Karakteristik Tempat Duduk Faktor-faktor

Apabila karyawan merasakan bahwa tempat duduknya nyaman, maka kelelahan kerja baik kelelahan fisik sakit atau nyeri pada sistem kerangka otot manusia maupun kelelahan psikis rasa jemu atau bosan terhadap pekerjaan yang dilakukan akan berkurang Anoraga, 1998 dalam Puswiartika, 2008. Apabila kelelahan kerja berkurang, maka tidak akan banyak terjadi kesalahan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecepatan dan ketepatan kerja pun akan meningkat, sehingga kinerja dan keluaran dalam proses produksi akan meningkat atau dengan kata lain produktivitas kerja para karyawan akan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Sedangkan menurut Pheasant 2003, karakteristik tempat duduk yang mempengaruhi kenyamanan pada saat bekerja dengan posisi duduk antara lain dimensi kursi, sudut kursi seat angle, bentuk kursi, dan bahanpelapisbantalan kursi. Dimensi kursi yang dapat diukur antara lain tinggi dudukan, lebar alas duduk, kedalaman alas duduk, tinggi sandaran, lebar sandaran, sudut sandaran, tinggi sandaran tangan, dan panjang sandaran tangan . Kesesuaian antara dimensi tempat duduk dengan penggunanya akan menciptakan kenyamanan pengguna selama menggunakan tempat duduk tersebut. Tidak cukup hanya kesesuaian dimensi tempat duduk dengan penggunanya, posisi seseorang dalam duduk juga menentukan kenyamanan selama duduk. Hal ini berkaitan dengan proses fisiologis dan biomekanik dalam tubuh akibat posisi duduk tersebut. Kenyamanan akan meningkat jika didukung oleh misalnya seperti adanya gundukan bantal, atau hal lain yang mendukung untuk dilakukannya perubahan posturposisi selama duduk.

2. Karakteristik Individu

Menurut Pheasant 2003, karakteristik individu yang mempengaruhi kenyamanan selama bekerja antara lain kondisi tubuh seperti nyeri atau adanya sakit pada tubuh, sirkulasi atau peredaran darah, dan kondisi pikiran atau tingkat stres. Ia menambahkan, saat seseorang bekerja dengan posisi duduk, maka dimensi tubuh juga akan mempengaruhi kenyamanan seseorang selama duduk. Dimensi tubuh yang diukur untuk posisi duduk antara lain sitting height, sitting shoulder height, sitting elbow height, thigh thickness, buttock-knee length, knee height, popliteal height, shoulder breadth bideltoid dan biacromial, hip breadth, chest depth, abdominal depth, shoulder-elbow length, dan elbow- fingertip length. Menurut hasil penelitian Tan et.al 2010 yang dilakukan pada sopir truk di Belanda, faktor umur, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh IMT mempunyai hubungan signifikan dengan kenyamanan. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa sopir truk yang umurnya lebih tua, lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada bahu kanan dibandingkan dengan sopir truk yang lebih muda. Sopir truk dengan tinggi badan lebih, jarang merasakan ketidaknyamanan pada kepala dan leher. Adapun sopir truk dengan IMT lebih tinggi, lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada betis kanan setelah satu jam bekerja.

3. Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi kenyamanan selama bekerja menurut Pheasant 2003 terdiri dari durasi, beban visual, beban fisik, beban mental dan sosial. Kumar 1999 menambahkan kondisi lingkungan, waktu istirahat dan aktivitas pada waktu istirahat juga ikut mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam bekerja. Durasi menunjukkan jumlah waktu seseorang yang secara terus-menerus terpapar oleh faktor risiko. Pekerjaan yang membutuhkan otot yang sama atau pergerakan untuk durasi yang panjang meningkatkan kemungkinan kelelahan lokal dan umum Cohen et. al, 1997 dalam Rahmawati, 2010. Risiko tinggi juga telah ditemukan ketika duduk untuk waktu yang lama, terutama di kendaraan Kelsey, 1975 Mangora, 1972 dalam Kumar, 1999. Menurut Kumar 1999, beban visual terdiri dari jarak dan arah pandang, ukuran objek yang dilihat, warna, tekstur, dan waktu. Sedangkan beban fisik terdiri dari ukuran objek kerja massa, bentuk, dan posisi, penggunaan tenaga, postur, perpindahan tidak statis, dan waktu. Beban mental dan sosial terdiri dari pembuatan keputusan, konsentrasi, tekanan waktu, komunikasi dan interaksi sosial. Waktu dan aktivitas istirahat terdiri dari stabilitas selama istirahat, kemampuan untuk relaks, bergerak bebas, dan mengubah postur. Sedangkan kondisi lingkungan terdiri dari pencahayaan tingkat pencahayaan, kontras, silau, dan sumber cahaya, kebisingan, iklim, bahan kimia, dan getaran. Ramadhani 2003 dalam Rusdjijati dan Widodo 2008 menambahkan bahwa dari faktor lingkungan, selain faktor-faktor tersebut di atas, juga ada