan menandai periode ini dengan pertumbuhan yang mempunyai vitalitas besar. Jadi, pada masa ini membutuhkan energi yang sangat besar. Selain itu pada masa ini lebih suka menonjolkan kemampuan tanpa rasa segan. Misalnya kegiatan yang disenangi antara lain: olah raga, bernyanyi, dan bartamasya. Masa Pra-pubertas ini tingkah laku anak menjadi kasar, canggung, kurang sopan, dan suka berbuat seperti anak liar. Hal ini terjadi dimungkinkan oleh adanya prinsip perkembangan yang aktif pada diri anak sehingga mendorong untuk mandiri. Mereka lebih suka melakukan sendiri dengan caranya sendiri. Di sini mulai melemahnya ikatan dengan orang tua, munculnya perasaan kesunyian, kecemasan, dan cenderung memberontak. Sehingga pada masa ini anak cenderung lebih suka 314 berkelompok dengan teman-temannya yang sebaya. Mereka merasa lebih sesuai dengan jalan pikirannya. b Fase Pubertas Awal Adalah umur antara 14-17 tahun. Walaupun pada kenyataan masa pubertas awal seseorang tidak dapat dipastikan kapan mulai dan berakhirnya, tetapi beberapa sarjana menyatakan masa ini terjadi kurang lebih pada usia 14 tahun sampai 19 tahun, muncul bersamaan dengan datangnya haid atau menstruasi. Menstrulasi sebagai satu pengalaman psikis, keluarnya haid merupakan periode si gadis benar-benar siap secara biologis menjalani fungsi keperempuanannya. Yang penting pada masa ini adalah adanya kematangan seksual, walaupun bersifat biologis, namun menentukan sekali sikap anak terhadap diri sendiri dan konstitusi tubuhnya. Ia mencoba berhias, meniru perempuan dewasa, dan adanya perhatian cukup besar terhadap lawan jenisnya. Ia merasa memiliki kemungkinan yang kuat untuk melepaskan diri dari kewibawaan orang tua, mulai mencari nilai-nilai kehudupan yang luhur. c Fase Adolesensi Umur antara 17-21 tahun. Pada masa ini, anak banyak memerlukan dan melakukan introspeksi dan mencari-cari kedalam dirinya sendiri. Akhirnya ia menemukan aku-nya, dalam arti menemukan harmoni baru antara sikap ke dalam dirinya sendiri dan ke luar, pada dunia objektif. Mulai ditemukan nilai-nilai hidup baru, sehingga semakin jelaslah pemahaman tentang keadaan dirinya sendiri, bersikap kritis dan mampu mengambil sikap. 315 Gambaran perempuan dewasa yang matang dan berkepribadian banyak ditentukan oleh peristiwa dan pengalaman pada masa ini. Penilaian yang tinggi terhadap orang tua mulai berkurang beralih pada pribadi yang ideal sesuai dengan seleranya. Cinta kasih yang mulanya tercurah pada orang tua, kini dialihkan pada seseorang, karena telah ditemukannya nilai-nilai hidup, mempunyai pendirian, memilih pola hidup, dan bersifat kritis, maka tidak mengherankan jika pada masa kini sering terjadi kesalahpahaman antara orang tua dengan anak gadisnya. Ada sekelompok anak gadis pada masa ini merasa takut akan sikapnya sendiri yang pasif, justru melakukan aktivitas seksuil yang intensif, sehingga berlaku sok berani, sok tahu karena sudah merasa dewasa. Ketakutan untuk memuaskan nafsu seksuil yang semula kini berganti wujud, yaitu dalam bentuk ketakutan lain, yaitu merasa bersalah, berdosa, dan menyesal. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologis seorang perempuan dapat diketahui melalui cara bergaul berdialog, berpartisipasi, dan meneliti menembus kedunia psikis manusia. 2 Sifat Baik dan Sifat Kurang Baik Perempuan a Sifat UnggulanBaik Keperempuanan 1 Keindahan Kecantikan, kejelitaan, gratice gaya, solek, kemolekan, elegensi elegent: gaya yang menarik dan kehalusan tingkah laku. Kriteria kecantikan itu tidak hanya mengenai sifat – sifat badaniah saja, akan tetapi juga keindahan sifat – sifat rohaniyahnya. 316 2 Kelembutan Mengandung unsur kehalusan, selalu menyebar iklim psikis yang menyanangkan, disamping itu kelembutan juga diperlukan untuk ”membantali” kekerasaan, kesakitan, dan kepedihan atau duka nestapa. 3 Rendah Hati Sifat tidak mengagungkan diri sendiri, tidak angkuh, bersedia mengalah, dan berusaha menahan kondisi pihak lain. Laki-laki dan perempuan perlu ada sifat rendah hati dan kelembutan. Akan tetapi pribadi perempuan itu lebih sering dikonfrontasikan pada tuntutan ciri-ciri tersebut dari pada laki-laki. 4 Open Besorgend Cinta kasih tanpa pamrih disertai pengorbanan, sering juga sampai pengorbanan diri hingga penyerahan diri akan membentuk pada diri yang heterosentris memusatkan pada orang lain. Perempuan lebih bersifat memelihara, melindungi, lebih menutup, mengawetkan konsentrasi dan secara total dapat menyerahkan diri pada orang lain.Terlebih pada orang yang dicintai. Ini merupakan bukti dan kekuatan yang hebat dasyat, namun kadang-kadang justru menjadi tragedi hidupnya. b Sifat Kurang Baik Perempuan Sifat kurang baik perempuan sudah sejak zaman filosofis Aristoteles disoroti, Kartini-Kartono, 2006: 16 menyampaikan peragai perempuan yang tidak baik yaitu, ”Perempuan ini bersifat lebih berbelas kasih ,lebih cepat menangis, cenderung lebih cepat iri hati, lebih banyak mengeluh dan ”memisuh” 317 berkata kotor, lebih cepat menjadi korban dari rasa keputusasaan. Lebih kurang sanginis daripada kaum pria; mudah fanatik, kurang ”gila hormat” lebih tidak bisa dipercaya, lebih mudah jadi kecewa,punya inggatan yang baik, lebih berhatihati, lebih cepat merasa malu,lebih kurang dirangsang untuk bertindak, makanya lebih sedikit daripada kaum laki-laki, dan lain- lain”. Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil simpulan bahwa perempuan yang memiliki sifat baik adalah perempuan yang secara total mampu memiliki kriteria sifat kecantikan yang tidak hanya mengenai sifat – sifat badaniah saja, akan tetapi juga keindahan sifat – sifat rohaniyah. 3 Kepribadian Perempuan Kartini-Kartono, 2006: 9 menyampaikan tentang Hakikat perempuan yang memiliki kepribadian matang jika mampu membuka diri sendiri untuk orang lain, suami, atau anak, yaitu, ”Hakikat perempuan hanya bisa berkembang dengan dan Kontak dengan Aku – yang – lainnya. Jadi perempuan adalah pribadi sosial yaitu pribadi psikofisik yang memerlukan antara relasi jasmaniah dan psikis dengan manusia lain. Perempuan juga ingin dicintai, ingin di hargai dan di akui, ingin di hitung dan mendapatkan status dalam kelompoknya maka hanya dalam komunikasi dengan aku lain perempuan bisa berkembang dan melengkapi dirinya”. Menurut Saleh, dalam Yuni Lestari, 2004: 14 menjelaskan tentang kepribadian itu terdiri dari dua kelompok yaitu kepribadian superior dan kepribadian inferior. Kepribadian superior merupakan bentuk kepribadian yang berorientasi pada perbaikan-perbaikan kualitas hidup. Karakteristik kepribadian ada tujuh yaitu: 1 pertahanan ego, mempunyai sikap seperti mudah menerima keadaan, terus-menerus bekerja. Kemandirian yang tinggi dengan mengandalkan 318 kemampuan dan penilaian; 2 percaya diri, mempunyai sikap tidak bergantung pada orang lain, tegas tidak berubah cepat menentukan sikap, mengambil keputusan dengan perhitungan yang matang dan memiliki sifat yang persuasif sehingga memperoleh banyak dukungan; 3 rela berkorban, bersedia mengorbankan dirinya demi orang lain; 4 sabar merupakan sifat tidak tergesa- gesa dalam memetik hasil dan mengambil jalan untuk memecahkan masalah, tidak berpengaruh penundaan dan bersedia saat yang tepat untuk menerapkan strategi; 5 idealistik, sikap selektif, dan berorientasi pada kesempurnaan standar tertentu; 6 konsisten dengan janji dan sikap dan pemikiran dan kesepakatan yang dibuat bersama orang lain. Bila ingkar janji ia akan merasa bersalah, dan; 7 inovatif, mempunyai kecenderungan untuk melakukan sesuatu dan mencoba melakukan perubahan-perubahan. Kepribadian inferior merupakan kepribadian individu yang cenderung tidak diharapkan karena sifat jeleknya yang berpeluang besar merugikan diri sendiri dan orang lain. Ciri-ciri kepribadian inferior adalah: 1 depresi, salah satu bentuk gangguan metal yang menyebabkan emosi terganggu keseimbangannya sehingga yang bersangkutan menjadi cepat marah, sulit menggunakan akal sehat; 2 pamer, sering memperlihatkan atau menunjukkan sesuatu kapada orang lain baik keahlian, kepandaian, kepemilikan, padahal hal tersebut tidak dibutuhkan atau diminta orang lain; 3 tidak disiplin, bersikap tidak mau mengeahui aturan yang telah ditetapkan serta mempunyai tujuan memperoleh sesuatu yang menguntungkan; 4 pelupa, lupanya individu terhadap sesuatu hal disebabkan terlalu banyak jadwal atau kurang disiplin dalam mencatat agenda; 5 sulit 319 membuat keputusan, individu tersebut membutuhkan waktu untuk memikirkan setiap keputusan yang sempurna; 6 acuh tak acuh, kurang peduli terhadap hal- hal di sekitarnya dan cenderung sibuk dengan dirinya sendiri; 7 bersikap negatif, individu cenderung bersikap hanya melihat sisi buruk atau kelemahan dari suatu situasi dan kondisi tertentu biasanya timbul hanya untuk menutupi kekurangan yang justru dimilikinya; 8 tidak konsisten, refliksi dari tidak adanya rasa percaya diri, tidak adanya moral kejujuran atau mudah dipengaruhi orang lain. Psikologi kepribadian dapat didefinisikan sebagai studi ilmiah yang mempelajari kekuatan-kekuatan psikologis yang membuat masing-masing individu unik. Untuk lebih jelasnya, kita bisa mengatakan bahwa kepribadian mempunyai delapan aspek kunci, yang secara keseluruhan membantu kita memahami inti dari kompleksitas individual. Pertama, individu dipengaruhi oleh aspek ketidaksadaran, dorongan-dorongan yang tidak setiap saat muncul dalam alam sadar. Sebagai contoh, kita mungkin mengatakan atau melakukan hal-hal sama seperti yang dikatakan atau dilakukan orang tua kita terhadap kita sendiri, tanpa sadar bahwa kita didorong oleh keinginan untuk serupa dengan orang tua kita. Kedua, individu dipengaruhi oleh kekuatan ego yang memberikan rasa identitas atau ”diri self”. Sebagai contoh, kita sering berusaha untuk menjaga rasa penguasaan dan konsistensi dalam perilaku kita. Ketiga, seorang individu adalah makhluk biologis, dengan hakikat genetik, fisik, fisiologis, dan tempramental yang unik. Spesies manusia telah berkembang selama jutaan tahun, tapi masing-masing dari kita adalah sistem biologis yang unik. Keempat, setiap orang dikondisikan dan dibentuk oleh pengalaman dan lingkungan disekitar diri 320 kita masing-masing. Artinya, lingkungan melatih kita untuk berespons dengan cara tertentu, dan kita tinggal dalam bentuk yang berbeda-beda. Budaya adalah aspek kunci dari identitas kita. Kelima, setiap orang memiliki sebuah dimensi kognitif-berpikir mengenai dunia sekitar mereka dan secara aktif mencoba mengartikannya. Orang-orang berbeda akan mengartikan kejadian-kejadian disekitar mereka dengan secara yang berbeda pula. Keenam, seorang individu merupakan suatu kumpulan trait, kemampuan dan kecenderungan yang spesifik. Tidak dapat disangkal bahwa masing-masing dari kita mempunyai kemampuan dan keinginan tersendiri. Ketujuh, manusia mempunyai dimensi spiritual dalam hidup mereka, yang memungkinkan dan mendorong mereka untuk mempertanyakan arti keberadaan mereka. Orang lebih dari sekedar robot yang diprogram oleh komputer. Mereka mencari kebahagiaan dan pemenuhan diri. Kedelapan, dan yang terakhir, hakikat dari seorang individu adalah senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya. Secar bersama-sama, kedelapan aspek ini membantu kita mendevinisikan dan memahami kepribadian; kepribadian adalah apa yang akan kita bahas dalam buku iHoward S. Friedman dan Miriam W. Schustack 2006: 3. Menurut F. G. Robin, terdapat lima faktor yang menjadi dasar perkembangan kepribadian tersebut, yaitu sebagai berikut: 1 sifat dasar; 2 lingkungan pranatal; 3 perbedaan perorangan; dan 4 lingkungan. Lingkungan yaitu kondisi disekitar individu yang mempengaruhi proses sosialisasinya. Lingkungan dapat dikategorikan sebagai berikut: a lingkungan alam, yaitu keadaan tanah, iklim, flora, dan fauna di sekitar individu; b 321 kebudayaan, yaitu cara hidup masyarakat tempat individu itu berada. Kebudayaan mempunyai aspek material rumah, perlengkapan hidup dan hasil teknologi lainnya dan aspek nonmaterial nilai-nilai dan pandangan hidup; c Manusia lain dan masyarakat di sekitar individu, pengaruh manusia lain dan masyarakat dapat memberi stimulasi atau membatasi proses sosialisasi; d motivasi adalah kekuatan-kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu untuk berbuat sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan. Dorongan adalah ketidakseimbangan dalam diri individu karena pengaruh yang datang dari dalam mapun luar individu, yang mempengaruhi dan mengerahkan perbuatan individu dalam rangka mencapai keseimbangan kembali. Setiap individu dalam masyarakat adalah pribadi yang unik, tetapi karena mereka memperoleh tipe-tipe sosialisasi yang sangat mirip, baik yang berasal dari rumah maupun sekolah, akan banyak ciri kepribadian yang hampir serupa. Kepribadian merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan tata cara yng diharapkan. Ada empat faktor penting dalam menentukan kepribadian, yaitu sebagai berikut: 1 kekayaan; 2 warisan biologis; sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan, seperti perbedaan laki-laki dan perempuan memberikan andil besar pada tahap pertama perkembangan kepribadian seseorang. Hal itu menentukan batas-batas yang tidak mungkin dilampaui oleh setiap individu. Batas-batas tersebut berpengaruh pada perkembangan sosialnya. Ada dua macam keragaman yang terdapat pada manusia, yaitu perbedaan yang nyata, misalnya pria dan perempuan, serta perbedaan yang kontinu, misalnya 322 tinggi dan berat badan. Hubungan yang terjadi antara keragaman dan pembentukan kepribadian dapat dilihat sebagai berikut: kecantikan atau ketampanan seseorang akan menempatkan seorang individu lebih beruntung daripada mereka yang kurang memperoleh kecantikan atau ketampanan. Pada kebudayaan tertentu, terlihat bahwa ciri biologis tertentu yang lebih diinginkan dibandingkan ciri-ciri yang lainnya. Misalnya pria dianggap lebih diutamakan daripada perempuan serta mereka yang berkulit putih lebih diutamakan daripada yang berkulit hitam, 3 pengalaman kelompok pribadi sebagian besar perkembangan kepribadian manusia merupakan produk pengalaman pribadi yang diperoleh dalam suatu kelompok. Nilai, norma dan kepercayaan yang ada dalam suatu kelompok juga membantu terbentuknya suatu kepribadian. Tanpa adanya pengalaman kelompok ini, kepribadian tidak akan berkembang. Meskipun para individu menjadi anggota kelompok yang sama namun pengalaman mereka dalam kelompok tersebut tidaklah sama. Perbedaan pengalaman inilah yang selanjutnya mempengaruhi dalam batas-batas tertentu variasi kepribadian. 4 Lingkungan, Lingkungan fisik mempengaruhi terhadap kepribadian seseorang karena dalam banyak hal lingkungan mempengaruhi tingkat kebutuhan yang harus dicapai seseorang jika ia ingin memiliki kebutuhan pokok untuk mempertahankan hidup. Lingkungan geografis menimbulkan pengalaman yang berbeda bagi setiap individu dalam menyesuaikan diri dan membentuk kepribadian. Mereka yang tinggal dan berkembang di dalam perkotaan akan cenderung lebih berani menonjolkan dirinya dibandingkan mereka yang tinggal 323 dan berkembang di daerah pedesaan. Individu yang berkembang dan hidup di lingkungan perkotaan dengan sifat individualistisnya akan berbeda perkembangannya dengan individu yang hidup dan berkembang di daerah pedesaan yang mengutamakan kebersamaan dan gotong-royong. http:tugassekolahonline.blogspot.com200902kepribadian.html . Renee Baron dan Elizabeth Wagele, menjelaskan kesembilan tipe kepribadian. Kesembilan tipe kepribadian tersebut adalah: 1 tipe 1 perfeksionis adalah orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah; 2 tipe 2 penolong tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindar kesan membutuhkan; 3 tipe 3 pengejar prestasi Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan; 4 tipe 4 romantis orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja; 5 tipe 5 pengamat orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban; 6 tipe 6 pencemas orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak; 7 tipe 7 petualang termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan 324 duka cita; 8 tipe 8 pejuang Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah; 9 tipe 9 pendamai para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik. http:popsy.wordpress.com20070616mengenal-9-tipe-kepribadian- manusia-dengan-lebih-asyik Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah organisasi dari berbagai ciri-ciri watak yang dinamis dan konsisten yang berupa merupakan gabungan utuh dari sikap, sifat, emosi, dan nilai yang mempengaruhi seseorang, sehingga seorang individu memiliki suatu identitas yang khas berbeda dengan individu yang lain dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sesuai dengan tata cara yang diharapkan. 4 Peran Perempuan dalam Keluarga dan Masyarakat a Peranan Perempuan dalam Keluarga Sebagian besar seorang anak akan dibesarkan untuk tumbuh dan berkembang dan didewasakan dalam lingkungan keluarga. Sejak manusia dilahirkan secara alami langsung menghirup udara dan iklim kasih sayang dan loyalitas terhadap ideologi keluarga. Ideologi keluarga yang dianut termuat di dalamnya kebiasaan, tradisi, emosi-emosi, nilai, dan norma-norma tertentu yang mengikat setiap anggota menjadi satu kesatuan. Ing ngarso Sung Tulodho [suami dan istri], Ing Madya Mangun Karso [suami dan istri], dan Tut Wuri Handayani [istri] Yang paling utama dan yang sangat penting adalah istri. Mengapa ? Arti dari kata Tut Wuri Handayani, memberi motivasi, dukungan, semangat bagi anggota keluarga, termasuk didalamnya suami dan sang buah hati. Dalam 325 rumah tangga, perempuan itu seperti akar dan suami adalah pohonnya. Sedangkan anak adalah buahnya. Mengapa saya katakan demikian? 70 bagian dari akar itu ditutupi oleh tanah. tidak nampak dari luar. Itulah perempuan, perannya memang tidak bisa dilihat secara riil. Namun, kita bisa lihat hasilnya, jika pohon [suami] tumbuh dengan kuat dan berbatang besar dan apabila buahnya manis dan besar, itulah hasil dari usaha akar. Bahkan kupu-kupupun yang menghinggapi pohon itu tidak akan pernah tau, apa yang dilakukan oleh akar. Memang benar kata orang peranan perempuan itu tidak bisa kita nilai dari seberapa lama ia kerja dan mengabdi untuk mencari nafkah demi keluarga, melainkan.. keberhasilan perempuan sangatlah terlihat pada apa yang sudah dicapai dan diraih oleh sang suami dan buah hati mereka.. Itulah makna seorang istri pada rumah tangga. http:althafunnisa.blogsome.com20070615perempuan-dalam- rumah-tangga Keluarga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi keperempuanannya. Semakin mantap perempuan memainkan pelbagai peranan sosial, maka semakin positif dan makin produktiflah dirinya. Perempuan yang mampu melaksanakan macam-macam peranannya memerlukan kedewasaan psikis. Kedewasaan psikis mengandung pengertian memiliki emosi yang stabil, bisa mandiri, menyadari tanggung jawab, terintegrasi segenap komponen kejiwaan, mempunyai tujuan dan arah yang jelas, produktif, kreatif dan etis religius Kartini- Kartono 2006: 8. b Peranan Perempuan dalam Masyarakat Perempuan dalam masyarakat selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial memiliki kedudukan yang sejajar dengan kedudukan laki-laki. Secara fisik keadaan tubuh perempuan dengan laki-laki tidak sama, namun masing-masing memiliki tugas kehidupan yang sesuai dengan kondisi fisiknya. Peningkatan peranan perempuan dalam pembangunan yang telah menjadi perhatian secara khusus sejak 1978, dalam Repelita VI diarahkan untuk mencapai 326 kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan perempuan. Repelita VI bertujuan meningkatnya taraf pendidikan perempuan, antara lain ditunjukkan oleh makin menurunnya jumlah penduduk perempuan yang menderita tiga buta buta aksara Latin dan angka, buta bahasa Indonesia, dan buta pengetahuan dasar; meningkatnya derajat kesehatan perempuan termasuk keluarganya; meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja perempuan dan makin sempurna dan mantapnya perlindungan tenaga kerja perempuan, termasuk hak dan jaminan sosialnya; meningkatnya peran ganda perempuan dalam pembinaan keluarga dan peran sertanya yang aktif di masyarakat secara serasi dan seimbang; ber-kembangnya iklim sosial budaya yang lebih mendukung upaya mempertinggi harkat dan martabat perempuan; dan makin mantapnya organisasi perempuan dan makin aktif peranannya dalam pembangunan. Dalam kurun waktu Repelita VI 19941995 Sampai 19971998 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan peranan perempuan yang meliputi: 1 peningkatan kualitas perempuan sebagai sumber daya pembangunan; 2 peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja perempuan; 3 peningkatan peran ganda dalam keluarga dan masyarakat; 4 pengembangan iklim sosial budaya yang mendukung kemajuan perempuan; 5 pembinaan kelembagaan dan organisasi perempuan. Daya pembangunan diupayakan untuk senantiasa meningkat sehingga perempuan dapat berperan sebagai mitra sejajar pria dalam pembangunan, perbaikan derajat kesehatan dan gizi perempuan terutama pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui. Upaya peningkatan pendidikan dan keterampilan perempuan antara lain dilakukan melalui pelatihan keterampilan, memperluas 327 kesempatan kerja perempuan, serta pemberian bantuan modal usaha perempuan di perdesaan. Peningkatan peranan perempuan dalam keluarga dan masyarakat diarahkan bagi terciptanya kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan perempuan dalam membina keluarga maupun dalam peran aktif di masyarakat. Peran perempuan dalam keluarga ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan dan bimbingan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan pembinaan tumbuh kembang anak balita. Sementara itu, peran perempuan dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas perempuan di berbagai sektor pembangunan. Perempuan upaya penataan hukum dan perundang-undangan bertujuan untuk mengembangkan kesadaran tentang hak dan kewajiban perempuan dengan memasyarakatkan undang-undang dan peraturan yang melindungi hak-hak perempuan dan kewajibannya dalam aspek- aspek perkawinan, perceraian, serta tata cara kerja bagi pekerja menikah, hamil, dan melahirkan. Pembinaan kelembagaan dan organisasi perempuan dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam berpartisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara lain mencakup pembinaan kelompok PKK, Pusat Studi Perempuan PSW dan pembinaan tim pengelola Program Peranan Perempuan P2W. Selain upaya pembinaan tersebut, dilanjutkan pula kegiatan-kegiatan yang mendukung perencanaan pembangunan yang berwawasan jender dan partisipasi perempuan dalam berbagai kegiatan internasional. Tenaga kerja perempuan dan makin sempurna dan mantapnya perlindungan tenaga kerja perempuan, termasuk hak dan jaminan sosialnya; meningkatnya peran ganda perempuan dalam 328 pembinaan keluarga dan peran sertanya yang aktif di masyarakat secara serasi dan seimbang; berkembangnya iklim sosial budaya yang lebih mendukung upaya mempertinggi harkat dan martabat perempuan; dan makin mantapnya organisasi perempuan dan makin aktif peranannya dalam pembangunan. http:www.bappenas.go.id index.php?module=Filemanagerfunc=downloadpathext=ContentExpress view=lampid98Bab-2020199820cek.doc Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perempuan yang mampu memainkan pelbagai peranan sosial, maka semakin positif dan makin produktiflah dirinya sehingga perempuan dapat berperan sebagai mitrasejajar pria dalam pembangunan dengan tidak mengenyampingkan tugas semestinya. c Kekerasan Terhadap Perempuan Saraswati dalam Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan, 2007: 171 Kekerasan merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan terhadap pihak lain, yang pelakunya perseorangan atau lebih, yang dapat mengakibatkan penderitaan bagi pihak lain. Kekerasan tersebut dibedakan dalam dua bentuk, yakni kekerasan fisik yang dapat mengakibatkan luka pada fisik seseorang hingga mengakibatkan pada kematian, dan kekerasan psikologi yang berakibat pada timbulnya trauma yang berkepanjangan pada korban terhadap hal-hal tertentu yang telah dialaminya. Kekerasan terhadap perempuan dapat dibedakan menjadi dua bentuk yakni kekerasan seksual dan kekerasan nonseksual. Yang membedakan kedua jenis kekerasan tersebut adalah ada atau tidaknya unsur kehendak seksual. Apabila terdapat unsur kehendak dari seksual, kekerasan tersebut dapat dikategorikan pada 329 jenis kekerasan seksual. Sebaliknuya, apabila unsur kekerasan seksual kurang dominan, jenis kekerasan tersebut termasuk jenis kekerasan nonseksual Dzuhayatin dan Yuarsih dalam Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan, 2007: 174. Selanjutnya dijelaskan jenis-jenis perkosaan berdasarkan pelaku dan cara melakukan perkosaan. Berdasarkan pelakunya, perkosaan dapat dibagi menjadi empat jenis. Pertama, perkosaan oleh orang yang dikenal. Perkosaan ini dilakukan oleh anggota keluarga bapak, paman, atau saudara. Kedua, perkosaan oleh pacar dating rape. Perkosaan terjadi jika ketika korban berkencan denagn pacarnya, seringkali di awali dengan cumbuan yang diakhiri dengan pemaksaan hubunan seksual. Ketiga, perkosaan dalam perkawinan marital rape. perkosaan jenis ini dialami oleh seorang istri yang mengalami ketergantuangan sosial ekonomi pada suami berupa pemaksaan hubungan yang tidak dikehendaki oleh pihak istri. Keempat, perkosaan oleh orang asing, perkosaan jenis ini seringkali disertai dengan tindakan kejahatan lain, seperti perampokan, pencurian, penganiayaan, ataupun pembunuhan Sugihastuti-Itsna Hadi Saptiawan, 2007: 172. Menurut Beauvis, dalam Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan, 2007: 74. Pelecehan seksual merupakan kekerasan dengan intensitas yang ringan, sedangkan serangan seksual dengan intensitas serangan yang berat. Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa kekerasan adalah bentuk perilaku orang atau sekelompok orang yang dapa menimbulkan kerugian baik fisik maupun psikis seseorang. Kekerasan terhadap perempuan berbentuk kekerasa seksual dan kekerasan nonseksual. 330

c. Pendekatan Feminisme Sastra