Penilaian Postur Tubuh Grup B

Tabel 2.8 Skor Bagian Leher Neck Pergerakan Skor Skor Perubahan o -10 o 1 +1 jika leher berputar. +1 leher menekuk. 10 o -20 o 2 20 o 3 Ekstensi 4 b Batang Tubuh Trunk Merupakan penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah diklarifikasikan. Adapun klasifikasi kemiringan batang tubuh saat melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.26 Postur Batang Tubuh Trunk Skor penilaian bagian batang tubuh trunk dapat dilihat pada tabel: Tabel 2.9 Skor Bagian Batang Tubuh Trunk Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1 +1 jika batang tubuh berputar. +1 jika batang tubuh bungkuk. o -20 o 2 20 o -60 o 3 60 o 4 c Kaki Legs Merupakan penilaian yang dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator bekerja dengan posisi normalseimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Adapun penilaian posisi kaki dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.10 Skor Bagian Kaki Legs Pergerakan Skor Posisi normal 1 Tidak seimbang 2 Nilai dari skor postur tubuh bagian leher, batang tubuh, dan kaki dimasukkan ke dalam tabel B berikut: Tabel 2.11 Skor Postur B Tabel B d Penambahan Skor Aktivitas Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.12 Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan Postur Statis +1 Satu atau lebih bagian tubuh statisdiam Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih dari 4 kali per menit. e Penambahan Skor Beban Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk postur tubuh grup B, maka hasik skor tersebut ditambahkan dengan skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.13 Skor Beban Beban Skor Keterangan 2 kg - 2 kg-10 kg 1 +1 jika postur statis dan dilakukan berulang-ulang 10 kg 3 - Untuk memperoleh skor akhir final score, skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke tabel C: Tabel 2.14 Tabel C Skor postur grup B Skor postur grup A Hasil skor dari tabel C di atas diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level risiko, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.15 Kategori Tingkat Risiko dan Tindakan yang Perlu Dilakukan dari Hasil Analisis RULA Kategori Tindakan Level Risiko Tindakan 1-2 Minimum Aman 3-4 Kecil Diperlukan beberapa waktu ke depan 5-6 Sedang Tindakan dalam waktu dekat 7 Tinggi Tindakan sekarang juga Di bawah ini diperlihatkan bagan prosedur menggunakan metode RULA untuk keterangan lengkap lihat Lampiran 4. Bagan 2.1 Prosedur Analisis Postur dengan Metode RULA Tabel 2.16 Metode Pengukuran Ketidaknyamanan Sumber: Marras Karwowski 2003 No. Aspek Pengukuran Ketidaknya- manan Jeniscara Penggunaan Kelebihan Kekurangan Penentuan Alat ukur yang digunakan 1. Intensitas a. Biomechanical and physiological correlates b. Behaviour rating scales c. Verbal rating scales d. Visual analog scales e. Numeric rating scales f. Graphic rating scales Tidak tergantung pengakuan pekerja tentang ketidaknyamanan. Tidak tergantung pengakuan verbal rasa tidak nyaman. Tingkatan ketidaknyamanan berurutan mudah dipahami. Ketepatan administrasi, sensitivitas dalam analisis statistik. Sederhana. Punya ekstra label yang mempermudah pengisian. Indikator biomekanik fisiologi belum tentu menunjukkan ketidaknyamanan. Asumsi perubahan posisi dilakukan untuk kenyamanan. Pilihan terbatas, hanya intensitas ketidaknyamanan yang terdeteksi. Kesulitan persepsi dari tingkat rasa ketidaknyamanan. Sensitivitas 1 – 10 terbatas. - Pengamatan perubahan posisi duduk. - - - - 2. Kualitas Deskripsi discomfort: tingling, burning, searing, numbness, coldness, stiffness, heat, cramping, prickling, stabbing, gnawing Belum umum digunakan para ahli ergonomi karena implikasi perbedaan kualitas belum jelas. Menggunakan Body Part Discomfort Scale di dalamnya terdapat tingkatan rasa tidak nyaman. 3. Lokasi Body map atau body part Mempermudah dalam menunjukkan gambar bagian tubuh yang tidak nyaman. Menggunakan Body Part Discomfort Scale. 4. Periode Waktu Pakai periode waktu: menitjamhari atau yang lebih lama lagi. Pengukuran post pada Kelompok Eksperimen dilakukan 2 kali hari ke-3 dan ke-6.

D. Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Kenyamanan Penggunaan Kursi Ergonomis Banyak faktor yang mempengaruhi kenyamanan kerja, yaitu karakteristik individu, pekerjaan, dan persepsi Kumar, 1999; Pheasant, 2003; dan Puswiartika, 2008. Ketika seseorang dalam posisi duduk, karakteristik tempat duduk juga ikut berpengaruh. Selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Karakteristik Tempat Duduk

Tempat duduk merupakan salah satu sarana penunjang utama dalam bekerja yang berpengaruh terhadap kondisi fisik seseorang ketika bekerja atau beraktivitas. Seperti yang dikemukakan Sutanto, dkk. 1999 dalam Puswiartika 2008 tempat duduk harus dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya sehingga dapat mengurangi kelelahan orang yang duduk pada saat orang tersebut bekerja. Schuler dan Jackson 1999 dalam Puswiartika 2008 menngatakan bahwa tempat duduk yang tidak nyaman dapat menyebabkan cedera punggung para karyawan. Dalam studi yang dilakukan di Eastman Kodak Company New York, telah ditemukan bahwa 35 dari pekerja yang duduk terus menerus selama bekerja, mengunjungi bagian kesehatan dengan keluhan sakit punggung selama periode 10 tahun. Seseorang dengan sakit punggung yang menetap ini tidak dapat bertahan duduk selama lebih dari beberapa jam selama sehari kerja. Akibatnya pekerja tersebut tidak dapat bekerja dengan baik dan produktivitas kerjanya menurun Bridger, 1995 dalam Puswiartika, 2008. Apabila karyawan merasakan bahwa tempat duduknya nyaman, maka kelelahan kerja baik kelelahan fisik sakit atau nyeri pada sistem kerangka otot manusia maupun kelelahan psikis rasa jemu atau bosan terhadap pekerjaan yang dilakukan akan berkurang Anoraga, 1998 dalam Puswiartika, 2008. Apabila kelelahan kerja berkurang, maka tidak akan banyak terjadi kesalahan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecepatan dan ketepatan kerja pun akan meningkat, sehingga kinerja dan keluaran dalam proses produksi akan meningkat atau dengan kata lain produktivitas kerja para karyawan akan meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Sedangkan menurut Pheasant 2003, karakteristik tempat duduk yang mempengaruhi kenyamanan pada saat bekerja dengan posisi duduk antara lain dimensi kursi, sudut kursi seat angle, bentuk kursi, dan bahanpelapisbantalan kursi. Dimensi kursi yang dapat diukur antara lain tinggi dudukan, lebar alas duduk, kedalaman alas duduk, tinggi sandaran, lebar sandaran, sudut sandaran, tinggi sandaran tangan, dan panjang sandaran tangan . Kesesuaian antara dimensi tempat duduk dengan penggunanya akan menciptakan kenyamanan pengguna selama menggunakan tempat duduk tersebut. Tidak cukup hanya kesesuaian dimensi tempat duduk dengan penggunanya, posisi seseorang dalam duduk juga menentukan kenyamanan selama duduk. Hal ini berkaitan dengan proses fisiologis dan biomekanik dalam tubuh akibat posisi duduk tersebut. Kenyamanan akan meningkat jika didukung