Hakikat Pendidikan Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Novel

350

b. Hakikat Pendidikan

Dalam undang-undang nomor 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I ketentuan umum pasal dalam Soedomo Hadi, 2003: 108 menyebutkan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesergta didik secara aktif menggembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik, yaitu: Ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni: membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatanpotensi anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah pengolahan-Red, mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan, dan watak, mengubah kepribadian sang anak“. http:www.uny.ac.id . Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan adalah usaha sadar ,terencana, terus menerus, serta penuh tanggung jawab, yang merupakan proses pengubahan sikap dan tingkahlaku agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam usaha pendewasaan melalui upaya pengajaran dan latihan. 351

c. Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Novel

Nilai-nilai pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik termasuk novel selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencangkup nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun nilai budaya atau keindahan estetis. Mursal Esten dalam Tengsoe Tjahjono, 1988: 30 menyampaikan bahwa sebuah karya sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya, pada nilai-nilai yang terkandung di dalam cipta sastra itu, yang menyangkut nilai estetika, moral, dan konseptual. Nilai pendidikan dalam karya sastra menurut Suyitno 1986: 3 mengatakan bahwa: ”Berbicara mengenai nilai pendidikan atau nilai didik dalam karya sastra, maka tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri. Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan, yang mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh pengetahuan yang lain. Hal ini merupakan salah satu kelebihan karya sastra. Kelebihan lain ialah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidup , baik dan buruk, benar dan salah, dan mengenai cara hidupnya sendiri dan bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filsafat, religi dan sebagainya”. Nilai pendidikan dalam karya sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat berupa nilai medial, menjadi sarana, nilai final, yang dikejar seseorang, nilai kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama Herman J. Waluyo, 1990: 27. Selanjutnya 352 pengertian nilai dalam karya sastra menurut Herman J. Waluyo 1990: 28 adalah kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang. Sastra dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Suyitno 1988: 3 menyatakan bahwa nilai pendidikan dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri. Karya sastra dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki media lain. Bertolak dari pendapat Suyitno, nilai pendidikan dalam karya sastra tidak selalu berupa nasihat atau petuah bagi pembaca, namun dapat juga berupa kritikan yang cukup pedas bagi seseorang, kelompok, atau sebuah struktur sosial yang tidak sesuai dengan harapan pengarang dalam kehidupan nyata. Berdasarkan berbagai pendapat tentang nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam karya sastra dapat diperoleh nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan yang terkandung di dalamnya yaitu yang berhubungan dengan nilai agama, moral, budaya, dan sebagainya. 1 Nilai Pendidikan Agama Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Unsur pokok yang ada dalam agama meliputi akidah, ibadah, dan akhlak. Akidah merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan. Ibadah berkaitan dengan perilaku dan perbuatan manusia yang ditujukan kepada Tuhan. Akhlak 353 berkaitan dengan moral manusia di dunia, termasuk perilaku dan sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sastra menyangkut moral, etika, dam kewajiban. Hal ini menunjukan adanya sifat edukatif. Hakikat manusia yang beragama adalah dasar dari pendidikan agama. Tujuan pendidikan agama untuk membentuk manusia yang beragama atau pribadi yang religius. Di samping itu berdasarkan Undang- Undang dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2, pancasila sebagi dasar falsafah negara republik indonesia, pendidikan merupakan segi utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Mangun Wijaya dalam Burhan Nurgiantoro, 2002: 327 menyampaikan pendapatnya tentang nilai pendidikan agama: ”Agama lebih menunjukan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan hukum-hukum resmi. Religius dipihak lain melihat aspek yang dilubuk hati, riak getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan demikian. Religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi ”. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat 1985:145 bahwa makin seseorang taat menjalankan syariat agama, maka makin tinggi pula tingkat religiusnya. Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa Manusia religius berarti memiliki keterkaitan dengan Tuhan baik jasmani maupun rohani secara sadar. 354 2 Nilai Pendidikan Moral Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah, serta berdasarkan adat kebiasaan di mana individu itu berada. Pengembangan nilai moral sangat penting supaya manusia memahami dan menghayati etika ketika berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat. Pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai etika mampu menempatkan manusia sesuai kapasitasnya, dengan demikian akan terwujud perasaan saling hormat, saling sayang, dan tercipta suasana yang harmonis. Nilai moral juga terkandung dalam karya sastra. Karya sastra dapat dipahami sebagai alat didik yang baik bagi masyarakat. Untuk itu, pengarang tidak boleh menciptakan karya sastra yang menyesatkan. Pengarang sebisa mungkin dapat menghadirkan nilai etika dalam penciptaan karya sastranya sehingga menimbulkan efek yang positif bagi pembaca. Nilai etika atau moral dalam karya sastra bertujuan mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang di junjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, dan sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik seperti budi pekerti, akhlak, dan etika Joko Widagdo, 2001: 30. 355 Burhan Nurgiantoro 2005: 320 memberikan pengertian moral sebagai berikut: ”Istilah ”bermoral” misalnya; tokoh bermoral tinggi, berarti mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun, tidak jarang pengertian baik dan buruk itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya, suatu hal yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa pada umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain, atau bangsa yang lain. Pandangan seseorang tentang moral, nilai-nilai, dan kecenderungan-kecenderungan, biasanya dipengaruhi oleh pandangan hidup, way of life, bangsanya”. Burhan Nurgiantoro memberikan pengertian tentang nilai moral sebagai suatu ajaran tentang baik buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebaginya. Pendapat yang lebih luas lagi disampaikan kembali oleh Joko Widagdo 2001:31-32 mengemukakan bahwa: ”Seseorang dikatakan bermoral apabila dia melihat atau melakukan kejahatan dan tidak berusaha memberantasnya, hanya dengan alasan amal perbuatan dan kejahatan itu tidak mengenai atau merugikan dirinya. Serbagai pengemban nilai-nilai moral setiap orang harus merasa terpanggil untuk mengadakan reaksi, kapan, dan di mana saja melihat perbuatan yang menginjak niali-nilai moral”. Secara umum moral merujuk pada pengertian baik buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan dan kelakuan, akhlak dan kewajiban. Nilai moral berkaitan dengan pribadi manusia. Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil simpulan bahwa nilai moral merupakan tata nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang harus dihindari, apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam 356 masyarakat yang telah dianggap baik, serasi dan bermanfaat bagi seseorang, masyarakat, dan lingkungannya. 3 Nilai Pendidikan Adat atau Budaya Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat1985:18 mengemukakan bahwa nilai budaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja. Drs. Gering Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno, LLM dalam http:organisasi.orgarti-definisi-pengertian-budaya-kerja-dan-tujuan- manfaat-penerapannya-pada-lingkungan-sekitar . 357 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulan bahwa nilai budaya adalah nilai kebiasaan yang ada dalam masyarakat berfungsi sebagai pedoman bagi kelakuan manusia karena memiliki nilai kehidupan yang tinggi. 4 Nilai Pendidikan Sosial Kata ”sosial” berasal dari bahasa Latin Socio yang berarti ”menjadikan teman”, kata Socio juga berarti suatu petunjuk umum ke arah kehidupan bersama manusia dalam masyarakat. Prent, Suparlan,dkk dalam Tirto Suwondo, 1994: 128. M. Zaini Hasan dan Salladin 1996: 83 menyatakan nilai sosial adalah aspek-aspek budaya yang diupayakan oleh kelompok untuk memperoleh makna atau penghargaan yang tinggi. Pendapat lain di kemukakan oleh Arifin L.Bertrand dalam M, Munandar Soelaeman, 1998: 9 bahwa nilai sosial adalah suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang. Lebih lanjut dikatakan oleh Suyitno 1986: 31 bahwa Tata nilai sosial tertentu akan mengungkapkan sesuatu hal yang dapat direnungkan. Dalam karya sastra dengan ekspresinya, pengungkapan nilai sosial berpadu dengan tata kehidupan sosial yang sebenarnya. Pada akhirnya dapat dijadikan cermin atau sikap para pembacanya. Nilai pendidikan sosial dimaksudkan dapat dijadikan cermin atau sikap para pembaca dengan mempertimbangkan hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Segi positif harus ditonjolkan sebagai hal yang patut ditiru dan diteladani. Hal ini 358 dimaksudkan agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dari tata kehidupan sosial yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manusia selain sebagai mahkluk individu juga sebagai mahkluk sosial karena ia tidak dapat lepas dalam hubungannya dengan manusia lain. Pengungkapan nilai sosial berpadu dengan tata kehidupan sosial yang sebenarnya yang dapat dijadikan cermin atau sikap para pembacanya. Nilai pendidikan sosial akan menjadikan manusia sadar akan pentingnya kehidupan kelompok dalam ikatan kekeluargaan antara individu satu dengan lainnya dengan memperhatikan hal-hal yang bersifat positif ataupun negatif. Bertolak dari beberapa pengertian nilai sosial diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai sosial adalah suatu aspek-aspek budaya yang disertai kesadaran emosi terhadap objek untuk memperoleh makna atau penghargaan.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Jay adalah Yulian Firdaus Hendriyana menanggapi karya Ratih Kumala berjudul Tabularasa, yang bertajuk ”Kontemplasi emosi dan pikiran dalam tulisan“. Dalam penelitian tersebut diuraikan bahwa penulis novel Tabularasa ini hanya sedikit mendeskripsikan tokoh-tokohnya, lebih banyak menjelma menjadi tokoh yang menceritakan dirinya sendiri, pikirannya atau yang dia rasakan melalui indranya. Penulis berusaha menjelma ke semua tokoh yang ada, di satu adegan ia menjadi Raras,