Penentuan Cara Mengukur Kenyamanan Posisi Duduk Menggunakan

electromyography adalah alat yang tepat untuk mengukur ketidaknyamanan secara valid. Reliabilitas merupakan faktor yang penting untuk mengecek validitas. Van der Grinten 1991 memberikan dasar alasan reliabilitas alat penilaian ketidaknyamanan yang merupakan satu-satunya studi yang menemukan tentang reliabilitas alat penilaian ketidaknyamanan. Terakhir, sensitivitas dibutuhkan untuk penilaian ketidaknyaman yang tepat untuk membedakan kemampuan pekerja dan tujuan penilaian. Selain alat penilaian ketidaknyamanan yang telah diuraikan di atas, menurut Pheasant 2003 ada cara lain yang dapat digunakan untuk melihat adanya ketidaknyamanan, yaitu tingkat kegelisahan. Menurut Pheasant 2003, secara umum kita mungkin berpikir bahwa gelisah merupakan pertahanan tubuh kita melawan postural stress. Mekanisme ini bekerja pada tingkat bawah sadar, biasanya kita merasa gelisah sebelum kita menyadari akan adanya ketidaknyamanan. Tingkat gelisah dapat digunakan sebagai indeks kenyamanan tempat duduk kita. Semakin kita gelisah, maka semakin kita merasa kurang nyaman dengan tempat duduk kita. Namun, banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kegelisahan kita. Beberapa orang mungkin gelisah lebih dari orang lain, dan kita akan menjadi lebih gelisah ketika kita mempunyai beban mental yang lebih. Hal ini dapat menutup rangsangan sensorik sehingga menyebabkan gelisah meningkatkan ambang ketidaknyamanan kita. Berdasarkan uraian di atas, maka dipilih alat untuk mengukur kenyamanan yang dianggap sesuai pada penelitian ini yaitu untuk mengukur intensitas ketidaknyamanan menggunakan behaviour rating scale karena perubahan posisi lebih mudah diamati dan tidak tergantung pada pengakuan responden tentang ketidaknyamanan yang dirasakannya. Pengukuran kualitas dan lokasi menggunakan Body Part Discomfort Scale. Untuk mengukur periode waktu, pengukuran akan dilakukan dalam beberapa hari hingga diperoleh kejenuhan data. Selain kedua metode tersebut, peneliti juga menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terkait kenyamanan yang dirasakan ibu menyusui saat menggunakan kursi ergonomis. Hal ini berdasarkan pendapat Sanders dan McCormick 1993 yang menyatakan bahwa kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut, sehingga kita harus menanyakan pada orang tersebut untuk menjelaskan seberapa nyaman diri mereka. Pengukuran kenyamanan posisi duduk ibu menyusui saat menggunakan kursi ergonomis dilakukan pada saat ibu sedang melakukan kegiatan menyusui dengan menggunakan kursi ergonomis yang direkomendasikan peneliti. Hal ini sejalan dengan Branton 1969 yang menyarankan bahwa informasi ketidaknyamanan sebaiknya dikumpulkan ketika pekerja sedang mengalami ketidaknyamanan karena pelaporan post-experience ketidaknyamanan bergantung pada memori kinestetik. Selain behaviour rating scale dan body part discomfort scale serta metode studi kualitatif, penelitian ini menggunakan metode RULA Rapid Upper Limb Assessment untuk mengukur postur ibu menyusui saat menggunakan kursi ergonomis. Adanya pengukuran dengan metode RULA ini bukan digunakan untuk mengukur kenyamanan posisi duduk secara langsung, tetapi untuk mendukung kenyamanan posisi duduk saat menggunakan kursi ergonomis, sehingga dapat diperoleh posisi duduk yang nyaman secara ergonomis. Berikut ini penjelasan mengenai RULA. RULA Rapid Upper Limb Assessment Menurut Marras dan Karwowski 2006, RULA dikembangkan lebih dahulu McAtamney dan Corlett, 1993 untuk memfasilitasi penilaian objektif terhadap risiko muskuloskeletal yang disebabkan oleh pekerjaan yang menetap sedentary work di mana terjadi pembebanan yang tinggi pada tubuh bagian atas. Kedua alat tersebut menghasilkan skor tingkat risiko mulai dari risiko yang dapat diabaikan hingga risiko yang paling tinggi. Mereka menambahkan, RULA secara umum digunakan ketika seseorang berada dalam posisi duduk, berdiri, atau yang lainnya dengan posisi menetap dan lebih banyak menggunakan tubuh bagian atas upper body dan tangan untuk bekerja, seperti halnya pada aktivitas menyusui. Selain pekerjaan tersebut, maka sebaiknya analisisnya menggunakan REBA Rapid Entire Body Assesment. Marras dan Karwowski 2006 menyebutkan bahwa RULA dikembangkan untuk memfasilitasi analisis postur dimana pekerjaan tersebut mempunyai beban fisik pada punggung, leher, dan anggota tubuh bagian atas. RULA menilai postur, tenaga, dan perpindahan yang berkaitan dengan pekerjaan menetap seperti pekerjaan operator komputer atau pekerjaan lainnya yang membutuhkan posisi duduk atau berdiri tanpa pergerakanperpindahan. Mereka menambahkan empat aplikasi utama RULA yaitu untuk: 1. Mengukur risiko muskuloskeletal, biasanya menjadi bagian dari investigasi ergonomi. 2. Membandingkan antara beban musculoskeletal saat ini dan modifikasi desain tempat kerja. 3. Mengevaluasi outcome seperti produktivitas atau ketepatan peralatan yang digunakan dalam bekerja. 4. Memberikan pendidikan kepada pekerja tentang risiko muskuloskeletal karena perbedaan postur kerja. Prosedur penggunaan RULA terdiri dari 3 tahap, yaitu: 1. Observasi dan memilih postur yang akan dianalisis. 2. Merekam dan memberikan skor pada postur menggunakan lembar scoring, diagram bagian tubuh, dan tabel. 3. Mengkoreksi skor dengan tingkat aktivitas action level. Dalam mempermudah penilaian postur tubuh, maka dalam metode ini tubuh dibagi atas 2 segmen grup yaitu grup A dan grup B.

1. Penilaian Postur Tubuh Grup A

Postur tubuh grup A terdiri dari lengan atas upper arm, lengan bawah lower arm, pergelangan tangan wrist, dan putaran pergelangan tangan wrist twist. a Lengan Atas Upper Arm Penilaian lengan atas dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur lengan atas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.22 Postur Lengan Atas Upper Arm Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Skor Penilaian Lengan Atas Upper Arm Pergerakan Skor Skor Perubahan 20 o ke depan maupun ke belakang tubuh 1 +1 Jika bahu naik. +1 Jika lengan berputarbengkok. -1 Jika terdapat sanggahan pada lengandalam posisi bersandar. 20 o ke belakang atau 20 o -45 o 2 45 o -90 o 3 90 o 4 b Lengan Bawah Lower Arm Penilaian terhadap lengan bawah dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur lengan bawah dapat dilihat pada gambar: Gambar 2.23 Postur Lengan Bawah Lower Arm Skor penilaian untuk lengan bawah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Skor Penilaian Lengan Bawah Lower Arm Pergerakan Skor Skor Perubahan 60 o -100 o 1 +1 Jika lengan bawah bekerja melewati garis tengah atau keluar dari sisi tubuh. +1 Jika lengan bawah bekerja melewati garis tengah. 60 o atau 100 o 2 c Pergelangan Tangan Wrist Penilaian pergelangan tangan dilakukan terhadap sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan bawah. Adapun postur pergelangan tangan wrist dapat dilihat pada gambar berikut: