512 pengedar narkoba. Tokoh laki-laki lain yang tidak mendukung ide feminisme
adalah ayah Krasnaya. Ia melarang anak gadisnya mencintai Galih sehingga terkekang kebebasannya dalam bersikap untuk dirinya sendiri.
6. Nilai Pendidikan dalam Novel
Nilai pendidikan dalam novel Tabularasa adalah nilai pendidikan agama, nilai moral, nilai budayaadat, serta nilai sosial. Semua manusia yang beragama
menyakini dan mempercayai bahwa ajaran agama merupakan petunjuk hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia. Sudah menjadi kewajiban manusia
sebagai hamba selalu tunduk dan taat pada aturan-Nya dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Pendidikan adat istiadat dan
budaya, nilai pendidikan moral, dan nilai pendidikan sosial tercermin di dalam penggambaran para tokohnya di dalam novel ini.
Moral merupakan tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari nilai baik dan buruk, benar dan salah berdasarkan adat kebiasaan di mana individu itu
berbeda-beda. Pesan-pesan moral yang terdapat dalam novel Tabularasa ditemukan agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti
halnya orang belajar, ia tidak akan berusaha untuk bertindak lebih baik jika tidak tahu hal-hal jelek yang tidak pantas yang telah dilakukannya.
Budaya dan kebiasaan yang dimaksud seringkali sudah mendarah daging dalam kehidupan masyaarakat yang bersangkutan. Pada orang Indonesia ada
tradisi atau budaya-budaya tertentu. Kesadaran terhadap nilai-nilai sosial akan membawa manusia pada kesadarannya bahwa dalam hidup tidak lepas dari orang
513 lain. Ukuran tindakan manusia sebagai bagian dari masyarakat secara
keseluruhan, bukan betapa besar tindakan itu menguntungkan dirinya, melainkan seberapa jauh tindakan itu menguntungkan serta menyempurnakan kemanusiaan
masyarakat lain di sekitarnya. Kedudukan seseorang sebagai individu tidak terlalu penting. Manusia
tidak bisa lepas hidup sendiri terpisah dari yang lain. Hal iti akan menumbuhkan r tenggang rasa pada orang lain.
B. Implikasi
Dari hasil penelitian novel Tabularasa memiliki implikasi dalam dunia pendidikan. Gambaran kepada dunia pendidikan tentang perjuangan kaum
perempuan yang mencoba menyamakan derajat kemampunannya dengan laki-laki pada jaman era komunis di Indonesia, jaman neo kapitalis di Rusia, dan
kehidupan kaum homoseksual yang berkembang di luar negri. Digambarkan pula bagaimana bebasnya kehidupan pergaulan di antara mereka.
Penekankan kajian feminisme tidak semata-mata menampilkan kehidupan homoseksual yang tidak menekankan jenis kelamin tetapi kemampuan
memeperoleh kedudukan, melalui citra perempuan, kemandirian perempuan dengan berbagai permasalahan yang di hadapi serta penyelesaiannya, serta
kekerasan yang dialami perempuan baik secara fisik maupun psikis. Di hadapkan pada permasalahan tersebut diatas, di harapkan siswa dapat
menemukan mana yang dapat dipakai sebagai panutan dalam pergaulan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan baik dan buruk, untung-rugi, dan akibat
perbuatan yang dilakukannya.