adalah 6,2916 kg dengan standar deviasi 1,10069 kg. Adapun berat badan bayi paling rendah adalah 3,88 kg dan paling tinggi 8,10 kg.
e. Postur Ibu Menyusui Menurut Level Skor RULA
Level skor RULA diperoleh berdasarkan bentuk postur dan posisi tubuh ibu ketika sedang melakukan aktivitas menyusui saat pengumpulan data.
Hasil analisa RULA menunjukkan bahwa baik pada Kelompok Eksperimen maupun Kontrol, kategori tindakan berada pada nilai 6
– 7 atau termasuk pada level risiko ergonomi sedang hingga tinggi. Sehingga, tindakan yang
perlu dilakukan yaitu dibutuhkan tindakan dalam waktu dekat atau tindakan dilakukan sekarang juga.
Berikut ini adalah beberapa gambar posisi duduk ibu menyusui saat pengumpulan data.
a Sebelum Perlakuan b Setelah Perlakuan
Gambar 5.1 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Eksperimen Pre-Post
Gambar 5.2 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Kontrol f.
Tingkat Kebisingan Lingkungan Ibu Menyusui
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan lingkungan ibu menyusui adalah sebesar 63,712 dB dengan standar deviasi
7,0534 dB. Adapun tingkat kebisingan terendah yaitu sebesar 47,2 dB dan tingkat kebisingan tertingginya sebesar 72,8 dB.
g. Suhu Lingkungan Ibu Menyusui
Dari Tabel 5.4 di atas, diketahui rata-rata suhu di lingkungan ibu menyusui adalah 32,603
C dengan standar deviasi sebesar 1,7955 C.
Sedangkan suhu terendah adalah 30 C dan suhu tertinggi sebesar 37
C.
h. Tingkat Pencahayaan Tempat Ibu Menyusui
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pencahayaan tempat ibu menyusui adalah 109,544 lux dengan standar deviasi 109,544 lux.
Sementara tingkat pencahayaan minimalnya adalah 12 lux dan tingkat pencahayaan maksimalnya sebesar 558 lux.
7. Hubungan Faktor-faktor selain Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan
Posisi Duduk saat Menyusui
Sebagaimana dijelaskan pada kerangka konsep bahwa faktor-faktor selain kursi ergonomis yang ikut mempengaruhi kenyamanan posisi duduk ibu
menyusui termasuk dalam variabel confounding. Untuk mengetahui bahwa kursi ergonomis-lah yang mempengaruhi kenyamanan posisi duduk ibu menyusui,
maka digunakan uji statistik Regresi Logistik Berganda Model Faktor Risiko. Sebelum melakukan uji statistik Regresi Logistik Berganda, setiap variabel akan
dianalisis bivariat terlebih dahulu.
a. Usia Ibu
Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan ketidaknyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa korelasi
antara usia ibu dengan skor ketidaknyamanan tergolong tidak signifikan dengan p-value = 0,150, sehingga variabel usia ibu tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
b. IMT Ibu
Untuk mengetahui hubungan antara IMT ibu dengan ketidaknyamanan dilakukan uji anova. Dari Tabel 5.5 di atas diketahui bahwa rata-rata skor
ketidaknyamanan pada ibu menyusui yang memiliki status IMT kurus adalah -6 dengan standar deviasi 2,828. Rata-rata skor ketidaknyamanan ibu menyusui
yang memiliki status IMT normal adalah -17 dengan standar deviasi 56,445. Rata-rata skor ketidaknyamanan ibu menyusui yang memiliki status IMT gemuk
adalah -14,94 dengan standar deviasi 54,163. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas p-value
sebesar 0,964. Artinya, pada α = 5 tidak terdapat perbedaan skor ketidaknyamanan antara status IMT kurus, normal, dan gemuk.
c. Frekuensi Ibu Menyusui
Untuk melihat hubungan antara frekuensi ibu menyusui dengan kenyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa korelasi
antara frekuensi ibu menyusui dan skor ketidaknyamanan tergolong tidak signifikan dengan p-value = 0,429, sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut.
d. Durasi Ibu Menyusui
Untuk memperoleh hubungan antara durasi ibu menyusui dengan kenyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4 di atas,