31 kriteria bahwa yang bersangkutan mempunyai pengalaman dan reputasi di
bidangnya. Analisis dengan menggunakan metode AHP dilakukan menggunakan informasi yang digali dari para pakar di bidang perikanan kerapu. Kuesioner
digunakan sebagai alat bantu dalam wawancara.
3.4 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pengolahan terhadap data yang digunakan dalam komponen dalam Model Sistem Dinamik
yang alat utamanya menggunakan Progran Komputer POWERSIM STUDIO. Pengolahan data terutama dilakukan untuk merumuskan hubungan antar elemen
yang terlibat dalam sistem. Data struktur biaya usaha diolah dengan menggunakan metode analisis finansial dengan tolok ukur kelayakan net BC
ratio, net present value NPV, internal rate of return, payback period PBP dan
break event point BEP guna mengetahui kinerja perusahaan. Perumusan
strategi peningkatan keuntungan agroindustri kerapu budi daya dilaksanakan dengan menggunakan metode AHP.
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil studi kasus di Batam yang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2006. Pengolahan data dan
penyusunan disertasi dilakukan di Jakarta dan Bogor.
32
4 KERAGAAN AGROINDUSTRI KERAPU BUDI DAYA
Untuk dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang perilaku sistem pengelolaan agroindustri kerapu budi daya, maka dilakukan analisis situasional
tentang agroindustri kerapu budi daya di lokasi yang dijadikan kasus. Dalam analisis ini diuraikan gambaran tentang lokasi studi, perkembangan usaha
pembenihan, pembudidayaan dan penanganan pascapanen, dan pemasaran ikan kerapu.
4.1 Deskripsi Kawasan Perikanan Kerapu Budi daya
Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil kasus di daerah barelang Batam, Rempang dan Galang, yang merupakan kawasan yang dikelola oleh
Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam OPDIP Batam dan Pemerintah Kota Batam. Daerah ini terdiri atas beberapa pulau utama, yaitu
Batam, Setoko, Rempang Galang dan Galang Baru Lampiran 5. Luas daratan Barelang adalah 715 km
2
71.500 ha yang terletak pada 0
o
, 25’, 29” - 1
o
, 15’, 00” LU dan 103
o
, 34’, 35” – 104
o
, 26’, 04” BT. Kawasan ini dihuni oleh penduduk yang jumlahnya meningkat pesat dari 462.528 jiwa pada tahun 2000
menjadi sebanyak 636.629 jiwa pada tahun 2005. Kawasan Barelang merupakan daerah kepulauan sehingga potensial
untuk pengembangan perikanan, terutama budi daya laut. Kawasan ini sangat berdekatan dengan Singapura yang merupakan pasar yang potensial untuk
produk-produk perikanan. Penduduk Singapura juga banyak yang berkunjung ke Batam pada akhir pekan sehingga merupakan konsumen tetap untuk produk
perikanan melalui restoran-restoran setempat. Kedekatan kawasan Barelang ke Singapura dan pasar potensial lainnya seperti Hong Kong, menjadikan Barelang
sebagai salah satu lokasi pengumpulan produk perikanan kerapu untuk diekspor ke negara tujuan. Selain berasal dari perairan sekitar Kepulauan Riau, ikan
kerapu hidup yang dikumpulkan oleh pedagang di Barelang berasal dari perairan lainnya seperti Sumatera Utara, selat malaka dan Bangka Belitung.
Banyak terdapat petani atau pengusaha yang membudidayakan ikan kerapu di kawasan Barelang dan pulau-pulau sekitarnya baik dalam skala
tradisional hingga skala komersial. Usaha tersebut berupa pembesaran benih yang berasal dari pembenihan hatchery, pembesaran ikan kerapu hidup ukuran
kecil under size hasil tangkapan nelayan hingga ukuran konsumsi. Ikan yang
33 dibudidayakan pada umumnya dijual kepada pedagang pengumpul yang ada di
Batam, atau dijual ke pengusaha restoran yang banyak terdapat di kawasan Barelang.
4.2 Aspek Teknis Agroindustri Kerapu Budi Daya 4.2.1 Industri pembenihan kerapu