Kemandirian Tokoh Perempuan Pokok-Pokok Pikiran Feminisme dalam Novel Tabularasa a. Kekerasan Terhadap Perempuan

480 tepat pada obyek yang berjenis kelamin berbeda Howard S. Friedman-Miriam W.stack, 2006: 193. http:adln.lib.unair.ac.id go.php?id=gdlhub-gdl-s1- 2006-parastinin1458PHPSESSID=0629b7 ba39f6f44 30c9571ce837f55fa Berikutnya menerima penyiksaan emosi karena harus menahan cemburu beberapa kali menyaksikan sikap Violet dan Gale yang sangat akrab sebagai sepasang kekasih Tabularasa.2004.hal:89. Penyiksaan emosi dengan menahan untuk menyimpan permasalahannya sendiri takut di sampaikan kepada orang lain Tabularasa.2004.hal:108-109. Demikian juga dengan pelaku kekerasan emosi oleh Violet terhadap Raras. Violet menganggap cintanya hanya untuk laki-laki bukan untuk perempuan. Raras sebagai perempuan merasa disepelekan oleh Violet yang sangat dicintainya. Oleh karena itu, ia bersikap untuk menghindari setiap kali Violet bertemu dengan Gale.

b. Kemandirian Tokoh Perempuan

Gerakan feminisme memiliki tujuan kesetaraan genjer. Perempuan tidak lagi memiliki sifat inverioritas yang di anggap rendah tetapi memiliki sifat superioritas. Perempuan yang memiliki sifat superioritas apabila di beri kesempatan gerak yang luwes dan berinisiatif akan dapat memiliki kesederajatan dan kemitra kerjaan dengan lakki-laki. Perempuan dapat berperan bukan hanya di lingkungan domestik tetapi juga di lingkungan publik. Sofia dan Sugihastuti dalam Sugihastuti 2007: 95 menjelaskan bahwa emansipasi lebih menekan pada partisipasi perempuan dalam pembangunan tanpa mempersoalkan hak serta kepentingan mereka yang di nilai tidak hadir, sedangkan 481 feminisme memandang perempuan memiliki aktifitas dan inisiatif sendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingannya dalam berbagai kegiatan. Dalam novel Tabularasa tokoh-tokoh perempuan yang di analisis adalah tokoh yang telah memiliki ide yang sejalan dengan kajian feminisme kecenderungan terhadap tokoh perempuan yang mendukung. Aktifitas dan inisiatif tersendiri untuk memperjuangkan hak dan kepentingan dalam berbagai gerakan. Tokoh-tokoh tersebut adalah Raras, Krasnaya, dan Walla. Salah satu ide feminisme yang terhadap pada gambaran tokoh Raras adalah kemandirian. 1 Raras Kemandirian sikapnya adalah dalam mengambil sikap baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Sikap diamnya dipilih bukan diam secara pasif tetapi diam untuk berpikir dan mengambil sikap. Kesadaran, bahwa ia adalah seorang lesbi membuat berpikir lebih jauh untuk menguji seberapa jauh kelainan dirinya dengan perempuan lain pada umumnya. Sikap pertama ia lakukan dengan tetap berdamai dengan dirinya sendiri tanpa memberi tahukan pada orang lain bahkan ia lesbi. Sikap kedua di lakukan dengan mencintai laki-laki. Keingginan untuk menjadi perempuan normal, ada dengan mencintai Galih hingga melakukan hubungan suami-istri dan mengandung anak dari Galih yang akhirnya mengalami keguguran. Raras menyadari setelah beberapa waktu menjalin hubungan dengan Galih, tidak membekas rasa cinta pada hatinya. Krisis identitas terjadi dalam diri Raras, sehingga ia menemui Argus di Canada. Melihat kehidupan di Holand yang mendapat lampu hijau dari pemerintahan bahkan di perbolehkan untuk menikah 482 dengan pasangan homo. Raras berpikir pada apa yang sebenarnya sedang bergejolak dalam dirinya. Ia kembali pada Violet gadis yang ia cintai layaknya mencintai pada kekasihnya. Sikap kedua adalah sikapnya dalam menghadapi kemelut dalam dirinya dengan cara mencari berbagai pertimbangan dari luar pemikirannya baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Tindakan sikap ketiga adalah keberaniannya dalam mengambil sikap dan memmutuskan untuk menolak Galih. Seorang laki-laki yang telah menghamilinya dan telah membuat merasakan menjadi perempuan normal, perempuan sejati. Alasan penolakannya karena tidak inggin membohongi Galih yang sudah terlalu baik dan sangat memperhatikannya tetapi tidak di cintainya dengan tulus. Juga tidak mau berbohong pada diri sendiri bahwa hasrat cintanya bukan untuk laki-laki. Kemandiriaan sikap keempat berupa kemampuan dan keberanian dalam mengambil keputusan serta dapat mengambil inisiatif sendiri sehingga dapat bertindak cepat di lakukan setiap kali menghadapi Violet saat dalam keadaan sakau dan saat menghadapi terakhir kainya ketika menemukani keadaan Violet yang OD. Sikap keberanian dan kemandirian di tunjukan tokoh Raras saat dirinya menghadapi permasalahan lain yaitu ketika kandungannya mengalami keguguran pada saat berada di luar negri jauh dari keluarga dan sahabat. Kemandirian yang kelima adalah keberanian tokoh Violet mengambil dalam keputusan untuk menjadi homoseksual. Jaleswari Pramodhawardani dalam Jurnal Perempuan, Desember 2002:68 menyampaikan tentang kehadiran homoseksual di mata masyarakat Indonesia. Penganut heteroseksual memiliki 483 resiko yang tinggi dalam menjaga dari berbagai penyakit. Sedangkan homo seksual merupakan dunia yang sangat mengerikan apalagi homo seksual yang liar dan kotor. Pada umumnya orang Indonesia memandang homoseksual tidak lebih sebagai ketidaknormalan,gangguan kejiwaan,penyimpangan dan direduksi sebatas penyakit secara klinis maupun sosial. Hal itu terjadi karena adanya asumsi bahwa hanya heteroseksual yang merupakan satu-satunya model relasi sosial dan seksual yang normal,di luar itu adalah abnormal dan merupakan seksual yang menyimpang. Keputusan Raras di atas didukung oleh peristiwa pernikahan pasangan gay Argus dan kekasihnya di Holand. 2 Krasnaya Kemandirian Krasnaya digambarkan sebagai perempuan yang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi dan keberanian bersikap untuk tetap mencintai galih. Kemandiirian Krasnaya yang pertama dalam hal ekonomi tidak mengantungkan pada ayahnya ataupun Galih, kekasihnya. Kebutuhan keseharian dapat di cukupi sendiri dari penghasilannya sebagai karyawan di pusat pembelanjaan buku “Kalinin Bookstrore” kegiatan positif lain yaitu sebagai pelukis perempuan Tabularasa.2004.hal : 21. Pekerjaan ini pada umunya di lakukan oleh laki-laki karena selain membutuhkan banyak waktu dan tenaga juga membutuhkan sumber inspirasi yang cukup leluasa juga membutuhkan tempat-tempat di luar rumah Tabularasa.2004.hal:16. Kemudian yang kedua adalah kemampuan dalam mengambil keputusan untuk memilih Galih sebagai tambatan hati, kekasihnya. Dalam situasi dan kondisi yang teramat sulit, Krasnaya tetap mengharapkan Galih 484 untuk menemuinya untuk yang kesekian kalinya. Citanya pada Galih melebihi apapun, bahkan larangan Ayahnya tidak pernah di pedulikannya. Kisah cinta keduanya berakhir dengan kematian Krasnaya di tangan orang-orang komunis Yeltsein yang kejam. 3 Walla Tokoh ketiga yang di analisis dalam novel Tabularasa adalah Walla, istri seorang Dosen ilmuwan, dosen di Moskaw Stase University. Kemandiriannya sebagai perempuan istri seorang dosen yang tidak memiliki kekurangan kekayaan dalam hal ekonomi. Terlihat pada aktivitasnya dalam keseharian. Dua peran sekaligus dapat di lakukan oleh Walla istri sahabat Galih. Sebagai ibu rumah tangga, ia mengurus rumah tangga dengan memasak sendiri. Raras publik ia perankan sebagai seorang sarjana ahli fisioterapi, yaitu melakukan pekerjaan jasa berupa pemijatan di kalangan orang-orang kedutaan. Kedua peran tersebut dapat dilakukan dengan serasi sehingga mampu menjadi perempuan yang mandiri dengan kariernya di luar rumah tangga dan menjadi ibu tangga tanpa menganggu kemandiriannya di luar rumah.

c. Tokoh Profeminisme dan Tokoh Kontrafeminisme 1 Tokoh Profeminisme