Tujuan Agroindustri Kerapu Budi Daya

6 diklasifikasikan sebagai model statik dan model dinamik. Dalam model statis, perubahan input memiliki pengaruh langsung terhadap output, karena tidak melibatkan waktu tunda delays atau konstanta waktu time constant. Sebaliknya model dinamis melibatkan umpan balik dan waktu tunda informasi untuk memahami perilaku dinamis suatu sistem yang kompleks Laurikkala et al. 2001. Sejalan dengan pendapat di atas, Coyle 1995 menyatakan bahwa sistem dinamis adalah suatu pendekatan sistem yang memperhatikan aspek umpan balik feedback dan waktu tunda untuk mengetahui perilaku sistem yang kompleks secara keseluruhan. Permodelan sistem dinamis bertujuan untuk menjelaskan sistem dan memahami, melalui model kualitatif dan model kuantitatif, bagaimana umpan balik feedback informasi mempengaruhi perilaku sistem tersebut, dan mendisain struktur umpan balik informasi yang tepat serta kebijakan pengontrolan melalui simulasi dan optimalisasi Coyle 1995.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan model pengelolaan agroindustri kerapu budi daya dengan menggunakan teknik permodelan sistem dinamis dan akuisisi pendapat pakar. Model yang dihasilkan digunakan untuk simulasi peningkatan keuntungan maksimum, prediksi kapasitas produksi optimal, dan penyeimbangan distribusi keuntungan pada rantai produksi pembenihan, pembesaran, dan penanganan pascapanen kerapu. 1.3 Ruang Lingkup 1.3.1 Ruang lingkup rancangbangun model dinamis Rancang bangun model dinamis yang dilaksanakan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap 1 identifikasi faktor-faktor atau komponen yang berpengaruh dalam pengelolaan agroindustri kerapu budi daya, 2 rancang bangun model dinamis yang dapat digunakan untuk optimalisasi sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya, dan 3 simulasi dalam rangka optimalisasi sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya. Proses rancang bangun dan simulasi model dilakukan dengan menggunakan paket program Powersim Studio Versi 2005. 7

1.3.2 Ruang lingkup pengelolaan manajemen

Pengelolaan adalah penggunaan sumberdaya, termasuk SDM, modal, peralatan, dan material, secara bijak dan terencana untuk mencapai tujuan. Fungsi pengelolaan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengadaan staf, pengarahan dan pengendalian Wedemeyer 2001. Pengelolaan yang dibahas dalam penelitian ini terdiri atas pengelolaan pada level taktis dan level strategis. Pengelolaan pada level taktis meliputi pengelolaan input untuk memperoleh keuntungan maksimum pada usaha pembenihan, pembesaran dan pascapanen. Pengelolaan pada level strategis meliputi 1 pengelolaan kapasitas produksi untuk menghindarkan terjadinya produksi berlebih excess supply di pasar, dan 2 pengelolaan distribusi keuntungan untuk menyeimbangkan keuntungan yang diperoleh masing-masing mata rantai produksi perikanan kerapu.

1.3.3 Ruang lingkup agroindustri kerapu budi daya

Ruang lingkup sistem agroindustri kerapu budi daya yang dibahas dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 5. Fokus penelitian ini dibatasi pada: 1 Subsistem pembenihan hatchery, 2 Subsistem pembesaran grow-out, 3 Subsistem penanganan pascapanen pengumpulan, grading, dan pengolahan. Subsistem lain yang terkait dan mempengaruhi kinerja subsistem inti, yang juga mendapat perhatian dalam penelitian ini adalah: 1 Subsistem nelayan pemasok induk dan pakan ikan rucah 2 Subsistem transportasi dan pemasaran, 3 Subsistem produksi pakan buatan, 4 Subsistem produksi pemasok obat ikan dan bahan kimia, 5 Subsistem industri alat dan mesin perikanan kerapu. 6 Subsistem pembiayaan 7 Subsistem penyedia teknologi litbang Agroindustri kerapu budi daya dalam penelitian ini dibatasi pada produksi perikanan budi daya yang berbeda dengan perikanan tangkap yang tidak menjadi fokus penelitian ini. 8

1.3.4 Lokasi penelitian

Lokasi yang dijadikan sebagai kasus penelitian ini adalah kawasan Batam-Rempang-Galang Barelang, Propinsi Kepulauan Riau Lampiran 6. Lokasi ini dipilih karena di kawasan tersebut telah tersedia unit pembenihan ikan kerapu milik Departemen Kelautan dan Perikanan maupun swasta, dan Pemerintah Daerah setempat sangat mendorong pengembangan industri budi daya ikan laut, khususnya kerapu. Kegiatan budi daya kerapu di kawasan ini masih belum berkembang karena masih menghadapi berbagai kendala yang perlu diatasi melalui penelitian yang komprehensif.

1.3.5 Jenis ikan kerapu

Jenis ikan kerapu yang dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah ikan kerapu macan E. fuscoguttatus dan ikan kerapu tikus C. altivelis yang benihnya telah dapat diproduksi di panti pembenihan hatchery, dan di beberapa lokasi telah berkembang usaha budidayanya. Pemasaran jenis ikan ini terutama ditujukan ke pasaran Hong Kong sebagaimana telah berkembang selama ini. Gambar jenis ikan kerapu macan, kerapu tikus dan beberapa jenis ikan kerapu komersial lainnya dapat dilihat pada Lampiran 7. 9 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Agroindustri Kerapu Budi Daya

Agroindustri adalah kegiatan usaha yang memproses bahan nabati atau hewani. Proses tersebut mencakup perubahan dan pengawetan melalui perwakilan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Produk yang dihasilkan dari agroindustri dapat merupakan produk akhir siap dikonsumsi atau digunakan oleh manusia, atau sebagai produk yang merupakan bahan baku untuk industri lain Austin 1992. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya disebutkan bahwa pembudidayaan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, danatau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan terkontrol Undang Undang RI No 31 2004, tentang Perikanan. Pemanfaatan sumberdaya ikan terdiri atas kegiatan penangkapan fishing dan kegiatan budi daya aquaculture. Berdasarkan habitat tempat produksi, usaha aquakultur dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu budi daya perikanan berbasis daratan land based aquaculture dan budi daya perikanan berbasis laut marine based aquaculture. Berdasarkan sistem produksinya, budi daya dibedakan menjadi budi daya tradisional, budi daya semi intensif dan budi daya intensif Dahuri 2003. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, danatau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, danatau mengawetkannya Undang Undang RI No 31 2004, tentang Perikanan. Selanjutnya undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakkan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang disepakati. 10 Menurut Sadovy et al. 2003, industri perikanan kerapu yang berkembang di kawasan indo-pasifik terdiri atas 1 penangkapan ikan kerapu hidup di terumbu karang, 2 pembesaran grow out di dalam karamba ikan kerapu berukuran kecil under size hasil tangkapan di laut hingga ukuran konsumsi, dan 3 akuakultur budi daya siklus penuh full-cycle aquaculture, yaitu pemeliharaan ikan sejak dari telur hasil pengembangbiakan di pembenihan hingga ukuran konsumsi. Pomeroy 2002 menjelaskan bahwa budi daya kerapu berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan usaha budi daya karamba dengan tingkat pertumbuhan 16 persen selama tahun 1990-an. Daerah utama pembesaran kerapu di Indonesia adalah Aceh, Sumatera Utara Nias dan Sibolga, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, Lampung, Jawa Barat, Karimunjawa Jateng, Teluk Saleh NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara. Budi daya kerapu di Indonesia dicirikan dengan digunakannya benih asal tangkapan di alam dan penggunaan ikan rucah sebagai pakan. Penggunaan benih asal hatchery masih sangat terbatas, meskipun penggunaannya terus berkembang. Kerapu terutama dipelihara di dalam karamba jaring apung dan beberapa dilakukan di kolam dengan jaring apung berukuran kecil, tetapi semakin terbatasnya lahan untuk kolam membatasi perkembangannya Sadovy et al. 2000. Produktivitas usaha pembenihan kerapu masih dicirikan oleh tingkat kelulusan hidup survival rate atau sintasan yang masih sangat rendah, yaitu rata-rata hanya 4 Rimmer 2000. Sementara itu pada usaha pembesaran masih banyak menghadapi kematian yang tinggi akibat serangan penyakit dan suplai pakan yang masih menggunakan ikan rucah karena belum berkembangnya industri pakan buatan khusus untuk kerapu. Johnson 1995 menunjukkan bahwa manajemen perikanan sering melibatkan interaksi rumit antara proses biologis, lingkungan yang bervariasi, kelompok pengguna yang berbeda, dan tujuan manajemen yang bertentangan. Manajemen dapat didefinisikan sebagai proses penganalisaan risiko dan keuntungan dari barbagai alternatif tindakan, kemudian menetapkan tindakan mana yang perlu dilaksanakan untuk mencapai tujuan manajemen. Salah satu cara untuk memahami hubungan yang kompleks dan pengaruhnya terhadap manajemen adalah melalui simulasi dan pemodelan. Berbagai jenis model yang 11 telah tersedia antara lain 1 population dynamics, 2 peraturan penangkapan 3 pengkajian resiko 4 analisis keputusan, 5 bioenergetik 6 fate of contaminants , dan 7 kualitas air. Erdmann dan Pet-Soede 1996 menjelaskan bahwa perdagangan ikan karang hidup terjadi karena adanya permintaan yang tinggi di pasaran Hong Kong, Singapura, Taiwan, Cina, dan sentra pecinan lainnya untuk memperoleh ikan yang benar-benar segar, yaitu dengan memilih ikan hidup dari akuarium restoran beberapa menit sebelum dimakan. Jenis ikan ini dihargai sangat tinggi bukan hanya karena kesegarannya dan rasanya, tetapi juga karena reputasinya dalam membangkitkan kejantanan virility dan mempertahankan kesehatan jasmani. Aspek negatif dari perdagangan ikan karang hidup adalah rusaknya terumbu karang karena penangkapan ikan yang menggunakan sodium cyanide. Rimmer M et al. 1997 menyatakan bahwa pemasaran ikan laut di Hong Kong lebih dari 220.000 ton per tahun, dan pasar saat ini untuk ikan karang hidup berkualitas tinggi diperkirakan sebesar 1.600 – 1.700 ton per tahun. Besarnya permintaan ini akan meningkat dua kali lipat setiap 6 tahun. Stok ikan karang yang ditangkap dari laut untuk memasok permintaan ikan karang hidup di pasar Asia dilaporkan sangat berkurang karena ”overfishing” dan penggunaan cara penangkapan yang tidak berkelanjutan seperti penggunaan sianida Johannes dan Riepen 1995. 2.2 Rancangbangun Model Sistem Dinamis Menurut Eriyatno 1999 model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal-balik dalam istilah sebab-akibat. Oleh karena suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang kompleks daripada realitas itu sendiri. Model dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Marimin 2005 menyatakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan yang kompleks. Ditinjau dari komponen input, proses, output, suatu sistem dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu sistem analisis, sistem desain, dan sistem kontrol. Pendekatan 12 sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Selanjutnya Eriyatno 1999 menyatakan bahwa sistem merupakan totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimensional terutama dimensi ruang dan waktu. Oleh karena itu, setiap pendekatan kesisteman selalu mengutamakan kajian tentang struktur sistem baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan. Metodologi sistem pada dasarnya melalui enam tahap analisis sebelum sintesa rekayasa, meliputi: 1 analisis kebutuhan, 2 identifikasi sistem, 3 formulasi masalah, 4 pembentukan alternatif sistem, 5 determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, 6 penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan finansial. Sistem dinamis adalah suatu metode analisis masalah yang melibatkan aspek waktu sebagai faktor penting. Metode ini mempelajari sejauh mana suatu sistem dapat dipertahankan atau memperoleh manfaat dari adanya goncangan perubahan dari dunia luar yang menerpa sistem tersebut. Sistem dinamis berhubungan dengan perilaku suatu sistem yang berubah menurut waktu, dengan tujuan menjelaskan dan memahami bagaimana umpan balik feedback informasi mempengaruhi perilaku sistem tersebut, dan mendesain struktur umpan balik informasi serta kebijakan pengontrolan yang tepat melalui simulasi dan optimalisasi sistem dengan menggunakan model kualitatif dan model kuantitatif. Coyle 1995. Menurut System Dynamic Society 2005, sistem dinamis adalah suatu metodologi untuk mempelajari dan mengelola sistem umpan balik yang kompleks seperti yang ditemukan pada sistem bisnis dan sistem sosial lainnya. Metodologi sistem dinamik tersebut mencakup 1 identifikasi masalah, 2 mengembangkan hipotesis dinamis menjelaskan penyebab timbulnya masalah, 3 membangun model simulasi komputer untuk sistem tersebut pada akar permasalahannya, 4 menguji model untuk meyakinkan bahwa model tersebut mereproduksi perilaku yang sama pada dunia nyata, 5 melengkapi dan menguji model alternatif kebijakan yang dapat memecahkan masalah, dan 6 mengimplementasikan pemecahan masalah. Tahapan tersebut biasanya melalui proses review untuk memperbaiki tahap sebelumnya. Sistem dinamik dapat diterapkan pada bidang- bidang 1 perencanaan korporat dan disain kebijakan, 2 manajemen dan 13 kebijakan publik, 3 modeling biologi dan medika, 4 energi dan lingkungan, 5 pengembangan teori pada ilmu pengetahuan alam dan sosial, 6 pengambilan keputusan dinamik dan 7 dinamik nonlinear yang kompleks. STELLA merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk analisis sistem dinamis yang menggunakan simbol-simbol ikon grafis yang mudah dimengerti. Ikon-ikon yang digunakan terdiri atas: stok stock, aliran flows, pengubah converter dan penghubung connectors Gambar 3. Kesemua ikon tersebut mewakili semua bagian yang mempengaruhi perilaku sistem. STELLA didesain untuk memudahkan proses pengembangan model, penspesifikasian model, mengotomatiskan proses komputasi, dan dengan mudah menghasilkan output dalam bentuk grafik atau angka Ruth and Linholm 2001. Gambar 3 Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman STELLA. Selain STELLA, dapat juga digunakan POWERSIM STUDIO untuk pemrograman sistem dinamis yang karakteristik dan cara pengoperasian yang agak mirip antara keduanya. Dalam Powersim Studio peristilahan untuk simbol- simbol yang digunakan adalah sebagai berikut: Gambar 4 Simbol-simbol yang digunakan dalam pemrograman POWERSIM STUDIO. STOCK FLOW CONVERTER CONNECTOR LEVEL FLOW VARIABLE LINKS CONSTANT 14 Powersim adalah paket pemodelan sistem dinamis secara grafikal yang berbasis Windows. Paket pemodelan ini didukung dengan fasilitas untuk menggambarkan diagram alir flow diagram dan diagram sebab-akibat causal loop diagram . Persamaan equation yang menghubungkan antar variabel dalam model dapat dibuat dengan panduan yang ada dalam paket dan ditampilkan secara visual dalam bentuk grafik. Hasil simulasi dapat ditampilkan dalam bentuk animasi, angka maupun grafik. Perubahan parameter untuk proses simlulasi dapat dilakukan dengan menggunakan tobol geser slider button, tombol tekan push button, maupun tombol radio radio button Coyle 1995. Dengan menggunakan program Powersim Studio dapat dilakukan berbagai operasi simulasi dengan merubah parameter tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, optimisasi yang mengoptimalkan variabel penentu prime decision variable untuk mencapai tujuan, pengkajian risiko risk assessment atau disebut juga dengan analisis sensitivitas, dan manajemen risiko yang merupakan kombinasi dari optimisasi dan pengkajian risiko www.powersim.com.

2.3 Rantai Pasokan